“Dear, seseorang gak akan berarti di muka bumi ini kalau
dilupakan. Tetapi akan lebih berarti lagi manusia itu jika dikenang.”
(Dafe, 19 Juli 2014)
Nisa termenung memahami kalimat yang muncul di layar ponsel
pintarnya itu. Sepenggal kalimat dari seseorang di masa lalunya yang kini entah
di mana, yang ia salin dan captured.
Dafe, begitu Nisa sering
memanggilnya, adalah seseorang yang teramat berarti bagi Nisa, dulu. Semasa SMA.
Tapi, sudah sepuluh tahun lamanya Nisa tak mendengar kabar beritanya. Entah masih
hidup atau sudah meninggal, Nisa tak tahu. Hingga suatu hari Nisa mendapatkan
nomor asing menghubunginya melalui pesan singkat. Dan semua kenangan seakan
bermunculan dengan sendirinya.
Fragmen-fragmen yang sebelumnya bersembunyi dibalik lobus-lobus
otaknya kembali bermunculan. Terutama adegan yang menceritakan tentang dirinya
dan Dafe di masa lalu.
“Aku senang kamu masih ingat sama aku, Nis” ujar Dafe malam
itu.
“Bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu, Dafe?” jawabku.
“Aku bukan siapa-siapa, Nis. Tak pantas kau kenang aku. Tapi,
aku berterima kasih kau masih sudi mengingat orang seperti aku ini.” Kemudian
pembicaraan kami terputus.
Dan ternyata itu kali terakhirnya Nisa bisa berbincang lagi
dengan Dafe, lelaki yang pernah hadir dalam hidupnya, dulu.
Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar