Kamis, 13 Maret 2014

Kenangan Indah



…. Wake up Sunday morning.. she’s a hangover I can’t get over..
 
Lagu The Moffatts – Call The Doctor yang ku jadikan nada panggilan masuk terputar dari ponselku.
“Halo, selamat siang” sahutku ramah.
“Siang, maaf benar ini dengan Tami?” tanya suara di seberang.
“Iya, dengan saya sendiri. Maaf ini siapa, ya?” ujarku.
“Saya Lina, dari panitia penyelenggara Konser Submodalities-nya The Moffatts. Selamat ya, kamu terpilih untuk Meet and Greet with The Moffatts.” Ujar suara di seberang.
“Serius Mbak?? Saya terpilih??” ujarku antusias. Kemudian mbak Lina menjelaskan mekanisme acaranya yang kudengarkan dengan seksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya.. ehh..

Selesai menutup telepon dari mbak Lina, aku langsung siap-siap mandi dan berdandan yang cantik. Tak lupa ku bawa hadiah yang sudah ku persiapkan sejak lama untuk mereka. Yaaa.. aku akan bertemu dengan idolaku tercinta… The Moffatts… hal yang sudah lama kuimpikan bisa melihat The Moffatts dari dekat, terutama dengan keyboardistnya David Michael William Moffatt atau Dave Moffatt atau Big D. Entah kenapa aku sangat mengidolakan Dave dibandingkan saudaranya yang lain..

Tiba di lokasi Meet and Greet di salah satu hotel di daerah Senayan, aku menemui Panitia Penyelenggaranya, dan kemudian kami –aku dan tiga orang pemenang lainnya- di briefing sebentar.  Dalam briefing tersebut kami di beritahu ada kejutan lainnya. Ternyata kami tidak hanya sekedar Meet and Greet bersama The Moffatts tapi juga akan dinner bareng idola kami masing-masing. Katanya sih, itu permintaan dari The Moffattsnya. Kebayangkan betapa senangnya aku saat itu??

Saat itu, aku dan tiga orang pemenang lainnya –yang akhirnya aku tahu namanya Sari, Putri dan Thia- dibawa ke dalam hall Tennis Indoor Senayan, karena saat itu The Moffatts sedang check sound dan GR (Gladi Resik). Kami berempat begitu terkesima melihat mereka check sound. Selesai check sound, The Moffatts menghampiri kami dan kemudian kami diajak ke backstage yang sudah ditata rapi untuk acara Meet and Greet plus Dinner with The Moffatts ini. Di backstage tersebut ternyata sudah ada beberapa wartawan media cetak yang meliput acara ini. Kami berbincang-bincang, tanya jawab serta foto-foto dengan The Moffatts. Mereka sangat baik dan ramah pada kami. 

Saat tiba waktunya dinner, masing-masing personil mengajak satu pemenang ke meja makan yang memang diset untuk dua orang tiap meja. Scott berpasangan dengan Sari, Clint berpasangan dengan Putri, Bob berpasangan dengan Thia dan Aku berpasangan dengan Dave pastinya. Tiba-tiba pipiku terasa panas, antara nervous dan senang juga tersanjung. You know what??? Dave memberikan sekuntum mawar putih padaku, dan menggandeng tanganku menuju meja makan. Ketika kulihat di sekelilingku, ternyata personil The Moffatts yang lainnya juga melakukan hal yang sama pada ketiga teman baruku itu. So Romantic. Selama dinner, kami mengobrol dan tak lupa kuberikan hadiah yang memang ku siapkan special untuk Dave. Dave sangat suka hadiah dari ku.. Tapi dinnernya harus diakhiri karena mereka harus siap-siap untuk konser yang akan dimulai 30 menit lagi. 

Selain bisa bertemu muka dan makan malam dengan The Moffatts, ternyata kami juga bisa menonton konser mereka dari dekat, loh. Depan panggung persis di dalam pagar pembatas antara panggung dan penonton. Yang aku rasa saat itu?? Sangat senang hingga tak bisa ku lukiskan dengan kata-kata. Apalagi di tengah-tengah konser saat jeda untuk lagu berikutnya tiba-tiba Dave berbicara pada penonton konser.
I want to dedicated this song to a very special girl who I met tonight and really loved this song.” Ujar Dave sambil tersenyum menatapku, yang membuatku seakan terbang kelangit yang tinggi..

Hall Tennis Indoor Senayan kemudian heboh dengan teriakan para gadis yang mengidolakan Dave. Scott dan Clint memainkan intro lagu ini dengan gitar akustik. Sesaat dadaku bergemuruh dengan cepat. Oh my God.. ini kan lagu favoritku.. yaa ini memang lagu favoritku Girl I’m Gonna get You.. kali ini Dave yang menyanyikan lagu ini.
“Girl, I’ve been watching you.. wondering what’s your name and could I get ya..
I’m hoping that you feel the same.. baby what’s on your mine…”

Kemudian Dave turun dari panggung menghampiriku, dan mengajakku naik ke atas panggung. Penonton semakin heboh karena iri melihat Dave menggandeng tanganku…

“… girl this is no surprise.. I think I’m falling in love..
Darlin’ don’t ya know it’s the perfect time… you know I’m gonna make you mine..
girl I’m gonna get yaa… you know I need you in my world
you know I’m gonna get ya’.. I’m begging you to be my girl..
even though you might be scared I promise I’ll be there..
girl I’m gonna get yaa.. tonight”

Dave terus menggenggam tanganku sepanjang lagu ini.. yang membuat aku senang sekaligus kikuk karena banyak yang menatapku iri, bahkan sekilas kulihat dari atas panggung ada beberapa yang menangis karena idolanya lebih memilihku.

Aku masih mencoba menikmati saat-saat di atas panggung bersama Dave dan personil The Moffatts lainnya, tiba-tiba ada sentuhan hangat mendarat di pipi kiriku yang di ikuti teriakan histeris penonton di depan panggung. Tubuhku kaku seketika, kaget, bingung, Dave mencium pipiku..
“Tami, are you okay?” ujar Dave karena melihatku mematung
“Ooh.. I-am o-kay Da-ve” ujarku terbata
Are you sure?” tanya Dave lagi meyakinkan. Aku hanya bisa mengangguk sambil tersenyum.
Kemudian Dave mengantarku ke pinggir panggung dan melanjutkan konsernya.

Perlahan-lahan aku menuruni anak tangga yang ada di samping panggung. Karena terlalu senang dengan kejadian tadi, tanpa sengaja aku melewati satu anak tangga yang membuatku terpeleset dan kemudian terjatuh… BRUKKKK….
“Aaw…” seruku kesakitan sambil memegangi lenganku yang tertimpa badanku sendiri..

Kulihat ke sekelilingku, hanya ada tembok, lemari baju dan rak buku. Tidak ada Dave, panggung ataupun penonton yang lainnya.

Tokk.. tokk…

“Tamii… banguunn.. udah pagiii.. kamu gak sekolah emangnya??” Bunda yang mengetuk pintu kamarku sambil teriak membangunkanku. Kulihat jam di dinding kamarku sudah menunjukkan pukul 5.30 pagi.
“Iya Bund… ini udah bangun kok..” jawabku sambil menguap… 
“Whoaah ternyata cuma mimpi, toh..” ujarku sambil senyum-senyum sendirian sambil memandang poster besar idolaku yang ku pasang di pintu lemari pakaianku.
“Mimpi itu seakan nyata, Dave… dan membuatku gak sabar ingin melihat aksi panggung kalian nanti sore…” kemudian aku mengambil handuk dan menuju kamar mandi..

Hari ini adalah hari yang spesial untukku juga fans The Moffatts lainnya… Konser The Moffatts “Submodalities” akan di adakan sore ini di Tennis Indoor Senayan.. I can’t wait to see you Dave… 


Happy b'day Dave, Clint and Bob Moffatts
You'll always in my heart..
God Bless You all...

\m/(^,^)\m/
@rulachubby



**repost dan edited from moffattersindonesia
 

Rabu, 12 Maret 2014

Lelaki Itu Bernama Raymon



Lelaki Itu Bernama Raymon

by Nurul Aria / @rulachubby



Lelaki itu. Sudah beberapa bulan ini memenuhi hati dan pikiranku. Dan selalu ada rasa, entah harus aku deskripsikan seperti apa, yang selalu menggelitik dalam perutku setiap melihat lelaki bertubuh atletis dengan rambut tipis yang tumbuh di sekitar tulang rahang dan menutupi dagunya. Terlihat maskulin. Sempurna, seperti yang dibilang kebanyakan gadis-gadis yang kukenal. Tinggi tubuhnya yang mendukung penampilannya bak seorang model papan atas, membuatku harus sedikit mendongak untuk bisa melihat wajahnya dengan jelas.

Lelaki itu. Ia menghampiriku yang masih bergeming, di tempatku berdiri memperhatikannya sejak tadi. Bahkan, retinaku masih mengikuti gerakan tubuhnya yang semakin lama semakin mendekatiku. Sudut bibirnya tertarik ke atas, menampilkan salah satu lekukan di pipi kirinya yang membuatnya semakin terlihat manis.

“Sudah lama berdiri di sini, Beb?” sentuhan lembut tangan kanannya yang kekar di pipiku dan tangan kirinya yang langsung melingkar di pinggangku menimbulkan efek sengatan listrik voltase rendah, yang menjalar hingga ke seluruh tubuhku dan lagi-lagi menggelitik perutku. Seharusnya, saat ini rona merah sudah memenuhi kedua pipiku yang tidak bisa dibilang tirus ini. Rasa hangat menyelimuti wajah juga hatiku. Hal yang selalu aku rindukan jika sedang berjauhan dengan lelaki beraroma maskulin ini.

“Sst.. Kamu gak malu dilihat banyak orang?” cegahku ketika ia mendekatkan wajahnya mendekati wajahku. Yang kemudian membuat sudut-sudut bibirnya tertarik ke tengah membentuk garis datar. Lengan kirinya yang sejak ia datang melingkar di pinggangku pun langsung ditariknya kembali. Kaku.

*** 

Lelaki yang menarik hatiku itu bernama Raymon. Diperkenalkan oleh Wina, sahabatku sejak kecil, saat aku baru saja menginjakkan kaki di Jakarta. Wina menjemputku di bandara bersama Raymon, teman kampusnya dulu. Itu yang dibilang Wina padaku. Pertemuan pertama kami itu ternyata melahirkan pertemuan selanjutnya, dan selanjutnya... Hingga saat ini.

Lelaki yang memiliki rasa humor itu, selalu bisa membuatku tertawa saat aku sedih. Membuatku hangat saat dingin menyiksaku. Sekaligus membuatku tersiksa rasa rindu saat tidak bersamanya. Ya, I am falling in love with him. Diam-diam. Tanpa diketahui Wina, sahabatku. Sejujurnya, aku tahu kalau Wina pun menyukai lelaki bernama Raymon ini. I just know it.

Tapi...

Ternyata...

Lelaki yang banyak digilai banyak gadis itu ternyata memilihku. Bukan Wina, bukan gadis lainnya. Tapi aku. Aku tidak cantik dan sempurna seperti Wina. Bahkan aku tidak bisa dibandingkan dengan gadis manapun di muka bumi ini. Sangat berbeda. Aku bahkan tidak pantas dibandingkan dengan gadis lainnya.

Lelaki itu...

***

What? Gue gak salah denger kan, Ren?” Wina seakan tak percaya akan pendengarannya saat ku ceritakan semua yang aku rasakan beberapa bulan ini. “Lo... sama Raymon?” Wina menggerakkan jari telunjuk kanannya ke arahku, dan arah lainnya seperti orang linglung.  Aku hanya mengangguk, mengiyakan ketidakyakinan Wina akan ceritaku tadi.

“Se.. sejak kapan, Ren?” kali ini suaranya lemah. Masih ada sisa keterkejutan dalam diri Wina.
A few months ago.” retinaku hanya memandang sepatu biru pemberian Raymon yang kupakai saat ini.

“Win, I'm so sorry for this. Gue tau lo udah lama suka sama Ray. Dari cerita-cerita lo tentang dia. Semua curhatan lo tentang dia.” kuberanikan diri menatap Wina yang masih bergeming di hadapanku. “Tapi gue gak bisa bohongin perasaan gue, Win. I do love him. Pun dengan Ray.”

Kulihat Wina menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.

“Gue gak ngelarang lo untuk jatuh cinta, Ren. But why must Ray? He is a...” Wina tak bisa meneruskan perkataannya.
“Gue tau ini salah, Win. Tapi...”
No. It's not wrong. Cuma, gue gak habis pikir. Entah apa yang lagi ada dipikiran si Cupid yang ada di belakangnya Raymon, lelaki yang gue suka, saat ngelepas anak panah dari busurnya hingga kena ke lo, Rendy, sahabat lelaki yang sangat gue percaya untuk nampung semua cerita-cerita gue tentang Raymon. Dan bukan ke gue. I can't believe this.” Lagi-lagi Wina membenamkan wajahnya dalam jemarinya yang lentik.

***

Lelaki itu bernama Raymon. Lelaki bertubuh atletis yang sangat disukai Wina, sahabatku sejak kecil. Lelaki yang sama dengan yang berada di sampingku saat ini.  



*** 

Happy belated New Year 2014!!


Hiihihi.. I know it was late to say Happy New Year.  Udah bulan Maret, loh, Rul! *sungkem sama semuanya*. 3 bulan lebih ini blog gue anggurin, untungnya gak lumutan.

Dan alibinya adalah -> Bisa jadi karena memang kerjaannya lagi ribet dan sibuk. Bisa juga karena memang tidak ada waktu untuk ngetik dan update blog. Bisa juga karena memang gak ada ide untuk nulis. Bisa juga karena waktunya lebih sering digunakan untuk streaming film korea atau film bioskop yang belum sempat ditonton. Atau, bisa juga waktunya habis terpakai untuk main Candy Crush Saga dan Farm Heroes Saga yang lebih seringnya stuck di level tertentu daripada move on dari level itu. *pasang senyum manis*

Itu lah beberapa pembelaan diri gue tentang kekosongan di blog ini. Dan seperti saat ini pun, gue sebenernya bingung mau nulis apa. Heheh..

Hmm.. How about.. Kalo gue cerita tentang salah satu trauma gue? Salah satu aja. Gue, pernah –dan  bisa dibilang masih– trauma  sama binatang berjenis Anjing. It’s true. Sampe saat ini pun, kalo ketemu langsung sama binatang ini pun gue masih dagdigdug dwer lah. Takut banget. Even si Anjingnya di rantai dan yang punya Anjingnya ada disitu, tetep gue lebih memilih melipir, pergi jauh-jauh dari binatang berbulu ini. Pernah, si pemilik Anjing sampe bilang ke gue “Tenang aja, mbak. Anjingnya udah jinak, kok” dan gue mencoba untuk sopan dengan membalas “Maaf, pak. Tapi saya memang phobia sama Anjing”. Dan kemudian gue menjauh dari si Anjing juga Majikannya sambil menata jantung gue yang mau copot.

Tapi kalo cuma liat foto atau gambar Anjing, gue malah suka. Lucu-lucu sih.. 

Duh, gue nulis apa sih di atas? :))

Sekian dulu ya tulisan ngaco gue. Next gue coba ngisi blog ini dengan yang bermanfaat. Insyaallah... 

See ya!