Jumat, 04 Desember 2015

Mari Kita Berbisnis!

Setelah sebelumnya kita bahas tentang Model Bisnis Kanvas, gimana kalo sekarang kita bahas tentang jenis bisnisnya? Tapi gak semua jenis bisnis yang akan gue bahas. Dan lagi-lagi ini sumbernya dari obrolan gue dan teman-teman di grup Whatsapp

Kita ambil contoh Bisnis Kuliner. 
Hingga saat ini, bisnis kuliner memang masih termasuk bisnis yang paling mudah dan menguntungkan. Bisnis kuliner juga sangat bergantung dengan lokasi dan keadaan sekitar. Misalnya, warung roti bakar kaki lima, meskipun hanya menjual roti bakar dan mie instan (goreng atau rebus) bisa beromset puluhan juta sebulan. Padahal, yang dijual tersebut bisa kita buat sendiri di rumah.

Contoh warung roti bakar (pic from here)


Faktor apa yang bisa membuat warung roti bakar kaki lima beromset puluhan juta?
Lokasi dan sasarannya pekerja kantor sekitar. 
Lokasi dan pesaing sekitarnya. Apalagi kalau tidak ada warung lain yang berjualan roti bakar.

Jadi, kalau ada yang mau bisnis makanan / kuliner bisa dilihat lagi ke diri sendiri dahulu. Apa yang sudah kita punya? Misalnya, kita sudah punya lokasi yang bagus, strategis. Setelah itu baru kita cari jenis makanannya apa? harganya berapa?

Atau, kalau misalnya punya resep makanan enak, atau punya kenalan yang jago masak makanan tertentu, baru deh,  kita cari lokasi yang pas di mana untuk buka usahanya biar laku.

Makanan enak, dibungkus dengan brand yang mudah diingat. 
Yang harus kita ingat lagi, brand itu penting!

Kalau mau buka usaha rumahan gimana?
Kalau mau buka usaha rumahan, disarankan menjualnya dengan cara online. Lalu kita lihat lagi hobi kita apa, atau biasanya paling susah atau repot kalau lagi butuh apa. Kalau bisa jangan menjual barang yang sudah banyak dijual. Lebih bagus lagi kalau kita menjual dengan jenis barang yang spesifik dan masih jarang yang jual. 

Apalagi untuk bisnis rumahan, kompetitornya banyak dan berat. Karena rata-rata modal terbatas, jadi bisnisnya cenderung sama dengan harga yang gak jauh beda. Nah, karena itu, coba deh, kita cari perbedaan (differentiation). Terus tentuin segmen pelanggan. Itu penting!

Misalnya kita mau jual baju untuk ibu menyusui dengan target pembelinya ibu-ibu menengah ke atas. Fokus saja di situ. Jangan sekali-kali jual daster murahan. Karena hal itu akan merusak brand image yang sudah kita bangun di awal.

contoh baju ibu menyusui (sumber : IG kafika_ficca)

Baju, meski tampilannya sama, tapi orang pasti senang memilih, terutama harga. Kalau memang konsep di awal segmen menengah ke atas, jual lah baju yang harganya 100rb ke atas. Kita kasih brand yang bagus, kemudian jual ke pekerja kantoran. One day, meski kita beli dari tanah abang sekalipun, gak akan ada yang “ngeh” dan akan tetap beli mahal. Karena, bagi sebagian besar orang, beli brand jauh lebih powerful dibanding beli model atau kualitas. Terutama dalam hal membeli pakaian. :) 

Nah, biar konsumen tetap loyal ke kita bagaimana?
Kalau kita mau naikin harga, kita juga harus naikin value. Kalau semuanya sama tapi mahal, ya impossible. Mungkin sementara bisa kita tahan dengan entertain. Misal, tiap lebaran kita kasih hadiah / bonus ke pembeli yang rutin belanja ke tempat kita. Hal itu bisa menahan pembeli biar gak kabur. Tapi itu hanya bersifat sementara. Dan hanya berlaku kalau beda harganya tipis. Karena, orang belanja dengan ikatan batin dan ikatan harga itu penting.

By the way, pedagang dengan pebisnis itu beda, ya. Pedagang itu biasanya beli grosiran, kemudian dijual lagi. Kalau pebisnis mulai dari titik nol.

Nah, untuk naik level ke pebisnis paling gampang dengan metode ATM (Amati, Tiru, Modifikasi).
Jadi, kalau kalian masih bingung cari ide untuk bisnis baru, cukup lihat sekitar kalian, kira-kira apa yang bisa dijadikan usaha. Kemudian ATM, deh.

Setelah bahas jenis beberapa jenis bisnisnya, sekarang kita bahas komponen harga.

Dalam menentukan harga jual, kita harus memasukkan semua biaya, termasuk biaya pengembalian modal.
Jadi, harga jual = harga beli + biaya produksi + biaya modal + margin. Jadi, margin yang kita dapat benar-benar bersih. Dan dalam margin gak boleh ada komponen lain.

Dalam Islam sendiri, margin tidak dibatasi. Asal sama-sama setuju harganya antara penjual dan pembeli. Kalau mau lebih mudah, margin itu harus lebih besar dari tingkat inflasi dan suku bunga deposito. Contoh kasarnya, kita punya uang 100jt. Ketika kita buat bisnis, berarti marginnya harus di atas deposito. Kalau masih sama atau lebih kecil, mendingan kita deposito-in aja uangnya, kan, daripada untuk bisnis?

Deposito saat ini masih sekitar 6-7,5% per tahun. Bisnis harusnya bisa lebih besar, ya. 

Bisa juga dengan perhitungan Harga jual = modal + biaya tambahan + untung yang diinginkan. Lalu bikin target minimal BEP (Break Even Point), akan tercapai di bulan ke berapa. BEP atau Break Even Point ini adalah titik impas / titik balik modal. Di mana kita gak rugi, tapi juga belum untung. 

Tahu untung atau ruginya? Ya, lihat lagi saat balik modal. 

Tapi, sebaiknya pemilik bisnis jangan sibuk berhitung, dll. Pemilik bisnis cukup fokus dengan bisnis ke depannya. Jangan terjebak dengan operasional. Untuk urusan hitung-menghitung bisa kita serahkan kepada tenaga ahlinya. Atau cari partner. Karena memang gak ada bisnis yang berhasil sendirian, pasti ada co-founder. Tapi harus tetap hati-hati dalam memilih partner bisnis. Karena semakin banyak kepala, makin banyak kepentingan juga, semuanya harus jelas di awal. sehingga ke depannya bisa lancar tanpa kendala. 

Oke, sekian dulu ya bahas tentang bisnisnya. Sekali lagi ini hanya sekedar sharing pembahasan yang ada di grup Whatsapp (dengan seizin anggota grup Whatsappnya juga tentu). 

Sebagai penutup bahasan bisnis ini, ada satu quote yang gue suka dari salah satu anggota grup Whatsapp. He said, 
"Kalau mau naik BMW atau Mercy di usia muda dan kebetulan lo juga bukan anak orang kaya, segeralah berbisnis."

Lihat juga postingan sebelumnya : Berbisnis dengan Model Bisnis Kanvas

Kamis, 03 Desember 2015

Berbisnis dengan Model Bisnis Kanvas

Demi menyebarkan manfaat buat semua, kali ini gue mau sharing model bisnis yang gue dapet dari obrolan di grup Whatsapp. Buat yang punya usaha atau mau punya usaha bisa disimak, ya.

Dewasa ini, perusahaan-perusahaan menggunakan 1 model bisnis dalam mengontrol dan menjalankan usahanya. Yang akan gue bahas di sini adalah model bisnis yang dicetus oleh Alex Ostewalder, asal Kanada. Model bisnis ini diberi nama “Business Model Canvas (BMC)” atau Model Bisnis Kanvas.

Model Bisnis ini disebut Kanvas, karena kita bisa melihat semua lini kunci produk kita dalam 1 gambar mirip lukisan. Dalam BMC ini, kita bisa lihat jelas faktor-faktor kunci bisnis kita, sehingga kita bisa menentukan strategi bisnis yang tepat ke depannya. Tujuan utamanya jelas untuk efisiensi budget dan memperbesar profit.  

BMC ini terdiri dari 9 kolom kunci. Tugas kita tinggal mengisi tiap-tiap kolom sesuai dengan bisnis yang akan/sudah kita jalankan.
pic from strategyzer.com

Untuk menjelaskannya gue mau pake contoh pada usaha penyewaan kamera Go-Pro. Kita bahas dari sebelah kanan, ya.

1.    Customer Segment.
Segmen pasar mana yang mau kita sasar. 
Contoh: Mahasiswa dan pekerja, traveler, ABG gaul. Jadi, kita hanya fokus menawarkan ke orang-orang yang sesuai dengan yang kita tulis di kolom tersebut.

2.    Customer Relation
Cara kita maintain customer. 
Contoh: kita kasih diskon khusus tiap hari libur nasional, harga khusus untuk pelajar, sering ajak penyewa makan bareng, mentraktir penyewa rutin.

3.    Channels
Cara kita memasarkan produk. 
Contoh: ikut komunitas, ikut open trip, pasang iklan di kaskus atau media sosial.

4.    Value Proposition
Ini kolom paling penting, karena berisi nilai lebih apa yang mau kita tawarkan dari bisnis kita dibanding dengan kompetitor. 
Contoh: GoPro murah tanpa harus beli, atau Air Asia, yang terkenal dengan valpropnya low cost carrier misalnya.

5.    Revenue Stream
Cara kita memperoleh uang dari bisnis ini. 
Contoh: biaya sewa kamera, sewa perangkat.

6.    Cost Structure
Biaya yang kita keluarkan untuk menjalankan bisnis. 
Contoh: biaya membeli GoPronya, mentraktir teman calon customer, biaya maintenance GoPro, beli perlengkapan.

7.    Key Activities
Aktivitas kunci yang mempengaruhi keberhasilan bisnis. 
Contoh: browsing teknologi GoPro terbaru, browsing tren anak gaul.

8.    Key Resources
Sumber daya kunci buat bisnis, bisa berupa orang, material, infrastruktur. 
Contoh: menggandeng saudara sebagai investor, teman yang bisa bantu menjual bisnis kita.

9.    Key Partners
Suppliers atau vendor yang menjadi supply bisnis kita. 
Contoh: toko langganan beli kamera, service, dll.

Penggunaan Model Bisnis Kanvas ini sangat tidak dianjurkan menggunakan laptop atau komputer (digital). Dianjurkan menggunakan kertas, model kanvasnya diprint seukuran poster dan menggunakan post-it (manual).

Kenapa? Karena bisnis itu sifatnya terus bergerak, kalau menggunakan post-it kita bisa dengan mudah bongkar pasang.

Banyak perusahaan multinasional hingga internasional yang menggunakan BMC ini. Seperti ATM Bersama, atau kita juga bisa googling model bisnis yang digunakan Air Asia atau Apple sekalipun.


Contoh lain BMC. (pic from here)

Hampir semuanya menggunakan Model Bisnis Kanvas ini, selain karena mudah, pengaplikasiannya pun seru seperti bermain games. Bisnis harus fun juga, kan?


Dan sebaik-baiknya bisnis, ya bisnis yang dimulai. Karena seberat apapun teorinya, kalau gak ada eksekusinya, ya percuma. 

Jadi, ayo kita berbisnis!