Jumat, 04 Desember 2015

Mari Kita Berbisnis!

Setelah sebelumnya kita bahas tentang Model Bisnis Kanvas, gimana kalo sekarang kita bahas tentang jenis bisnisnya? Tapi gak semua jenis bisnis yang akan gue bahas. Dan lagi-lagi ini sumbernya dari obrolan gue dan teman-teman di grup Whatsapp

Kita ambil contoh Bisnis Kuliner. 
Hingga saat ini, bisnis kuliner memang masih termasuk bisnis yang paling mudah dan menguntungkan. Bisnis kuliner juga sangat bergantung dengan lokasi dan keadaan sekitar. Misalnya, warung roti bakar kaki lima, meskipun hanya menjual roti bakar dan mie instan (goreng atau rebus) bisa beromset puluhan juta sebulan. Padahal, yang dijual tersebut bisa kita buat sendiri di rumah.

Contoh warung roti bakar (pic from here)


Faktor apa yang bisa membuat warung roti bakar kaki lima beromset puluhan juta?
Lokasi dan sasarannya pekerja kantor sekitar. 
Lokasi dan pesaing sekitarnya. Apalagi kalau tidak ada warung lain yang berjualan roti bakar.

Jadi, kalau ada yang mau bisnis makanan / kuliner bisa dilihat lagi ke diri sendiri dahulu. Apa yang sudah kita punya? Misalnya, kita sudah punya lokasi yang bagus, strategis. Setelah itu baru kita cari jenis makanannya apa? harganya berapa?

Atau, kalau misalnya punya resep makanan enak, atau punya kenalan yang jago masak makanan tertentu, baru deh,  kita cari lokasi yang pas di mana untuk buka usahanya biar laku.

Makanan enak, dibungkus dengan brand yang mudah diingat. 
Yang harus kita ingat lagi, brand itu penting!

Kalau mau buka usaha rumahan gimana?
Kalau mau buka usaha rumahan, disarankan menjualnya dengan cara online. Lalu kita lihat lagi hobi kita apa, atau biasanya paling susah atau repot kalau lagi butuh apa. Kalau bisa jangan menjual barang yang sudah banyak dijual. Lebih bagus lagi kalau kita menjual dengan jenis barang yang spesifik dan masih jarang yang jual. 

Apalagi untuk bisnis rumahan, kompetitornya banyak dan berat. Karena rata-rata modal terbatas, jadi bisnisnya cenderung sama dengan harga yang gak jauh beda. Nah, karena itu, coba deh, kita cari perbedaan (differentiation). Terus tentuin segmen pelanggan. Itu penting!

Misalnya kita mau jual baju untuk ibu menyusui dengan target pembelinya ibu-ibu menengah ke atas. Fokus saja di situ. Jangan sekali-kali jual daster murahan. Karena hal itu akan merusak brand image yang sudah kita bangun di awal.

contoh baju ibu menyusui (sumber : IG kafika_ficca)

Baju, meski tampilannya sama, tapi orang pasti senang memilih, terutama harga. Kalau memang konsep di awal segmen menengah ke atas, jual lah baju yang harganya 100rb ke atas. Kita kasih brand yang bagus, kemudian jual ke pekerja kantoran. One day, meski kita beli dari tanah abang sekalipun, gak akan ada yang “ngeh” dan akan tetap beli mahal. Karena, bagi sebagian besar orang, beli brand jauh lebih powerful dibanding beli model atau kualitas. Terutama dalam hal membeli pakaian. :) 

Nah, biar konsumen tetap loyal ke kita bagaimana?
Kalau kita mau naikin harga, kita juga harus naikin value. Kalau semuanya sama tapi mahal, ya impossible. Mungkin sementara bisa kita tahan dengan entertain. Misal, tiap lebaran kita kasih hadiah / bonus ke pembeli yang rutin belanja ke tempat kita. Hal itu bisa menahan pembeli biar gak kabur. Tapi itu hanya bersifat sementara. Dan hanya berlaku kalau beda harganya tipis. Karena, orang belanja dengan ikatan batin dan ikatan harga itu penting.

By the way, pedagang dengan pebisnis itu beda, ya. Pedagang itu biasanya beli grosiran, kemudian dijual lagi. Kalau pebisnis mulai dari titik nol.

Nah, untuk naik level ke pebisnis paling gampang dengan metode ATM (Amati, Tiru, Modifikasi).
Jadi, kalau kalian masih bingung cari ide untuk bisnis baru, cukup lihat sekitar kalian, kira-kira apa yang bisa dijadikan usaha. Kemudian ATM, deh.

Setelah bahas jenis beberapa jenis bisnisnya, sekarang kita bahas komponen harga.

Dalam menentukan harga jual, kita harus memasukkan semua biaya, termasuk biaya pengembalian modal.
Jadi, harga jual = harga beli + biaya produksi + biaya modal + margin. Jadi, margin yang kita dapat benar-benar bersih. Dan dalam margin gak boleh ada komponen lain.

Dalam Islam sendiri, margin tidak dibatasi. Asal sama-sama setuju harganya antara penjual dan pembeli. Kalau mau lebih mudah, margin itu harus lebih besar dari tingkat inflasi dan suku bunga deposito. Contoh kasarnya, kita punya uang 100jt. Ketika kita buat bisnis, berarti marginnya harus di atas deposito. Kalau masih sama atau lebih kecil, mendingan kita deposito-in aja uangnya, kan, daripada untuk bisnis?

Deposito saat ini masih sekitar 6-7,5% per tahun. Bisnis harusnya bisa lebih besar, ya. 

Bisa juga dengan perhitungan Harga jual = modal + biaya tambahan + untung yang diinginkan. Lalu bikin target minimal BEP (Break Even Point), akan tercapai di bulan ke berapa. BEP atau Break Even Point ini adalah titik impas / titik balik modal. Di mana kita gak rugi, tapi juga belum untung. 

Tahu untung atau ruginya? Ya, lihat lagi saat balik modal. 

Tapi, sebaiknya pemilik bisnis jangan sibuk berhitung, dll. Pemilik bisnis cukup fokus dengan bisnis ke depannya. Jangan terjebak dengan operasional. Untuk urusan hitung-menghitung bisa kita serahkan kepada tenaga ahlinya. Atau cari partner. Karena memang gak ada bisnis yang berhasil sendirian, pasti ada co-founder. Tapi harus tetap hati-hati dalam memilih partner bisnis. Karena semakin banyak kepala, makin banyak kepentingan juga, semuanya harus jelas di awal. sehingga ke depannya bisa lancar tanpa kendala. 

Oke, sekian dulu ya bahas tentang bisnisnya. Sekali lagi ini hanya sekedar sharing pembahasan yang ada di grup Whatsapp (dengan seizin anggota grup Whatsappnya juga tentu). 

Sebagai penutup bahasan bisnis ini, ada satu quote yang gue suka dari salah satu anggota grup Whatsapp. He said, 
"Kalau mau naik BMW atau Mercy di usia muda dan kebetulan lo juga bukan anak orang kaya, segeralah berbisnis."

Lihat juga postingan sebelumnya : Berbisnis dengan Model Bisnis Kanvas

Kamis, 03 Desember 2015

Berbisnis dengan Model Bisnis Kanvas

Demi menyebarkan manfaat buat semua, kali ini gue mau sharing model bisnis yang gue dapet dari obrolan di grup Whatsapp. Buat yang punya usaha atau mau punya usaha bisa disimak, ya.

Dewasa ini, perusahaan-perusahaan menggunakan 1 model bisnis dalam mengontrol dan menjalankan usahanya. Yang akan gue bahas di sini adalah model bisnis yang dicetus oleh Alex Ostewalder, asal Kanada. Model bisnis ini diberi nama “Business Model Canvas (BMC)” atau Model Bisnis Kanvas.

Model Bisnis ini disebut Kanvas, karena kita bisa melihat semua lini kunci produk kita dalam 1 gambar mirip lukisan. Dalam BMC ini, kita bisa lihat jelas faktor-faktor kunci bisnis kita, sehingga kita bisa menentukan strategi bisnis yang tepat ke depannya. Tujuan utamanya jelas untuk efisiensi budget dan memperbesar profit.  

BMC ini terdiri dari 9 kolom kunci. Tugas kita tinggal mengisi tiap-tiap kolom sesuai dengan bisnis yang akan/sudah kita jalankan.
pic from strategyzer.com

Untuk menjelaskannya gue mau pake contoh pada usaha penyewaan kamera Go-Pro. Kita bahas dari sebelah kanan, ya.

1.    Customer Segment.
Segmen pasar mana yang mau kita sasar. 
Contoh: Mahasiswa dan pekerja, traveler, ABG gaul. Jadi, kita hanya fokus menawarkan ke orang-orang yang sesuai dengan yang kita tulis di kolom tersebut.

2.    Customer Relation
Cara kita maintain customer. 
Contoh: kita kasih diskon khusus tiap hari libur nasional, harga khusus untuk pelajar, sering ajak penyewa makan bareng, mentraktir penyewa rutin.

3.    Channels
Cara kita memasarkan produk. 
Contoh: ikut komunitas, ikut open trip, pasang iklan di kaskus atau media sosial.

4.    Value Proposition
Ini kolom paling penting, karena berisi nilai lebih apa yang mau kita tawarkan dari bisnis kita dibanding dengan kompetitor. 
Contoh: GoPro murah tanpa harus beli, atau Air Asia, yang terkenal dengan valpropnya low cost carrier misalnya.

5.    Revenue Stream
Cara kita memperoleh uang dari bisnis ini. 
Contoh: biaya sewa kamera, sewa perangkat.

6.    Cost Structure
Biaya yang kita keluarkan untuk menjalankan bisnis. 
Contoh: biaya membeli GoPronya, mentraktir teman calon customer, biaya maintenance GoPro, beli perlengkapan.

7.    Key Activities
Aktivitas kunci yang mempengaruhi keberhasilan bisnis. 
Contoh: browsing teknologi GoPro terbaru, browsing tren anak gaul.

8.    Key Resources
Sumber daya kunci buat bisnis, bisa berupa orang, material, infrastruktur. 
Contoh: menggandeng saudara sebagai investor, teman yang bisa bantu menjual bisnis kita.

9.    Key Partners
Suppliers atau vendor yang menjadi supply bisnis kita. 
Contoh: toko langganan beli kamera, service, dll.

Penggunaan Model Bisnis Kanvas ini sangat tidak dianjurkan menggunakan laptop atau komputer (digital). Dianjurkan menggunakan kertas, model kanvasnya diprint seukuran poster dan menggunakan post-it (manual).

Kenapa? Karena bisnis itu sifatnya terus bergerak, kalau menggunakan post-it kita bisa dengan mudah bongkar pasang.

Banyak perusahaan multinasional hingga internasional yang menggunakan BMC ini. Seperti ATM Bersama, atau kita juga bisa googling model bisnis yang digunakan Air Asia atau Apple sekalipun.


Contoh lain BMC. (pic from here)

Hampir semuanya menggunakan Model Bisnis Kanvas ini, selain karena mudah, pengaplikasiannya pun seru seperti bermain games. Bisnis harus fun juga, kan?


Dan sebaik-baiknya bisnis, ya bisnis yang dimulai. Karena seberat apapun teorinya, kalau gak ada eksekusinya, ya percuma. 

Jadi, ayo kita berbisnis! 

Jumat, 27 November 2015

Movie Review: Les Nouvelles Aventures d'Aladin, Aladin Versi Baru



Masih ingatkah kita dengan kisah dari negeri 1001 malam? Di mana seorang pencuri muda yang menemukan sebuah lampu ajaib dengan Jin yang mampu mengabulkan keinginan kita. Namun, bagaimana jika kisah Aladin dan lampu ajaibnya dirubah dari kisah aslinya? Seperti halnya yang terjadi pada Film besutan sutradara Arthur Benzaquen, Les Nouvelles Aventures d’Aladin (The New Adventures of Aladin).


DIRECTOR les-nouvelles-aventures-d-aladin
Sutradara, Arthur Benzaquen

Berkisah tentang Sam dan Khalid yang memutuskan untuk mencuri di Galeries Lafayette pada malam Natal. Namun Sam, yang saat itu sedang mengenakan pakaian Sinterklas tiba-tiba terjebak di tengah anak-anak yang memintanya untuk mendongeng. Sam pun akhirnya menceritakan kisah Aladin, dalam versinya sendiri. Dalam tubuh Aladin, Sam bertualang ke kota 1001 malam, Baghdad dan bertemu dengan Putri Shallia.


les-nouvelles-aventures-d-aladin8
Aladin dan Khalid, dua pencuri ulung di Baghdad

Dalam film berdurasi 107 menit ini, penonton sudah diminta untuk tertawa sejak awal. Terutama ketika Aladin, yang diperankan oleh Kev Adams, mulai beraksi. Tidak hanya disuguhi tingkah laku Aladin yang konyol, film bergenre komedi ini juga menghadirkan drama dan musikal yang membuat penonton tidak ingin mengalihkan perhatiannya dari layar.


les-nouvelles-aventures-d-aladin01
Putri Shailla, yang memikat hati Aladin

Meskipun film yang diproduksi oleh MT Entertainment ini berkisah tentang Aladin, yang biasa ditonton oleh anak-anak, namun dalam Aladin versi Daive Cohen, sang penulis skenario, film yang akan tayang dalam Festival Sinema Prancis, Desember nanti ini tidak layak ditonton bersama anak-anak.


Vizir, sang tiran yang kejam mengincar lampu ajaib milik Aladin
Vizri, sang tiran yang kejam mengincar lampu ajaib
milik Aladin


Untuk mengetahui jadwal tayang Les Nouvelles Aventures d’Aladin (The New Adventures of Aladin), dapat dilihat di web Festival Sinema Prancis atau simak di lini masa Twitter @IFI_Indonesia dan Instagram @ifi_indonesia. Dan jangan lupa simak trailernya terlebih dahulu di sini


Note: tulisan ini juga diposting di web NontonJKT

Tara Basro Didapuk Menjadi Duta Festival Sinema Prancis 2015

Duta Festival Sinema Prancis 2015

Di tahun ke-20nya Festival Sinema Prancis memilih dua orang sineas Indonesia sebagai Duta Festival Sinema Prancis; Garin Nugroho dan Tara Basro.

IMG_8422

Garin Nugroho sudah menjadi penghubung industri film Indonesia dan Prancis sejak filmnya Daun Di Atas Bantal terpilih untuk kategori Un Certain Regard di Festival Film Cannes 1998. Tahun ini, festival film yang ia rintis, Jogja-Netpac Asian Film Festival berkolaborasi dengan Festival Sinema Prancis 2015 dalam memutar film-film Prancis berkualitas dan sesi diskusi Promosi dan Strategi Festival di IFI Yogyakarta pada 4 Desember dengan pembicara; Isabelle Glachant (Perwakilan Unifrance), Kamila Andini (Sutradara), Nan Achnas (Sutradara & Produser), dan Christine Hakim (Aktris senior Indonesia yang pernah menjadi anggota juri Cannes International Film Festival).

“Menjadi kehormatan untuk menjadi Duta Festival Sinema Prancis karena sejarah sinema prancis dari era nouvelle vague (sinema baru Prancis) hingga sekarang selalu mendorong pembuat film melahirkan karya-karya personal, dengan cara pandang sendiri di luar industri film Hollywood. Maka sudah selayaknya sinema Prancis menjadi bagian dari budaya tontonan pecinta film Indonesia,” ujar Garin atas terpilihnya sebagai Duta Festival Sinema Prancis 2015.

Lewat film A Copy Of Mind, Tara Basro, berhasil meraih penghargaan Citra untuk kategori Aktris  Wanita Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) 2015. Film yang disutradarai Joko Anwar ini telah diputar di Venice Film Festival 2015, Toronto International Film Festival (TIFF), Busan Film Festival 2015dan akan segera rilis di Indonesia tahun depan.

IMG_8422


“Sinema Prancis berperan penting dalam industri film dunia ketika konsep film sebagai tontonan publik diperkenalkan pertama kalinya di Paris. Terpilih menjadi Duta Festival Sinema Prancis ke-20 dan bisa menjadi bagian dari sejarah sinema Prancis, terutama di Indonesia adalah kebanggaan tersendiri buatku. Dan aku percaya bahwa Festival Sinema Prancis juga bisa membuka kesempatan untuk para filmmaker muda yang terpilih sebagai finalis di Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis, yang tentunya akan membuka pintu untuk berkiprah dalam industri film internasional,” ujar wanita yang gemar menonton film Prancis ini. 

Note: tulisan ini juga diposting di web NontonJKT

Festival Sinema Prancis 2015, Hadirkan 5 Film Indonesia

Festival Sinema Prancis kembali hadir di 9 kota besar di Indonesia, yaitu : Jakarta, Bandung, Denpasar, Malang, Surabaya, Medan, Yogyakarta, Makassar dan Balikpapan. Di tahun ke-20 Festival Sinema Prancis juga dimeriahkan dengan dipilihnya Garin Nugroho dan Tara Basro sebagai Duta Festival Sinema Prancis. 

IMG_8415
Direktur IFI, Marc Piton memberi sambutan

Seperti yang dikatakan oleh Marc Piton, Direktur Institut Francais Indonesia (IFI) yang juga Konselor Kerjasama dan Kebudayaan Kedubes Prancis di Indonesia,  “Tahun 2015 adalah awal baru dari 20 tahun yang akan datang di mana cakupan kerjasama dan bentuk kemitraan Indonesia-Prancis dalam bidang sinema akan semakin luas dan intens”.

Acara yang akan dihelat pada 3-6 Desember 2015 ini akan hadir dalam 3 program; Panorama – yang akan menyajikan berbagai film Prancis terbaru dari berbagai genre (drama, komedi, action hingga animasi) dan berkualitas internasional. Beberapa film Prancis yang akan tayang di Festival Sinema Prancis 2015 antara lain, Dheepan, Les Nouvelle Aventures d’Aladin (The New Adventures of Aladin), Taj Mahal, Le Petit Prince (The Little Prince), La Familie BĂ©lier (The BĂ©lier Family), Pourquoi j’ai pas mange mon père (Monkey Bussines), La French (The Connection), Le Père NoĂ«l (Santa Claus).

Fokus – program ini didedikasikan bagi kolaborasi sinematografi antara Prancis dan Indonesia melalui lima film, seperti; Sang Penari, Laut Bercermin, Berbagi Suami, The Photograph dan Garuda Power : The Spirit Within.

Dan terakhir Kompetisi Film Pendek – sebanyak 8 film yang berhasil lolos sebagai finalis tahun ini akan diputar sebelum pemutaran film panjang dalam program Panorama. Kedelapan film tersebut adalah Bid & Run karya Gugun Ekalaya, Iblis Jalanan karya Salman Farizi, Iman karya Nurul Ibrahim, Return to Sender karya Vera Lestafa, Sandekala karya Amriy Ramadhan, Simbiosis karya Wiranata Tanjaya, Sleep Tight Maria karya Monica Vanessa Tedja dan Taste of Fences karya Sinung Winahyoko.   

19_9_FSP


Untuk dapat menonton program Panorama yang akan diputar di jaringan XXI/21 di 9 kota besar di Indonesia, tiket dapat diperoleh di kantor IFI Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Balikpapan mulai tanggal 26 November 2015, seharga IDR 35.000. Dan untuk jadwal Festival Sinema Prancis lebih lengkap bisa dilihat di web www.festivalsinemaprancis.com.

Note: tulisan ini juga diposting di web NontonJKT

Minggu, 22 November 2015

Movie Review : The Little Prince, Keajaiban Dunia Masa Kecil

Setiap Ibu memang menginginkan masa depan yang terbaik bagi anak-anaknya. Berbagai cara pun dilakukan agar sang anak berhasil mendapat kan yang terbaik. Tetapi, apakah harus merenggut kebebasan anak itu sendiri?


pic from here

Seperti diceritakan dalam sebuah film berjudul The Little Prince yang disutradarai oleh Mark Osborne tentang seorang Little Girl (disuarakan oleh Mackenzie Foy) yang kehidupannya sudah diatur sedemikan rupa oleh sang Ibu (disuarakan oleh Rachel McAdams) demi masa depan yang baik bagi Little Girl kelak. Tetapi ketika Little Girl memutuskan untuk berteman dengan tetangganya yang eksentrik namun baik hati, The Aviator (disuarakan oleh Jeff Bridges), Little Girl belajar tentang keajaiban imanjinasi dan juga kisah The Little Prince (disuarakan oleh Riley Osborne), seorang anak yang tersesat di padang pasir setelah jatuh dari sebuah Asteroid. Sampai pada akhirnya Little Girl akan melakukan sebuah perjalanan ajaib ke dunia imajinasinya sendiri, di mana dia menemukan kembali masa kecilnya dan belajar bahwa apa yang paling penting adalah hubungan manusia dan hal-hal yang hanya bisa dilihat dengan hati.


pic from here

Film yang diadaptasi dari novel Prancis karya Antoine de Saint-Exupéry berjudul Le Petit Prince (The Little Prince) ini menggabungkan dua teknik animasi, yaitu papercraft animasi dan Pixar-esque CG. Keduanya menyatu dengan sempurna dalam film berdurasi 106 menit ini. Ditambah dengan scoring yang memang mendukung cerita dalam setiap adegan, film yang sudah tayang sejak 30 Oktober 2015 lalu di Indonesia ini memang layak untuk ditonton semua jenis usia.


pic from here


Meskipun alur cerita agak sedikit lambat, namun tidak mengurangi esensi film yang didapuk bergenre Fantasi Animasi ini. Ada satu quote yang terekam dengan jelas, bahkan beberapa kali diulang dalam film dari rumah produksi On Entertainment, Onyx Films dan Orange Studio ini, yaitu:

”It is only with the heart that one can see rightly. 

What is essential is invisible to the eyes”  


Nilai 8 dari 10 untuk film ini. Trailer : Official International Trailer The Little Prince



Minggu, 15 November 2015

Movie Review : The BĂ©lier Family, Film yang Mengaduk-aduk Perasaan

Memilih antara keluarga atau mengejar mimpi memang sebuah pilihan yang cukup sulit, apalagi bagi seorang gadis remaja yang merupakan tumpuan keluarga dalam berkomunikasi.

Paula menjadi tumpuan keluarganya dalam berkomunikasi

Bercerita tetang Paula, gadis berusia 16 tahun yang memiliki keluarga tuna rungu. Hanya Paula yang mampu berbicara di Keluarga BĂ©lier sehingga Paula menjadi satu-satunya juru bicara sekaligus penerjemah di Keluarga BĂ©lier ini. Keluarga BĂ©lier sendiri merupakan keluarga petani di kota kecil di Prancis.  

The BĂ©lier Family

Di satu sisi, Paula yang ternyata bersuara emas ini ingin mengikuti kontes menyanyi di Radio France di Paris, dengan konsekuensi jika ia terpilih, ia harus meninggalkan keluarganya selama 3 bulan. Di sisi lain, Paula tidak bisa meninggalkan keluarganya yang memang selalu membutuhkan dirinya tersebut.

Paula gigih berlatih nyanyi dengan guru musiknya

Film yang dalam bahasa aslinya berjudul La Famille BĂ©lier ini mampu mengaduk-aduk perasaan penonton seperti ketika menaiki roller-coaster. Tidak hanya disuguhi konflik keluarga seperti yang dihadapi Paula (Laouane Emera), dalam film berdurasi 106 menit ini penonton juga diajak untuk merasakan kehidupan gadis remaja bersuara emas ini yang penuh dengan romansa dan kegilaan khas remaja yang menghadirkan gelak tawa.

Paula sangat ingin mengikuti kontes menyanyi di Paris


Dalam filmnya, Sutradara Ă‰ric Lartigau ini mengingatkan kita tentang arti sebuah keluarga. Meskipun memiliki kekurangan, tetapi orang tua akan selalu berusaha mendukung sang anak dalam mengejar mimpinya.  

Sang Sutradara The  BĂ©lier Family

Penasaran dengan The  BĂ©lier Family? Sebelum menonton film yang sudah rilis di Prancis sejak 2014 lalu ini, ada baiknya kita simak trailer The  BĂ©lier Family terlebih dahulu di sini.

The  BĂ©lier Family menjadi satu dari sejumlah film yang akan diputar dalam Festival Sinema Prancis 2015, 3-6 Desember 2015 nanti. Institut Français d’IndonĂ©sie (IFI) bekerja sama dengan Cinema XXI/21, kantung kebudayaan dan komunitas film lokal kembali menghadirkan Festival Sinema Prancis di 9 kota di Indonesia, Jakarta, Bandung, Denpasar, Malang, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Makassar dan Balikpapan.




Jadwal film untuk Festival Sinema Prancis baru akan rilis tanggal 25 November 2015 nanti. Untuk info lebih lengkap bisa kunjungi website Festival Sinema Prancis atau simak linimasa Twitter @IFI_Indonesia atau di Instagram @ifi_indonesia. Yuk, sama-sama kita sambut kemeriahan perayaan ke-20 Festival Sinema Prancis!


Note : tulisan ini juga diposting di web NontonJKT dengan perubahan.

Sabtu, 14 November 2015

Daftar 8 finalis Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis 2015

Tahun ini merupakan tahun ke-4 Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis di Indonesia. Dari 183 peserta yang submit film pada Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis 2015, akhirnya sudah terpilih 8 finalis film pendek yang nantinya akan menemani film-film Prancis di Festival Sinema Prancis 2015. Diantaranya adalah sebagai berikut :














Bid & Run
SUTRADARA: Gugun Ekalaya
2015 |15’
BAKTI terjebak dalam sebuah lelang ilegal di internet. Lelang itu menjual nyawa orang betulan. Iseng-iseng BAKTI menawar satu nyawa yang ternyata menjadi pembunuhan sebenarnya. Masalah lain timbul ketika BAKTI ternyata telat menebus lelangnya. Akibatnya namanya tercantum dalam daftar nyawa yang dilelang berikutnya. Bakti memutuskan mengakhiri permainan lelang itu dengan memburu dalang dibaliknya.















Iblis Jalanan
SUTRADARA: Salman Farizi
2014 |10’
Beberapa tahun terakhir, Eko dan Abdul adalah pengendara sirkus motor di arena balap Tong Iblis. Mereka bekerja pada pasar malam yang dikelola seorang teman bernama Jeglek.












Iman
SUTRADARA: Sinung Winahyoko
2014 |4’
Seorang Pak Haji memulai untuk memimpin shalat berjamaah, sampai akhirnya ia kedatangan ‘tamu’ yang mengganggu konsentrasinya.















Return to sender
SUTRADARA: Vera Lestafa
2014 |15’
Seorang gadis membawa masa lalu dan mimpinya di dalam koper. Satu hari, perjalanannya mengantarkan dia ke titik balik dimana dia harus memilih dalam kehidupannya.















Sandekala
SUTRADARA: Amriy Ramadhan
2015 |9’
Seorang ibu dan anak perempuannya berjalan kaki memasuki lorong yang sepi, ketika sang senjakala menutup layarnya. Sesuatu mengintai dan mengikuti mereka.















Simbiosis
SUTRADARA: Wiranata Tanjaya
2015 |15’
Dua kakak beradik dengan karakter berbeda, harus berjalan bersama dalam petualangan mencari harta karun. Satu-satunya hal yang bisa mengatasi keheningan dan kebosanan adalah sebuah radio tua.















Sleep Tight Maria
SUTRADARA: Monica Vanessa Tedja
2015 |15’
Seorang gadis remaja bernama Maria V yang dibesarkan di sekolah dan keluarga Katolik, selalu masturbasi sebelum tidur. Sampai suatu hari ia harus berbagi kamar dengan saingannya.












The Taste of Fences
SUTRADARA: Sinung Winahyoko
2015 |15’
Keluarga sederhana ini memiliki ‘cara’ untuk menyambut tamunya. Hal ini melibatkan sang anak, penutup mata, dinding bambu dan pagar.


Dari ke-8 finalis ini akan dipilih 1 film terbaik yang akan mendapatkan hadiah jalan-jalan ke Prancis dengan tiket persembahan dari Air France, smartphone dari gadget kenamaan Prancis, Wiko dan merchandise lainnya. Pemenang akan diumumkan pada tanggal 25 November 2015 nanti. Kira-kira film mana yang akan jadi pemenangnya?


Untuk info lebih lengkap bisa kunjungi website FestivalSinema Prancis atau simak linimasa Twitter @IFI_Indonesia atau di Instagram @ifi_indonesia.


Note : Tulisan ini juga diposting di web NontonJKT

Jumat, 13 November 2015

Menyambut Perayaan Festival Sinema Prancis ke-20

Kamis (12/11) kemarin, gue mewakili NontonJKT berkesempatan menghadiri Media Gathering dan Press Screening di Auditorium IFI (Institut Français d’IndonĂ©sie) Thamrin, Jakarta Pusat yang digelar dalam rangka menyambut Festival Sinema Prancis 2015.

Rangkaian acara Media Gathering dan Press Screening ini terdiri dari pemutaran film The BĂ©lier Family, diskusi bersama juri dan koordinator serta pengumuman 8 finalis Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis.



Tahun ini, Festival Sinema Prancis akan berlangsung pada tanggal 3-6 Desember 2015 sekaligus merayakan ulang tahunnya ke-20. Selama perjalanan panjang 20 tahun tersebut, festival film asing tertua di Indonesia ini secara konsisten mempertemukan para pecinta dan pelaku film melalui pemutaran film-film berkualitas seperti antara lain Qu’est-ce qu’on fait au bon dieu? (Serial Bad Weddings) karya Phillipe de Chauveron yang masuk dalam daftar Box Office Prancis 2014 dengan 12 juta penonton dan Clouds of Sils Maria karya Olivier Assayas yang masuk dalam seleksi resmi Festival Cannes 2014.

Bekerja sama dengan Cinema XXI/21, kantung kebudayaan dan komunitas film lokal, Festival Sinema Prancis kembali hadir di 9 kota di Indonesia; Jakarta, Bandung, Denpasar, Malang, Surabaya, Yogyakarta, Medan, Makassar dan Balikpapan.


KOMPETISI FILM PENDEK

Digagas pada 2012, Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis hadir sebagai batu loncatan bagi para sineas muda Indonesia. Mereka yang terpilih mendapat kesempatan untuk memutar karyanya sebagai pembuka dalam pembukaan film Prancis atau pada program penayangan khusus selama berlangsungnya festival. Pemenang kompetisi juga berkesempatan mempromosikan filmnya di festival film di Prancis seperti misalnya Festival Film Pendek Clermont-Ferrand.

Tahun ini pemenang Kompetisi Film Pendek selain mendapatkan hadiah jalan-jalan ke Prancis dengan tiket persembahan dari Air France, juga akan mendapatkan hadiah smartphone dari gadget kenamaan Prancis, Wiko dan merchandise lainnya.

Di tahun ke-4 ini, Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis mengalami kenaikan yang cukup drastis dalam penerimaan film pendek dibanding, tiga tahun sebelumnya. Selain genre fiksi, Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis ini juga menerima film pendek dengan genre dokumenter sekitar 20% dan genre animasi sekitar 10%.

Seperti yang dikatakan Koordinator Festival Sinema Prancis 2015, Meninaputri Wismurti,
“Tahun ini Kompetisi Film Pendek Festival Sinema Prancis menerima 183 film pendek, dimana 70% dari film yang diterima berasal dari luar Jakarta dengan tema beragam. Tak membahas cinta melulu dan banyak mengangkat maslah hidup dan kritik sosial yang dipaparkan dengan sentilan jenaka. Hal ini menunjukkan bahwa film tak lagi jadi dominasi ibukota dan semakin banyak sutradara muda di luar Jakarta yang harus diperhitungkan demi membakar gairah industri film Indonesia.”

Kompetisi Film pendek Festival Sinema Prancis 2015 mendapuk tiga orang sineas muda Indonesia sebagai juri. Mereka adalah Sammaria Simanjuntak (Demi Ucok, Ci(n)ta dan Selamat Pagi, Malam), Dimas Jayasrana (Content Manager ViddSee di Indonesia) dan Guillaume Catala (Produser film dan Penulis Naskah) asal Prancis.


Untuk info lebih lengkap bisa kunjungi website Festival Sinema prancis atau simak linimasa Twitter @IFI_Indonesia atau di Instagram @ifi_indonesia. Yuk, sama-sama kita sambut kemeriahan perayaan ke-20 Festival Sinema Prancis!


Note : tulisan ini juga diposting di web NontonJKT 

Minggu, 01 November 2015

Safety Riding Versi Raden

Safety Riding Versi Raden
By. Nurul Aria
 
pic from here

Drrt.. drrttt…

Ponsel pintar Rani bergetar sejak tadi di dalam saku seragam kerjanya, entah siapa yang meneleponnya sejak tadi. Sayangnya Rani masih harus menyelesaikan terapi pada pasiennya yang terakhir hari ini sebelum pulang.

Saat menuliskan bukti bayar untuk pasiennya, sekilas Rani melihat ke arah jam dinding berwarna hitam yang tersimpan rapi di dinding di hadapannya, jarum pendek sudah menunjuk angka 9 sedangkan jarum panjangnya sudah di angka 10, tetapi di ruangannya masih ada pasien anak yang belum selesai terapi sejak tadi.

Seharusnya Rani memang sudah bisa pulang pukul 20.30 tadi, karena memang kliniknya tutup jam 20.00.  Namun ternyata, ketika Rani sedang bersiap untuk pulang, ada pasien yang datang mendadak untuk diterapi. Untungnya hanya terapi uap pada anak yang tidak membutuhkan waktu berjam-jam.

Setelah pasiennya selesai dan sudah keluar dari ruangan kliniknya, Rani mengambil ponsel pintarnya yang tadi bergetar. Tertera 5 notifikasi panggilan tak terjawab, dan beberapa notifikasi whatsapp di layar ponselnya itu.

Tanpa sadar ditepuk dahinya, “Ya Tuhan. Lupa. Kan tadi janjian sama Raden pulangnya.”

Kedatangan pasiennya yang mendadak membuatnya lupa mengabari teman komunitasnya tersebut. Tadi Rani memang sudah janjian dengan Raden untuk pulang bareng karena jalur pulangnya Raden melewati klinik tempat ia bekerja, rumah mereka pun searah.

Sebelum membaca pesan di whatsapp yang juga dari Raden, Rani mencoba menghubungi Raden terlebih dahulu, namun tidak diangkat.

Mungkin Raden sudah di jalan. Pikir Rani sambil membuka pesan di whatsappnya.

Raden : Ran, gue otw tempat lo ya.
Raden : gue tlp lo ga diangkat2.
Raden : gue tunggu tempat biasa. ok.
Raden : paling 15 menit lagi gue sampe.

Rani bergegas merapikan kliniknya, mencabut kabel-kabel listrik dari alat-alat terapi kemudian mematikan lampu ruangan dan AC.

“Raden seharusnya sudah sampai, nih.” Ujar Rani pelan ketika menuju tempat janjiannya dengan Raden yang tak terlalu jauh dari kliniknya. Dan ternyata benar dugaan Rani. Raden sudah tiba di tempat mereka janji bertemu.

Ini memang bukan kali pertama Rani pulang bareng Raden. Semenjak Raden mengambil kuliah kelas karyawan di daerah Salemba yang tak terlalu jauh dari klinik tempat Rani bekerja, hampir setiap mendapat jadwal shift sore, Rani selalu pulang bareng Raden. Lumayan mengirit ongkos dan waktu, pikirnya.
  
Dilihatnya pria bertubuh kekar itu sedang melepaskan sarung tangannya, kemudian baru melepaskan helmnya dan menaruhnya di atas tangki bensin motor besarnya.

Sorry lama, Den. Ada pasien mendadak tadi.” Ujar Rani ketika sudah berada di dekat Raden.

“Hey, Ran. Gue juga baru sampe kok. Santai. Heheh.” Pria yang ditegurnya itu berujar sambil berjalan menuju bagian belakang motornya. Membuka boks yang selalu ia bawa di motornya tersebut, mengambilkan helm full face dan menyerahkannya ke Rani.

“Tas lo mau ditaro di boks sekalian, gak? Biar enak lo duduknya.” Tanya pria berkepala plontos itu.

“Eh, iya, boleh.” Rani kemudian menyerahkan tas gembloknya yang agak berat itu ke Raden, kemudian langsung dimasukkan ke dalam boks yang memang muat 2 helm itu.

“Lengkap amat, Bro, atributnya. Kayak mau touring aja.” Ujar Rani ketika melihat Raden mulai mengenakan lagi satu persatu atribut bermotornya.

Mulai dari dalaman helm yang seperti ciput ninja para hijabers, kemudian helm full face, dan terakhir sarung tangan. Sedangkan jaket tebal-hitamnya sudah melekat sejak tadi di tubuh kekarnya. Pun dengan sepatu boots yang terpasang rapi di kedua kakinya.

Safety riding itu penting, Ran.” Jawabnya sambil mengenakan sarung tangannya yang sebelah kanan.
“Meskipun gak touring?” tanya Rani.
“Meskipun gak touring” ulang Raden yang kemudian naik ke atas motornya. “Yuk, Ran, naik.”

Rani pun perlahan menaiki motor besar milik Raden di bagian belakang, bagian penumpang. Sejujurnya Rani agak kurang suka naik motor besar dengan boks di bagian belakangnya. Ribet naiknya.

“Udah?” Tanya Raden dari depan kemudi.
“Udah.” Jawab Rani setelah menyandarkan punggungnya di boks.
“Udah pake helmnya, kan?” tanya Raden lagi.
“Udeeeh, pak Raden” jawab Rani sambil mengetuk helm di kepalanya sendiri.
“Hahah, sorry, Ran. Gue cuma mastiin aja keselamatan lo. Daripada lo kenapa-napa, ntar” ujarnya memastikan.

Setelah yakin atribut keselamatan sudah dikenakan dengan baik dan benar, Raden pun membiarkan motor besarnya melaju menyusuri jalanan ibu kota di malam hari.

****

Saat memasuki wilayah Cilandak yang agak sedikit macet, meskipun saat itu jam di ponsel pintar Rani sudah menunjukkan angka 22.00, Raden membuka kaca di helm full facenya dan sedikit menoleh ke Rani lalu bertanya,
“Ran, lo laper, gak? Mampir dulu ya. Heheh.”
“Boleh. Boleh. Gue juga gak sempet makan tadi gara-gara pasiennya padet gitu.”

Mereka akhirnya mampir di warung tenda yang menjual pecel lele di sekitar Cilandak. Sambil menunggu pesanan mereka datang, Rani mulai menanyakan hal yang sepanjang perjalanan tadi terpikirkan olehnya.

“Den, kan tadi lo bilang Safety Riding itu penting, ya? Seberapa pentingnya sih?”
“Kenapa lo nanya gitu, Ran?” bukannya menjawab, Raden justru bertanya balik ke Rani.

“Soalnya yang gue lihat, masih banyak pengendara motor yang mengabaikan tentang safety riding ini. Tapi lo gak. Lihat aja perlengkapan perang lo banyak gitu.” Jawab perempuan berkacamata ini.

“Hmm… Panjang nih gue jelasinnya. Bisa tiga sks. Hahah.” Canda Raden.
“Santai. Makanan masih belom datang ini.” Balas perempuan berkerudung biru di hadapannya itu.

“Buat gue, berkendara sepeda motor itu memang seharusnya memakai perlengkapan pelindung seluruh badan. Karena, kan, naik sepeda motor gak ada besi yang melindungi badan kayak mobil, Ran. Makanya perlengkapan perang gue banyak banget.” Jelas Raden. “Helm, jaket, celana panjang, sarung tangan, bahkan riding shoes atau boots itu safety gear paling penting buat gue.” Lanjutnya lagi.

“Kalo helm, harus full face emangnya, ya, Den? Bukannya half face juga udah SNI, ya?” tanya Rani sambil mengaduk-aduk teh manis hangatnya yang baru datang.

“Sebenernya sih, mau pake helm yang mahal atau yang murah, half face atau full face, gak terlalu masalah. Tapi, ternyata gue lebih nyaman pake helm full face. Ya, meskipun gak semua helm full face pasti nyaman, sih. Makanya gue lebih seringnya beli yang harganya sedikit agak di atas rata-rata. Lebih nyaman.”  Raden menghentikan bicaranya ketika makanan yang kami pesan akhirnya datang juga.

“Mau lanjut atau makan dulu nih?” ujar Raden sambil mencelupkan jari-jari tangan kanannya ke dalam mangkok besi berisi air bersih yang memang disediakan untuk kobokan itu.
“Makan dulu aja kali, ya.” Jawabku.

****

“Tadi sampe mana gue jelasinnya?” tanya Raden begitu piringnya bersih dari makanan, tapi tidak dengan mulutnya.

“Lo baru jelasin tentang helm aja, kok, tadi.” Jawab Rani.
“Eh, ini gak papa lo balik agak maleman lagi? Masih panjang soalnya. Heheh.”
“Santai, Pak. Besok masih shift sore. Hehe.”
“Oke” ujar Raden sambil mengacungkan ibu jarinya yang masih basah, baru dicuci di air kobokan.

“Masih tentang helm. Mungkin bagi kebanyakan orang pakai helm yang nyaman atau full face gak terlalu penting kalau naik motor untuk jarak dekat atau sekedar ngantar anak ke sekolah atau beli makanan di warung. Tapi, kita kan gak pernah tahu di depan sana ada apa? Bisa aja kan ternyata kita jatuh tiba-tiba dari motor, atau keserempet, terus kepala kita terbentur jalanan. Pake helm aja masih bisa kenapa-napa. Apalagi gak pake helm.” Diambilnya gelas minumnya yang airnya sudah setengah itu, kemudian diteguknya hingga habis.

“Gue, yang biasa nempuh jarak jauh rumah-kantor-kampus, atau kalo touring, deh. Bisa aja kan ngalamin kejadian ‘tak terduga’ gitu.” Ujarnya sambil membentuk tanda kutip dengan kedua jari telunjuk dan jari tengahnya di udara saat menyebutkan kata ‘tak terduga’. “Kalo misalnya gue gak pake helm yang nyaman dan aman buat gue, ya bisa wasalam.”

“Contohnya gini, pake helm yang bentuk busa dalemnya gak cocok sama bentuk kepala, atau bobot helmnya terlalu berat, gak nyaman banget pasti. Mungkin awalnya cuma berasa leher pegal. Tapi, efek terparahnya bisa bikin sebadan-badan capek, bahkan bisa berakibat pandangan jadi agak kabur. Bahaya, kan, tuh.”    

Rani mengangguk-anggukkan kepalanya pertanda setuju dengan penjelasan Raden yang memang sesuai logikanya itu. Tapi masih ada yang mengganjal juga di kepalanya.

“Terus kalo jaket, celana panjang, boots, sama apalagi tuh yang lo bilang tadi, kepentingannya apa?” Rani semakin penasaran dengan safety riding versi Raden ini setelah mendengarkan penjelasan tentang helm.

“Udah banyak sebenarnya artikel yang membahas bisa kena penyakit ini, itu, akibat naik motor gak pake jaket. Kalo gue, ya, buat ngelindungin badan dari udara atau angin, lah. Karena berkendara motor itu impactnya langsung ke sekitar kita, salah satunya ya udara atau angin itu.”

“Kalo bisa, sih, pake jaket yang kualitasnya memenuhi aspek kategori windproof. Terus kalo perjalanan jauh, baiknya pake yang ada pelindung siku, bahu dan lengan kayak gini, sebagai tambahan proteksi ketika terjadi benturan karena kecelakaan.” Tambahnya sambil menunjuk bagian siku dan bahu pada jaket yang tadi ia kenakan.

“Nah, kalo celana panjang sih hampir sama fungsinya kayak jaket. Sarung tangan pun. Tapi ini wajib sih buat gue. Karena gue selalu berasumsi bahwa gue gak pernah tahu sepanas dan sedingin apa jalur yang gue lewatin. Karena pernah, pas gue ke Puncak Pass gak pake sarung tangan sama sekali. Jadilah jari-jari tangan gue kaku dan gemetaran. Hahah” ujarnya sambil menggerak-gerakkan kesepuluh jari-jarinya.

“Beku ya, Den, jari lo?” tanya Rani meyakinkan.
“Banget.”
“Lo yang banyak lemaknya aja bisa beku, apalagi gue, ya? Hahha” canda Rani.
“Haha sial.”

“Eh, terus kenapa harus boots?” Rani masih belum mendengar penjelasan tentang penggunaan sepatu boots ini dari mulut Raden.

“Oiya, sepatu khusus motor atau boots riding ini biasanya tingginya sampai semata kaki atau lebih. Gue punya satu cerita kalo tentang ini. Bos gue yang ngalamin, sih. Jadi waktu itu dia buru-buru harus ke kantor. Biasa pake pantofel, dong, ya, kalo orang kantoran. Pas setengah jalan menuju kantor, dia kecelakaan. Dari mata kaki sampai samping tulang kering retak, cedera luka dalam gitu, deh. Dan itu karena kena separator busway itu, loh. Kontak langsung, tanpa pelindung. Gara-gara itu harus dioperasi dan ngabisin uang puluhan juta rupiah.”

“Ya, Allah. Serem amat.” Rani menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. “Cuma gara-gara kurang safety riding, keluar uang banyak, ya.” Lanjutnya lagi.

“Ya pilihannya cuma itu kan, Ran. Antara keluar modal agak banyak sedikit buat beli perlengkapan safety riding yang bisa bikin nyaman dan memberikan proteksi badan seutuhnya, atau harus ngalamin kecelakaan dulu terus keluar uang puluhan juta, bahkan nyawa bisa melayang, baru menyesal? Tinggal pilih.” Ujarnya sambil senyum.

“Wah, Seru nih ngobrol sama lo. Jadi nambah pengetahuan gue tentang berkendara. Meskipun lebih seringnya jadi penumpang doang gue. Hehe”

“Eh, tunggu. Ada dua hal lagi yang ketinggalan.” Ujar Raden tiba-tiba.
“Apa?”
“Saat berkendara motor itu, sebisa mungkin otak atau pikiran harus rileks, Ran. Meskipun lagi banyak pikiran. Karena safety itu sendiri kan berawal dari pikiran kita sendiri. Sama buat kondisi senyaman mungkin, lah, ketika di atas motor.” Ujar Raden mengakhiri penjelasan panjangnya.

“Wah, makasih banyak, loh, Den, atas penjelasannya. Makin ngerti gue tentang pentingnya safety riding.” Ujar Rani semangat. “Eh, tapi pulang malem aman gak, nih?” tanyanya sambil melihat jam di ponsel pintarnya.
“Eh, iya. Udah malem banget. Gak bagus lah buat anak gadis. Bentar gue bayar dulu, ya.”  

Setelah selesai membayar makanan dan minuman yang mereka pesan, Raden dan Rani pun menuju tempat motor besar Raden diparkir. Dan Raden memulai lagi ritual memakai atribut bermotornya tersebut.  

***


Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen ‘Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan.’ #SafetyFirst Diselenggarakan oleh Yayasan Astra-Honda Motor dan Nulisbuku.com