Rabu, 15 April 2015

Dafe

“Dear, seseorang gak akan berarti di muka bumi ini kalau dilupakan. Tetapi akan lebih berarti lagi manusia itu jika dikenang.”
(Dafe, 19 Juli 2014)

Nisa termenung memahami kalimat yang muncul di layar ponsel pintarnya itu. Sepenggal kalimat dari seseorang di masa lalunya yang kini entah di mana, yang ia salin dan captured.
Dafe, begitu Nisa  sering memanggilnya, adalah seseorang yang teramat berarti bagi Nisa, dulu. Semasa SMA. Tapi, sudah sepuluh tahun lamanya Nisa tak mendengar kabar beritanya. Entah masih hidup atau sudah meninggal, Nisa tak tahu. Hingga suatu hari Nisa mendapatkan nomor asing menghubunginya melalui pesan singkat. Dan semua kenangan seakan bermunculan dengan sendirinya.

Fragmen-fragmen yang sebelumnya bersembunyi dibalik lobus-lobus otaknya kembali bermunculan. Terutama adegan yang menceritakan tentang dirinya dan Dafe di masa lalu.

“Aku senang kamu masih ingat sama aku, Nis” ujar Dafe malam itu.
“Bagaimana mungkin aku bisa melupakanmu, Dafe?” jawabku.
“Aku bukan siapa-siapa, Nis. Tak pantas kau kenang aku. Tapi, aku berterima kasih kau masih sudi mengingat orang seperti aku ini.” Kemudian pembicaraan kami terputus.


Dan ternyata itu kali terakhirnya Nisa bisa berbincang lagi dengan Dafe, lelaki yang pernah hadir dalam hidupnya, dulu.


Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari www.nulisbuku.com di Facebook dan Twitter @nulisbuku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar