Senin, 09 Februari 2015

Akankah Jakartaku Bisa Senyaman Dulu Lagi?

Tuhan,

Hari ini Jakartaku terendam banjir di banyak tempat. Barat, Timur, Selatan, Utara, bahkan Pusat juga. Hampir semua wilayah Jakarta terendam air. Entah itu hanya 10 cm kah, 20, 30 bahkan ada yang sudah mencapai 1 meter lebih. Yang paling heboh tentang berita kalau di halaman Istana Negara, yang terletak di Jakarta Pusat ini pun tergenang air. Iya, sebagian besar Jakartaku diselimuti air berwarna cokelat. Ada juga di beberapa titik berwarna kehitaman. Tidak hanya jalan raya yang tergenang air, rumah-rumah penduduk pun mulai ikut dijambangi si air.

Banyak orang yang terjebak macet karena banjir menggenangi hampir seluruh jalanan di Jakarta. Akses ke mana-mana pun susah. Kendaraan bermotor, pejalan kaki, bahkan jalur perkeretaapian pun ikut kena dampak dari hujan tak berkesudahan ini. Yang di jalan terjebak tidak bisa ke mana-mana, yang di kantor pun terancam tidak bisa pulang  karena aksesnya tertutup air yang menggenang tinggi.
Ah, aku jadi teringat dua tahun yang lalu. Kejadian hampir sama dengan hari ini. Hujan tak kunjung reda, sungai meluap membanjiri Jakarta. Tapi, tahun 2013 itu banjir parah di Jakarta Pusat karena tanggul Latuharhari Jebol. Terjebak di tempat kerja, gak bisa pulang karena aksesnya tertutup banjir. Entah di hari yang sama atau beda aku terjebak di Manggarai karena hujan dan banjir menutup rel kereta di stasiun Tebet.    

Banyak yang bilang ini karena air hujan yang tak kunjung reda menjatuhi Jakarta sejak semalam. Dan memang, sejak semalam hingga aku menulis surat ini pun Jakarta masih diguyur hujan. Kadang deras, kadang gerimis. Tapi tak pernah berhenti. Seakan langit sedang bersedih layaknya orang patah hati.

Banyak juga yang menyalahkan pemerintah yang tidak becus mengurusi tata kota, karena setiap tahun Jakarta selalu banjir.

Tapi apakah selalu hujan yang disalahkan?
Apakah pemerintah juga yang harus disalahkan?
Kenapa bukan manusianya yang disalahkan? Diri sendiri.

Yang aku tahu, masih banyak manusia yang hobi buang sampah sembarangan di jalan. Banyak manusia yang mendirikan bangunan di bantaran kali. Banyak manusia yang memangkas pepohonan rimbun yang seharusnya jadi tempat resapan air hujan dan mengubahnya menjadi hutan beton. Banyak pengembang (yang juga terdiri dari manusia-manusia) yang melupakan sistem drainase yang baik. Sehingga membangun perumahan, jalan raya, gedung bertingkat, tapi lupa memperbaiki sistem drainasenya. Semua hal ini yang menyebabkan banjir, bukan?

Tuhan,

Mungkin aku pernah menjadi salah satu manusia-manusia itu. Iya, aku pernah buang sampah sembarangan, aku juga pernah memaki pemerintah. Tapi aku sadar, aku juga salah. Aku tidak merawat Jakartaku dengan baik.

Tuhan,

Akankah Jakartaku bisa senyaman dulu lagi?
Jakarta yang bersih, yang bebas banjir. Jakarta yang belum dipenuhi kendaraan bermotor seperti sekarang.  Aku rindu Jakartaku yang dulu.

Tertanda,


Rula - Penghuni Jakarta

1 komentar: