Rabu, 18 Februari 2015

Di Antara


Kasih terbangun dari tidurnya sambil mencari-cari sumber suara yang mengganggu mimpinya.

Rendy’s calling

Tulisan yang tertera di layar ponsel pintarnya tersebut membuat Kasih terlonjak dari kasurnya. Setengah sadar ia menatap kembali layar sentuh ponsel pintarnya yang masih menampilkan nama lelaki yang sudah ia kenal sejak sepuluh tahun yang lalu itu.

Kasih berdeham sejenak sebelum menekan tombol hijau di layar sentuhnya.
“Halo, Dy”
“Bangun, sayang. Udah pagi nih” ucap suara di seberang.
“Baru jam lima di sini” Kasih menatap jam digital di atas meja belajarnya yang menampilkan angka 5:00 itu.
“Ah, Iya. Aku lupa. Maaf, ya, udah ganggu tidur kamu”

***

Hangat genggaman tangan ini. Pelukan ini. Kasih terbelenggu di dalamnya. Debar jantungnya terdengar berirama agak cepat memasuki gendang telinga Kasih. Tangannya yang agak sedikit kasar itu masih membelai lembut rambut ikal Kasih. Mengalirkan sensasi tersendiri dalam pembuluh darah di tubuh Kasih.

“Kamu masih komunikasi sama dia?” seketika Kasih bungkam. Tubuhnya mengejang mendengar pertanyaan lelaki yang irama detak jantungnya masih tak beraturan ini.

“Ci, kamu masih komunikasi sama dia?” ulangnya.
Kasih mengangkat kepalanya dari dada bidang lelaki berkulit cokelat itu. Menatap matanya, dalam. Ada luka di sana. Kasih mengalihkan pandangannya menatap kedua tangannya. Seketika lelaki bertubuh tegap itu membawanya lebih dalam, mendekat ke dadanya, lagi. Memeluknya lebih erat. Kedua mata kasih memanas. Ada yang membendung di sana.

“Aku tahu, kok” lelaki itu membelai lembut rambut Kasih. Membuat pertahanannya runtuh seketika.

***



Flash Fiction ini ditulis untuk mengikuti program #FF2in1 dari Tiket.com dan nulisbuku.com #TiketBaliGratis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar