Minggu, 14 Juli 2013

Harga BBM Naik, Harga Tiket Kereta Turun. Imbasnya?

Sebenernya udah lama gue mau nulis tentang ini. Tapi cuma ngumpul di otak, dan baru sempet sekarang nulisnya. Heheh..

Seperti yang semua udah tau, harga BBM naik sekitar dua ribu rupiah, yang akhirnya berimbas ke naiknya tarif transportasi umum, macam Mikrolet, Kopaja, Metromini, Patas AC, dll. Bahkan Ojeg juga ada beberapa yang naik (meskipun ada juga tukang ojeg yang bilang "terserah Non aja mau ngasih berapa" lah...). Oh iya, gak cuma itu. Harga beberapa kebutuhan pokok, macam sayur-mayur, daging, bumbu-bumbu masakan, juga cabe, ikutan naik. Drastis :((

Okeh, itu yang naek. Ternyata, pemerintah bikin kebijakan lain yang (sepertinya) berusaha mengimbangi kenaikan tarif transportasi umum itu. Seperti, harga tiket Transjakarta (TJ) yang tidak jadi dinaikkan (gossip awal Pak Jokowi mau naikin tarif TJ yang Rp3.500,- itu, tapi akhirnya dicancel), dan tarif KRL Commuterline (CL) yang sejak awal juli sudah memberlakukan tarif progressif. Gak cuma tiket kereta Jabodetabek yang jadi murah. Tiket kereta keluar kota juga beberapa ada yang turun harga. :D

Sebenernya, dengan gak naikin tarif TJ dan memberlakukan tarif progressif untuk CL itu merupakan strategi yang bagus. Salah satu cara menarik minat masyarakat untuk lebih menggunakan transportasi umum tersebut. Iya. Imbasnya si TJ dan si CL ini jadi banyak Fans-nya. Penuh. Crowded. 

Tapi, sayangnya semua itu belum dipikirkan dengan matang (menurut gue, sih). Mungkin gue mau ambil contoh dari diberlakukannya e-ticketing dan tarif progressif oleh PT. KAI, ya. Karena gue memang lebih banyak menggunakan si CL ini sehari-hari. Heheh.. piss (^_^)v

Tarif progressifnya begini, tarif Rp2.000,- untuk 5 (lima) stasiun pertama, dan dikenakan Rp500,- untuk 3 (tiga) stasiun berikutnya. Cheaper? Pastinya!. Jika dibandingkan dengan tarif awal CL yang rata Rp8.000,- (Depok - Kota) dan Rp9.000,- (Bogor - Kota), kini berubah drastis. Gue pribadi, yang menggunakan si CL dari stasiun Lenteng Agung - Gondangdia aja cuma kena tarif Rp3.000,- aja. Kalo ke stasiun Kota malah cuma kena Rp3.500,-. Berkurang Rp5.000,- ongkos gue dalam sehari :)). 

Itu kalo diliat dari tarifnya. Nominal uang yang harus gue keluarin. Kalo diliat dari pelayanannya? Umm...

Gue mau cerita aja kali ya, pengalaman gue naek CL setiap gue shift pagi. 

Biasanya, kalo gue gak mau telat sampe tempat kerja, jam setengah tujuh pagi itu gue udah harus ada di stasiun Lenteng dan naik CL pertama yang dateng. Baik itu yang ke Tanah Abang (nanti transit di Manggarai) atau pun yang ke Kota. Waktu masih tarif Rp8.000,- gue masih bisa masuk gerbong CL dengan santainya, karena jam segitu belom terlalu penuh penumpangnya, terutama di gerbong khusus penumpang wanita (gue emang selalu naik di gerbong ini). 

Tapi, semenjak diberlakukannya tarif progressif ini, sepertinya gue harus bangun lebih pagi lagi kalo gak mau telat sampe tempat kerja. Kenapa? Jadi begini, hari itu hari Senin, dan gue udah ada di stasiun Lenteng Agung sekitar jam setengah tujuh. Peron stasiun pagi itu udah penuh, macam jam tujuh pagi. Dan, cerita selanjutnya... gue gak bisa masuk ke gerbong CL. Iya, setiap CL yang dateng, selalu penuh dan yang bisa masuk cuma 1 atau 2 orang aja. Dan itu harus nekat dorong-dorongan. Entah berapa CL yang lewat, akhirnya gue baru bisa masuk gerbong CL yang jam 7.40 (waktu Lenteng dan sekitarnya). Ah, iya. Satu jam menunggu baru bisa masuk :( . Telat parah. Pastinya. Wong absennya 7.30 T_T.

Itu baru awal, masih ada kejadian heboh nihh di stasiun Gondangdia-nya. Begitu turun ke lantai 1 stasiun Gondangdia, tempat pintu keluar, terjadi antrian panjang manusia yang udah mengular hingga sisi utara stasiun. Iya, mengantri di pintu keluar e-ticketing. Dan... entah (lagi) itu memakan waktu berapa lama. Yang pasti, hari itu gue baru sampe tempat kerja jam 9.00. Telat parah :(((( 

Yah, itu sedikit curhatan gue. Soalnya itu gak cuma terjadi di satu hari tersebut. Tapi juga di hari-hari berikutnya. Ya untungnya gue bisa nyari celah untuk bisa masuk gerbong CL setiap ada CL yang datang. Musti nahan badan yang di gencet-gencet di dalem gerbong CL yang penuh sesak sama manusia. Bahkan kadang gue sampe susah napas, sangking padetnya. Dan (lagi), gue harus merelakan satu sampai dua menit waktu gue untuk mengantri di pintu keluar e-ticketing stasiun Gondangdia. 

Tapi ada satu hal yang gue suka dari diberlakukannya e-ticketing tarif progressif ini. Selain harga murah, PT. KAI juga menyediakan e-ticketing Multi Trip, yang bisa diisi ulang saldonya. Dengan membeli kartu Multi Trip seharga Rp.50.000,- kita mendapat saldo Rp30.000,- dan bisa di-top up mulai dari Rp5.000 (maksimalnya gue lupa). 

Umm, ini bukan promosi Multi Trip, loh yaaa.. Tapi emang gue dan (mungkin) penumpang CL lainnya merasa terbantu dengan adanya si kartu Multi Trip ini.. hehehe...

Multi Trip tampak depan

Multi Trip tampak belakang

Ah, sudah lah.. Kalo dilanjutin, bisa ceracau kemana-mana ini. Intinya, harga BBM naik dan harga tiket kereta turun, berimbas ke penumpukan penumpang di stasiun, yang (masih) belom bisa keangkut sama CL yang dateng, meskipun si CL udah mulai diperbanyak dan jadwal kedatangannya pun sudah lumayan sering. Tapi tetep yaa masih terasa kurang. (Ini sepertinya faktor kebanyakan penduduk deh di Jakarta, #eh, #piss)


Sekian dulu curhatan dari gue. Kalo jadinya aneh, gak nyambung, dan lain-lain, mohon dimaafkan.. 

Cheers, 

@rulachubby
(^_^)v




Senin, 08 Juli 2013

Mas...


Ruangan berlapis baja tersebut semakin lama semakin ramai dengan pengunjung yang sebagian besar anak remaja. sebagian besar hanya berfoto-foto narsis dengan kamera di ponsel ataupun DSLR yang memang mereka bawa dari rumah. 

"Kak, boleh minta tolong fotoin kami?" ujar salah satu pria muda, kutaksir usianya masih di bawah 17 tahun. 

Kuambil kamera yang ia sodorkan padaku. Nikon DSLR. Ah, sudah lama aku ingin memiliki kamera ini. 

"Kak, backgroundnya emas ini, ya" ujar pria muda tersebut. Dan aku hanya mengangguk saja. Memperhatikan dia dan teman wanitanya sibuk berpose diantara pengunjung lain yang membuat sempit ruangan berlapis baja tersebut. 

"Terima kasih, kak" ujar pria muda itu yang tersenyum padaku saat aku mengembalikan Nikon DSLRnya.

Akupun membalas senyumannya sambil berlalu dari ruang penyimpanan emas tersebut.  

Ah, gagal lagi kunjungan ku yang sudah kesekian ini. Aku tak bisa melihatmu lagi kali ini. Karena mereka semua sudah lebih dulu memperebutkanmu sebagai latar foto. Dan selalu aku yang membantu mereka mengabadikan gambar bersamamu. Emas.

Nanti kucari lagi waktu yang tidak banyak pengunjungnya. Agar aku bisa bercengkrama dengan mu lebih lama lagi, Mas... 

***


Ini adalah Flash Fiction tersingkat dan tercepat yang saya buat. Dalam selembar kertas A4 yang dibagi 4. Dalam waktu 20 menit, itu pun saya baru mulai menulis setelah waktu berjalan 6 menit. 

FF ini dibuat saat games di Kopdarnya Kemudian.com di Gazebo Cafe, Kotu.