“Sepertinya aku harus menjauh sejenak dari kamu, Ka. Aku hanya ingin
meyakinkan diri aku. Bisa kan kamu gak hubungin aku dulu untuk beberapa saat?”
“Berapa lama, Ci?”
“Selamanya, Ka. Bisa?”
Raka masih tak habis pikir dengan
apa yang ada di pikiran Kasih. Perbincangannya dengan Kasih beberapa waktu lalu
masih terngiang jelas dalam benak Raka. Ia harus menjauhi Kasih? Untuk sementara
mungkin ia bisa, itupun ia ragu. Tapi ini, untuk selamanya? Raka tak yakin ia
bisa tanpa Kasih.
***
“Ci, jangan menjauh ya. Aku gak yakin bisa survive
tanpa kamu. Aku tahu kamu gak mau nyakitin dia. Tapi....” Raka berhenti
sejenak. Mengumpulkan oksigen dalam paru-parunya terlebih dahulu sebelum
melanjutkan perkataannya. “Tapi, apa kamu udah yakin sama dia, Ci?”
Kasih menunduk.
Tangan besar Raka menyentuh kedua
pipi Kasih. Hangat.
“Kalau memang kamu masih ragu akan pilihanmu. Aku akan menunggu sampai kamu yakin, Ci” Raka menatap
gadis berambut ikal dihadapannya.
“Aku tahu aku salah pernah ninggalin
kamu. Tapi, aku sadar. Hanya kamu yang bisa nenangin aku. Cuma kamu, Ci” Raka
membawa kedua tangan kasih mendekati bibirnya. Menciumi buku-buku jari Kasih
dengan lembut.
“Aku butuh waktu, Ka.” Hanya itu
yang mampu terucap dari mulut Kasih.
“Aku tunggu, Ci. Sampai kamu
yakin.” Raka tersenyum hangat.
***
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari Tiket.com dan nulisbuku.com#TiketBaliGratis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar