Kamis, 12 Desember 2013

Diary Nebeng.. Episode 2

Dear Diary...

Gue mau lanjut cerita tentang Keluarga baru gue lagi, ya...

Kali ini tentang....


Diawal tahun 2013, gue dan beberapa temen di komunitas sosial yang gue ikutin, bergabung di event Tahun Baru Bagi-Bagi yang digagas bu dokter Diana, atau yang akrab disapa kak Yeyen (@rockadocta). 

Kak Yeyen (yang pake baju hitam 2 dari kiri)

Di kegiatan sosial –membagi-bagikan roti dan air mineral untuk mereka yang kurang beruntung- ini, gue ketemu lagi dengan @nebengers. Iya, komunitas berbagi seat kosong ini ambil bagian dalam kegiatan sosial ini. Sebagian besar dari mereka membawa kendaraan pribadi. Jadinya, dibagi kelompok dan wilayah pembagian rotinya. Saat itu gue sekelompok sama Oma Finky (dari Westlife Charity), Sonny dan temennya –ini gue lupa namanya, jujur. Maaf-. Sonny ini dari Nebengers wilayah Cibubur. Gue sama Oma Finky ini nebeng mobilnya Sonny buat bagi-bagiin roti dan air mineral ke wilayah utara Jakarta. Lebih tepatnya ke sekitar Gunung Sahari, Ancol, Kota, sekitar situ deh.

Seru. Dengerin Sonny dan temennya itu cerita-cerita kesehariannya. Haru. Saat bertemu seorang bapak tua berjalan sendirian sambil membawa karung yang entah isinya apa, terus kita berhenti dipinggir jalan, turun dari mobil, ngasih roti dan air mineralnya, kemudian si bapak berucap terima kasih dan doa (yang jujur membuat gue merinding haru). Keren lah!

Pertemuan kedua gue dengan nebengers kali ini, lebih rame, lebih seru. Karena gue bertemu lebih banyak anak Nebengers yang rela bangun pagi. Dan ini beberapa foto hasil dokumentasi (yang gue pinjem dari grup FBnya BFLAct). Kangen kebersamaan ini bareng kalian lagiii... Hehe.

Kak Ciput dan Mas Eas, Foundernya @nebengers

Bersama kakak-kakak dari BFLAct, Nebengers dan IHK
(itu yang sebelah kanan bawah pake baju biru, namanya Sonny)

Dee, Bang Reza Moko, Kak Ari, Maya dari nebengers
(maaf, yang paling kiri aku lupa namanya)

ini Kak Fina dan Maya

Keluarga Nebengers 

Kakak-kakak dari BFLAct


more foto bisa dilihat di sini

Ini dulu ya curhatannya. Berharap bisa ngalamin lagi Tahun Baru Bagi-Bagi di akhir tahun 2013 ini. I wish!

Sekian dan terima tebengan.

@rulachubby

Kamis, 05 Desember 2013

Diary Nebeng.. Episode 1

Dear Diary….

Kali ini gue mau cerita tentang keluarga baru gue. Keluarga yang sebenernya udah gue kenal sejak akhir 2012, namun mulai akrabnya pertengahan 2013 ini. Gue lebih sering menyebut keluarga baru gue, Keluarga Nebengers.



Awal mula gue kenal @nebengers ini dari social media berlogo burung biru, alias Twitter. Salah satu akun yang gue follow sedang berkicau tentang komunitas berbagi seat kosong ini. Yang akhirnya gue ikutan follow dan stalking akun yang logonya mayoritas berwarna hijau ini. Sekali-kali ikutan posting rute. Tapi belum pernah, tuh, dapet tebengan.

Gue juga udah isi database di web-nya. Tapi, masih belum beruntung. Mungkin karena rute dan jam kerja gue yang beda sama orang kantoran kebanyakan. Rute sih, Ciganjur – Sarinah – Ciganjur. Tapi jamnya itu. Gue masuk kerja jam setengah delapan pagi, paling telat berangkat dari rumah itu jam setengah enam pagi, lah, kalo mau naik angkutan umum. Pulang kerjanya jam setengah tiga siang. Itu kalo shift pagi. Kalo shift sore, berangkat jam dua belas siang, pulangnya setengah sembilan malam. Hehe. Jarang beruntungnya.

Pernah juga gue iseng dateng ke Kopdar (Kopi Darat, alias ketemuan) Nebengers #TeamJakSel di salah satu restoran cepat saji di bilangan Kuningan. Deket, lah, dari tempat kerja gue. Ditambah lagi jam pulang kerja gue yang lebih cepat dari orang kantoran, jadilah gue jam tiga sore itu udah duduk manis di salah satu kursi panjang di restoran cepat saji itu. Padahal kopdarnya itu After Office Hour –yang bisa dibilang diatas jam lima sore-. Oke, gue harus menunggu lebih dari dua jam di restoran cepat saji yang pendinginnya cukup membuat gue kedinginan.

Nggak cuma itu. Saat itu, gue masih menggunakan ponsel yang belum canggih. Belum beli pengganti ponsel pintar gue yang rusak sehabis dipeluk ombak waktu ke Bali (baca Bali Trip, Day 1 part 1). Dengan modal ponsel yang belum pintar, juga pulsa yang untungnya selalu ada itu, gue sms ke temen gue untuk liatin timeline-nya @nebengers, cari info tentang kopdar hari itu. (Makasihh Meghaaa :*)

Sambil menunggu orang-orang yang memang belom pernah gue kenal itu, gue iseng-iseng nulis, baca majalah, makan es krim yang dijual di restoran cepat saji itu. Mulai dari sepi – ramai – sepi lagi – ramai lagi. Gue nggak juga beranjak dari tempat gue duduk. Sesekali memperhatikan seisi ruangan restoran cepat saji itu. Nggak ada yang gue kenal.

Sampai ada tiga orang, satu orang lelaki kurus agak kemayu, satu orang lelaki berpostur atletis berkacamata dan satu perempuan agak gemuk dengan rambut bob pendek berponi, yang masuk ke restoran itu dan duduk persis di meja-kursi yang berhadapan dengan posisi gue duduk. Entah kenapa gue sempet nebak dalam hati, itu pasti anak nebengers, deh. Gue juga sempet merasa diliatin terus sama mereka. Hehe (mungkin gue terlalu ge-er-an. mungkin).  

Udah mulai sore, mulai banyak orang yang berdatangan dan mendekati tiga orang di seberang gue itu. Dan nggak lama, akhirnya mereka pindah ke meja sisi kiri gue -yang memang bisa menampung lebih banyak orang. Sayangnya saat itu gue masih bergeming dari tempat gue duduk dengan sesekali menguping keseruan obrolan mereka. Iri. Tapi gue terlalu takut dan malu untuk ikutan nimbrung. Gue memang termasuk pemalu kalo ketemu orang baru, yang belom gue kenal sama sekali. Ya.. setelah beberapa kali nguping, akhirnya gue memberanikan diri untuk nanya sama orang terdekat gue, ini nebengers, ya?. Setelah itu, akhirnya gue ikut gabung, dan ikut memperkenalkan diri gue ke semua yang hadir saat itu.

Mereka semua seru, rame, baik, ramah, open minded. Nggak nyesel lah gue nunggu dari jam tiga sore di ruangan yang dingin itu. Gue nggak inget semua yang hadir, tapi yang gue tau, saat itu ada Mas Eas dan Mbak Putri Sentanu –yang ternyata foundernya @nebengers-, bang Gamma (pria berpostur atletis berkacamata yang gue sebut di awal cerita tadi), bang Reza Moko (lelaki kurus agak kemayu), Dyah Sisca atau yang biasa dipanggil Deedee (perempuan agak gemuk dengan rambut bob pendek berponi), Mbak Prima, Mbak Adinda, Mas Eka, Babang Nino, Kak Fina, Onic, Kak Ari, Teh Hera, bang Lipi, dan yang lainnya –nggak inget lagi siapa namanya, padahal ini sambil liatin foto pas kopdarnya itu. Uwuwuwu-. Ohiya, pas pulangnya, gue bareng Kak Fina dan Onic naik TJ, sedangkan beberapa yang lainnya masih lanjut karaokean. Hehe.

(Foto from bang Gamma)


Itu cerita pertama kali gue gabung @nebengers.

Dan... masih banyak cerita lainnya..
Next episode, yahh (^_^)v

Sekian dan terima tebengan

@rulachubby




Kamis, 31 Oktober 2013

Traffic Light Untuk Pejalan Kaki


Sore itu, saya dan beberapa teman sedang makan mie ayam di pinggir jalan, tepatnya di seberang halte TransJakarta (TJ) Monas. Kebetulan saya duduknya menghadap ke jalan raya. Jadi, sambil menunggu pesanan mie ayam bakso saya datang, mata saya memperhatikan aktivitas di depan saya. Pedagang yang berjualan, mobil yang lalulalang dan pejalan kaki yang menyebrang jalan.

Ini yang lucu tapi miris.

Di jalan raya yang mengapit halte TJ Monas itu, terdapat Traffic Light yang dapat digunakan untuk para pejalan kaki yang akan menyeberang. Dengan cara, menekan tombol yang terdapat di tiang Traffic Light tersebut, kemudian menunggu beberapa saat hingga lampu yang berlambang orang berjalan itu menyala berwarna hijau. Yang artinya kendaraan bermotor harus berhenti dan pejalan kaki bisa menyeberang jalan dengan segera.

taken from here


taken from here

Tapi yang saya lihat, mayoritas dari para pejalan kaki tersebut menyebrang seenaknya, tanpa terlebih dahulu memencet tombol yang terdapat di Traffic Light dan menunggu lampu bergambar manusia itu berwarna hijau. Untungnya kendaraan yang lalu lalang sore itu tidak terlalu banyak dan tidak terlalu ngebut. Tidak hanya itu, tertangkap pula oleh mata saya ada pengendara motor yang menyeberang di zebra cross untuk pejalan kaki tersebut. Dan lagi, ternyata tombol Traffic Light nya tidak berfungsi dengan  baik di beberapa Traffic Light.  Hanya di sisi sebrang (yang sejajar dengan halte Busway, dan yang sejajar dengan Museum Nasional) yang tombolnya berfungsi. Jadi, kalau mau menyebrang dari sisi satunya, harus berteriak atau memberi kode kepada pejalan kaki ataupun pedagang yang ada di seberang jalan. Itu pun kalau mereka sadar.

Karena pemandangan yang saya lihat tersebut, terjadi perbincangan antara saya dan teman saya tentang Gerakan Disiplin Nasional (GDN). Pernah dengar tentang GDN ini? Yap, gerakan yang pernah dicanangkan oleh Bapak Soeharto, Presiden RI jaman Orde Baru. Apa kabar gerakan itu di jaman Reformasi? Masih adakah GDN yang berlaku di kalangan masyarakat Indonesia?
Pertanyaan retoris, kah itu? Entah.

Yang ada dipikiran saya saat ini hanyalah… Miris.. Miris melihat masyarakat yang kurang disiplin, terutama dalam berlalulintas. Jujur saja, ini juga termasuk saya dan mungkin keluarga juga teman-teman saya.

Kalau kita lihat pemerintahan sekarang, khususnya wilayah DKI Jakarta, sudah mulai membenahi diri dalam segala bidang. Terutama bidang transportasi. Mulai dari angkutan umum hingga sarana dan prasarana lainnya. Ya, meskipun masih banyak yang complain juga…

Misalnya saja, beberapa armada angkutan umum sudah mulai diperbaiki, diuji kelaikan jalannya. Bahkan sudah ada Kopaja AC dan bus APTB yang terintegrasi dengan TransJakarta, sehingga bisa melalui dan terhubung dengan jalur TransJakarta (Busway),  yang diharapkan dapat memberikan kenyamanan juga kemudahan para pengguna transportasi umum. Ada juga CommuterLine (CL), transportasi massal yang paling banyak peminatnya karena lebih murah dan efisien, ini juga sudah mulai membenahi diri. Meskipun masih banyak juga yang complain tentang jumlah gerbong, karena masih harus berdesakan dengan penumpang lainnya –terutama di jam-jam berangkat dan pulang kerja, waktu kedatangan yang masih suka telat dan sering mengalami ganguan sinyal, juga di beberapa gerbong CL yang pendingin udara atau kipasnya tidak berfungsi sehingga udara dalam gerbongnya yang penuh dengan manusia yang berdesak-desakan itu jadi pengap dan panas. (Yang ini saya hapal banget, karena saya pengguna CL). Itu beberapa contohnya.  

Kembali ke sarana dan prasarana, Traffic Light untuk pejalan kaki, sarana ini sudah lama diadakan di beberapa ruas jalan, terutama jalan protokol dan yang tidak ada jembatan penyebrangan. Ya, salah satunya yang ada di depan Monumen Nasional itu. Namun, ternyata masyarakat pun kurang mengetahui kegunaan Traffic Light tersebut. Atau tahu, tapi pura-pura tidak tahu? ….

Entah..

Mungkin, memang harus ada sosialisasi untuk penggunaan sarana dan prasarana umum tersebut. Selain peningkatan kesadaran dalam diri manusia itu sendiri tentunya. Gerakan Disiplin Nasional. Disiplin dalam berlalu lintas, Disiplin dalam berkendara. Biar terciptanya aman, nyaman dan selamat bagi semua pengguna jalan…

taken from here


Itu aja


@rulachubby

Sabtu, 14 September 2013

Telepon Nyasar

September, 2009

Mitha, salah satu karyawati di perusahaan swasta yang bergerak dibidang “Jasa Perbankan” ini baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan bermaksud untuk istirahat makan siang ketika ia mendapatkan ada 4 missed called di ponsel berwarna hitamnya itu. Nomor asing. Mitha sama sekali tidak mengenali nomor telepon yang tertera di layar ponselnya kini.

“Ini siapa sih yang telepon gue sampai empat kali?” gerutunya sendiri.

“Kenapa, Tha?” tanya Mas Hendra, rekan kerja yang kubikelnya bersebelahan dengannya itu.
“Ini mas, ada yang telepon sampai empat kali, tapi gue nggak kenal nomor siapa” ujar Mitha agak bingung menjelaskan.
“Hahaha fans lo kali, Tha” ledek Mas Hendra.
Mitha hanya mencibir mendengar ledekan Mas Hendra, kemudian beranjak keluar ruangan untuk mengisi perutnya yang sudah mulai gaduh.

Sambil menunggu pesanan pecel ayamnya, Mitha masih saja memikirkan nomor asing yang meneleponnya hingga 4 kali itu. Mungkinkah ada hal yang penting, sehingga si penelepon sampai harus menelepon berkali-kali? Ujar Mitha dalam hati.
Dengan rasa penasaran yang tak kunjung padam, Mitha akhirnya memutuskan untuk mengirimkan SMS ke nomor asing tersebut.

To: 02196423xxx
Maaf, ini siapa ya? Tadi tlp saya smp 4x
Mitha

Message sent…

Kemudian Mitha menaruh kembali ponsel hitamnya ke dalam tas kecil yang dibawanya, dan langsung menyantap hidangan yang sudah tersedia dihadapannya kini.
***

Hingga jam pulang kerja, tidak ada balasan dari pemilik nomor asing tersebut. Rasa penasaran Mitha semakin menjadi, membuatnya gelisah dan berkali-kali mengecek ponselnya hanya untuk memastikan ada balasan dari si pemilik nomor asing tersebut.

“Lo kenapa sih, Tha? Bentar-bentar liatin hape lo terus..” tanya mas Hendra heran dengan tingkahnya itu.
“Nggak apa-apa kok, Mas.” Jawabnya singkat.
“Yakin?” tanya mas Hendra lagi. “Oohh, gue tauu.. Lo pasti lagi nungguin telepon dari nomor yang tadi yaa?” Selidik mas Hendra lagi.
Pertanyaan mas Hendra tadi tak digubris oleh Mitha, karena Bu Risa, kepala divisi di ruangannya sudah menatap tajam ke arahnya dan mas Hendra yang membuat kegaduhan dengan perbincangan mereka itu.

Secarik kertas mendarat di kubikelnya, dari mas Hendra
Mak Lampir lagi galak, kita lanjut nanti ngobrolnya. Hahaha.. Abisin tuh target lo, biar ga kena omel mak lampir. Jangan liatin HP terus.. :p 

Diliriknya lelaki berkulit putih yang berada di sebelah kiri kubikelnya ini sambil mencibirkan bibirnya, kemudian tersenyum dan kembali menatap layar komputernya. Di sana masih terpampang jumlah nasabah yang harus ia telepon agar mencapai target hariannya.

Sehari-hari, Mitha memang selalu berhubungan dengan telepon dan layar komputer yang memuat data nasabah yang harus ia verifikasi ulang untuk mendapatkan data yang benar-benar valid. Tidak semua data yang terdapat di layar komputernya dapat dihubunginya di hari yang sama, ada yang sampai harus ditunda hingga 3 hari karena tidak terhubung. Ada juga yang sudah mendapatkan data dari nasabahnya, tapi tidak mendapatkan data dari perusahaan tempat nasabah bekerja, dan harus ditunda hingga 3 hari juga. Hal tersebut yang terkadang membuat Mitha jarang mencapai target yang seharusnya.
***

Closing berapa tadi, Tha?” Tanya mas Hendra.
“Sesuai target sih, tapi masih banyak yang pending juga” Jawab Mitha.
“Kok bisa?” tanya mas Hendra lagi.
“Ya bisa lah” ujar Mitha. “Tadi gue minta tambahan data lagi sama Bu Risa yang kira-kira bisa di closing hari ini, data yang kemarin. Habisnya, data yang masuk ke gue fresh semua sih. Data pendingannya cuma dikit.” Jelas Mitha lagi.
“Makanya jangan liatin hape terus, kerja yang bener” Ledek mas Hendra. “Eh, udah tahu siapa yang telepon lo itu, Tha?” tanya mas Hendra yang ternyata juga penasaran dengan nomor asing di ponsel Mitha tadi.
“Nggak tahu Mas, belum lihat hape lagi. Dari tadi diliatin terus sama Bu Risa” ujar Mitha, kemudian mengambil ponsel berwarna hitamnya dari dalam tas.
“Jangan-jangan salah satu nasabah yang lo telepon kali, Tha” tebak mas Hendra.
“Ngaco! Nggak pernah ya gue ngasih nomor telepon gue ke nasabah. Yang ada nanti gue di omelin sama Bu Risa lagi.” Ujar Mitha sambil menatap layar ponselnya.

1 new message

Mitha langsung membuka SMS tersebut, dan benar seperti dugaan Mitha, SMS balasan dari si pemilik nomor asing tadi.

From: 02196423xxx
Maaf baru balas, aku Joe. Salam kenal Mitha

Dengan segera Mitha membalas SMS si pemilik nomor asing itu yang mengaku bernama Joe.

To: 02196423xxx
Btw, tahu no. tlp aku dari mana ya?

Message sent..

“Woyy, serius banget sih liatin hapenya, sampe-sampe gue dicuekin.” Mas Hendra menepuk pundak Mitha yang sedang menunggu balasan SMS dari Joe.
“Eh, masih ada mas Hendra toh. Kirain udah pergi dari tadi. Heheh.. maaf, Mas” ujar Mitha kemudian tersenyum.
“Hahah, dasar Mitha aneh. Udah ah, gue balik yaa.” Pamit mas Hendra yang kemudian pergi menuju tempat motornya di parkir. 

Mitha melambaikan tangan pada sosok lelaki yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri itu dan melangkahkan kakinya menuju halte busway yang tak terlalu jauh dari kantornya itu.

Tak ada balasan dari Joe. Hal tersebut membuat Mitha semakin penasaran. Siapa Joe? Dari mana Joe mendapatkan nomor teleponnya? Dan berbagai pertanyaan lainnya melintas di benak Mitha sepanjang perjalanan menuju halte busway.

Drrrtt.. drrrtt…

Ponsel hitam yang sejak tadi di genggam Mitha bergetar.

Incoming call Joe..

Dengan rasa penasaran, Mitha mengangkat telepon dari pria yang tidak dikenalnya itu. Dan dimulailah percakapan antara Mitha dan Joe malam itu. Sepanjang perjalanan Mitha menuju rumah. Ditemani Joe di telepon.

Dari awal percakapan mereka, Mitha sudah merasakan nyaman berbincang dengan Joe. Mitha merasa sudah lama mengenal Joe. Di awal percakapan, Joe menjelaskan bahwa ia mendapatkan nomor Mitha secara acak.

Saat itu Joe sedang iseng mengutak-atik nomor telepon kemudian menghubungi setiap nomor telepon yang sudah dia acak itu. Dari sekian banyak nomor telepon asal itu, hanya beberapa yang tersambung, tapi tidak ada yang diangkat. Dan hanya nomor milik Mitha lah yang merespon dengan mengirimkan SMS ke nomor Joe.

Antara percaya dan tidak, Mitha tetap mendengarkan cerita Joe tentang telepon acaknya itu. Setelah Joe selesai menjelaskan, mereka pun saling memperkenalkan diri. Saling bercerita mengenai hoby dan pekerjaan masing-masing. Dan hal tersebut terus berlanjut hingga esoknya.
***

Hampir setiap hari, pagi, siang, sore, malam, Joe selalu mengirimkan SMS ke Mitha. Mulai dari sekedar bertanya “Lagi apa?” atau “Sudah makan belum?” sampai kata-kata mutiara untuk menyemangatinya setiap pagi. Tak hanya SMS, terkadang Joe menelepon jika Mitha tidak membalas SMSnya.

“Ini kenapa gue berasa kayak punya pacar, ya?” ujar Mitha sambil tersenyum ketika membaca sms dari Joe.

From : Joe
Km lg apa beb? Udah mkn blm? Jgn lupa istirahat ya.

Dan ini bukan pertama kalinya Joe memanggilnya dengan sebutan “beb”.
Saat di telepon, Mitha bertanya pada Joe mengenai panggilan “beb”nya itu.

“Kenapa, beb? Kamu nggak suka ya? Atau kamu udah punya pacar, ya?”
“Bukan, suka-suka aja sih. Lagian aku belom punya pacar kok. Tapi, emangnya pacar kamu nggak marah ya?” tanya Mitha lagi. Kemudian terdengar suara tawa dari seberang.
“Kok malah ketawa sih, Joe?” tanya Mitha heran.
“Kamu tuh lucu, beb.” Jawab lelaki di seberang.
“Lucunya?” Mitha semakin heran dengan perkataan Joe.
“Lucu aja. Hahahaha..”
“…..”
“Kok diem, beb?”
“Ya, habisnya kamu ketawa terus”
“Maaf… maaf.. iya deh aku nggak ketawa lagi” Joe berusaha menenangkan suaranya.
“Beb, aku tuh sebenernya suka sama kamu.” Ujar Joe tiba-tiba yang membuat pipi Mitha menghangat dan menimbulkan semburat merah.
“Jangan bercanda deh.” Ujar Mitha mencoba tenang.
“Aku serius lagi, beb”
“Hahah.. Lucu kamu, Joe. Belum pernah ketemu aja udah bisa bilang suka sama aku.” Mitha masih berusaha menenangkan hatinya yang mulai kacau.

Selain karena baru kali ini ada seorang pria yang berani menyatakan perasaan sukanya pada Mitha dengan santai, Mitha juga belum tahu bentuk fisik dari seorang Joe ini seperti apa. Padahal sudah lebih dari 4 bulan mereka berteman, berkomunikasi melalui telepon atau SMS.

Bukan hanya sekali, dua kali Mitha mengajak Joe bertemu muka, sudah berkali-kali, dan selalu gagal. Berbagai macam alasan diucapkan oleh Joe. Dan lebih seringnya, Joe yang meminta Mitha untuk bertemu di dekat tempat tinggalnya. Sebagai wanita yang selalu menjaga imagenya, Mitha pastinya menolak permintaan Joe tersebut. Ia lebih memilih untuk bertemu di titik tengah dari wilayah tempat tinggal mereka berdua. Joe yang bertempat tinggal di wilayah Jakarta Timur, sedangkan Mitha yang berdomisili di Jakarta Selatan. Biasanya Mitha mengajak bertemu di sekitaran Blok M. Sebenarnya hanya untuk berjaga-jaga, kalau misalnya seorang Joe ini tidak seperti yang ia harapkan.  

Setiap ada kesempatan, Mitha selalu bertanya mengenai “kopi darat” ataupun sekedar meminta fotonya. Terkadang Mitha juga menanyakan apakah Joe memiliki akun sosial media, sehingga Mitha bisa berteman juga dengan Joe di dunia maya. Karena, hampir 6 bulan pertemanan mereka, Mitha belum mengetahui wujud asli lelaki bernama Joe ini.
***

Sudah beberapa bulan ini Mitha jarang menghubungi Joe, begitupun sebaliknya. Terkadang Mitha mulai merindukan candaan Joe ketika di telepon, SMS penyemangat dari Joe, dan hal lainnya yang berhubungan dengan Joe. Sampai akhirnya..

1 new message

From: Joe
Kangen beb…

Senyum mengembang dari bibir Mitha sore itu.

To: Joe
Aaaah, kemana aja sih kamuu? Aku jg kangen tauuu

Dan mereka pun saling berSMS–ria lagi.

To: Joe
Btw, I have one question for you. May I know your religion Joe?

Message sent..

1 new message

From: Joe
I’m Christian, and you?

To: Joe
I’m a moslem.
Haha lucu ya Joe, sekian lama kita temenan, smsan, telp2an, baru sekarang aku nanyain hal ini. :D

Message sent..

1 new Message

From: Joe
Emang penting ya beb?

To: Joe
For me, yes. Setidaknya aku bisa membatasi obrolan yang berbau sara lah. Kamu tahu sendiri aku kalo udah ngobrol suka nyakitin. :P

Message sent..

From: Joe
Itu yg aku suka dari km beb. Km itu blak2an orangnya. Heheh. Nah terus, skrng udah tau semuanya tentang aku, kamu mau kan jadi pcr aku?

Mitha terdiam, membaca ulang kata-kata yang ada di layar ponselnya kini. Kemudian mengetik dengan senyum dipaksakan.

To: Joe
Joe, did you know we’re different? Byk perbedaan antara km dan aku. Ya walaupun ga sedikit persamaannya. Tp, aku udah terlanjur nyaman jadi sahabat km. Meskipun aku blm pernah ketemu km, ataupun melihat foto km kya gmn. So, kita temenan aja yah?

Message sent…

Ada aliran hangat yang mengalir dari pelupuk mata Mitha. Keputusan yang agak berat yang harus dibuatnya. Disaat ia merasa nyaman dengan orang tersebut dan mulai tumbuh rasa suka di relung hatinya, lagi-lagi Mitha harus membatasi itu semua.

Incoming Call Joe

“Ya, Joe” sahut Mitha berusaha terdengar tenang.
“Kamu lagi kenapa sih, beb? Kok SMSnya begitu?”
“Nggak apa-apa kok. Emang ada yang salah ya sama SMS aku?”
“Nggak ada sih, ya sudahlah. Beneran ya, aku nggak bisa jadi pacar kamu?”
“Haha, iya.. maaf ya. Masalah prinsip soalnya..” Mitha sudah kembali tenang.
“Yah, sedih deh aku” Joe merajuk.
By the way Joe, aku boleh jujur nggak sama kamu?” tanya Mitha tiba-tiba.
“Jujur aja lagi beb. Kamu mau bilang kalo kamu juga suka kan sama aku?” ujar Joe dengan pedenya.
“Hahaha.. pede banget kamu.. Nggak lah.. lagian, mana bisa aku jatuh cinta sama orang yang mukanya kayak gimana aja aku nggak tahu” jelas Mitha sambil ketawa.
“Iyaa.. itu lagi deh yang di bahas. Katanya mau jujur? Tentang apa deh, beb?” Joe mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Oh iya, aku cuma mau bilang, kalo kamu tuh ngingetin aku sama temen aku yang sekarang nggak tahu deh kabarnya gimana.” Jelas Mitha.
“Oh, kirain apaan. Kok bisa?”
“Banyak hal yang sama antara kamu dengan temen aku itu Joe”
“….”
“Namanya Nathan, aku kenalnya dulu, sekitar tahun dua ribu delapan. Aku juga belom ketemu sih sama orangnya, tapi sama seperti kamu, kenal di telepon, SMSan, suka yang berbau-bau Rusia juga, sering ngirimin kata-kata penyemangat, banyak deh yang mirip, Joe.” Ujar Mitha panjang lebar.
Terdengar gelak tawa di seberang sana.
“Kok ketawa Joe?” Mitha heran mendengar Joe yang tiba-tiba tertawa. “Ada yang lucu?”
“Heheh.. kenalin.. namaku Jonathan. Terkadang dipanggil Joe, tapi waktu kecil aku dipanggil Nathan.”
What?” ujar Mitha tak percaya dengan pendengarannya.
Dan kemudian mengalirlah cerita dari seorang Joe, kenapa dia harus mengaku sebagai Joe, bukan Nathan, dan kemana saja dia selama ini. Cerita yang membuat Mitha berucap “Kamu Jahat!”

Tapi, semenjak kejadian itu, Mitha dan Joe semakin akrab, lebih akrab lagi. Joe mulai mau memberitahukan tentang akun sosial medianya. Foto-fotonya yang menunjukkan otot-ototnya yang sudah mulai terbentuk. Iya, Joe adalah seorang Personal Trainer yang terobsesi memiliki tubuh seperti binaragawan, Ade Rai.


Juli, 2010

3 missed called
From: 08568571xxx

“Nomor telepon siapa lagi nih?” ujar Mitha heran saat melihat layar ponselnya terdapat panggilan tak terjawab dari nomor asing.

Dengan rasa penasaran, Mitha mengirimkan SMS ke nomor asing tersebut,

To: 08568571xxx
Maaf ini siapa ya?

Message sent..

1 new message

From: 08568571xxx
Sorry, aku dapet nmr ini dr  02196423xxx, km kenal dia?

“Loh itu kan nomornya Joe?” ujar Mitha pada dirinya sendiri. “Ada yang nggak beres nih kayaknya” lanjutnya lagi.

To: Joe
Beb, kamu kenal nmr ini 08568571xxx ga?

Message sent…

“Kamu kenapa deh, Ay?” lelaki yang sejak tadi berada di samping Mitha heran melihat kekasihnya itu bicara sendiri.
“Loh, kamu kapan datengnya deh?” Mitha kaget melihat sosok kekasihnya itu.
“Cukup lama aku berdiri di sini. Kamunya aja yang serius banget sama hape kamu itu” ujar lelaki berkulit sawo matang itu sambil menunjuk ponsel hitam milik Mitha yang sedari tadi dipegangnya itu. 
Mitha hanya meringis kecil, karena kemudian ia di kagetkan dengan getaran di tangannya.

Drrtt.. drrttt…

Incoming call 08568571xxx

“Hah?” Mitha kaget melihat nomor yang tertera di layar ponselnya.
“Kenapa, Ay?” tanya Deny pada kekasihnya yang terlihat kaget itu.
Mitha hanya menggeleng pelan, kemudian mendekatkan ponselnya ke telinga kanannya.

“Halo” jawab Mitha, memberanikan diri mengangkat telepon dari nomor tak dikenal tersebut.
“Selamat malam, mbak” ujar suara di seberang yang ternyata seorang wanita.
“Iya, malam. Maaf ini siapa ya?” Mitha berusaha sopan.
“Mbak pacarnya Erick, ya?” wanita itu tak menggubris pertanyaan Mitha.
“Erick? Erick siapa ya?” Mitha tidak mengerti arah pembicaraan wanita itu.
“Erick, yang nomornya tadi aku SMS ke mbak” jelas wanita itu.
“Oohh, Jonathan maksudnya..” ada senyum kecil mengembang di bibir Mitha.
“Iya,” jawab wanita di seberang singkat. “Mbak pacarnya, ya?” ulang wanita yang masih belum mau menyebutkan namanya itu lagi.
“Hah? Maksudnya?” Mitha masih bingung, tapi dengan segera Mitha mengerti maksud pertanyaan wanita itu, kemudian tertawa kecil. Deny yang sejak tadi memperhatikan Mitha semakin heran dengan ulah kekasihnya itu.
“Maaf,” ujar Mitha setelah berhasil menahan tawanya. “Jonathan, atau yang kamu bilang namanya Erick itu bukan pacar saya. Ini pacar saya ada di sebelah saya sekarang. Namanya Deny. Kalau Joe itu sahabat saya sejak dua tahun lalu.  Dan lagi, saya belum pernah tuh ketemu sama Joe.” Mitha menjelaskan sejelas-sejelasnya sambil memandang wajah Deny yang masih terlihat bingung itu.
“Oh, gitu ya, mbak. Maaf ya, sudah ganggu malam-malam.” Ujar wanita itu.
“Iya, nggak apa-apa kok.” Jawab Mitha kemudian menyudahi obrolannya dengan wanita asing itu.

1 new message

From : Joe
Kenal bgt Tha, itu nmr pacar aku. Kita lagi berantem. Kyaknya dia buka2 inbox aku deh. Maaf ya Tha kalo dia gangguin km.

To: Joe
Haha telat banget kamuu.. td dia tlp aku. Tp udah aku jelasin kok semuanya. Udah sih, jgn berantem melulu. :)

Message Sent…

From: Joe
Iya Tha, makasih yaa. Pacarku itu jelesan orangnya. Hehe.. sekali lagi makasih ya Tha. Love you.. :*

To: Joe
Haha dasar, ga kapok ya? Awas pacarnya liat lagi, aku ga mau yah di terror sama pacar orang. Dikira rebut pacarnya gitu. Hahaha.. Btw, kok td tuh cewek manggil km Erick sih?

Message sent…

From: Joe
Haha.. Maaf Tha.. Iya, Erick itu nama depan aku. Jonathan nama tengah aku :D

“Erick Jonathan.. hahaha..” Mitha tertawa sendiri, menyadari kebodohannya selama ini.
Deny, hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Mitha.

“Pasti bebeb kamu lagi, deh” ujar Deny dengan nada cemburu.
“Hahaha.. Kamu masih aja sih jeles sama Joe.” Mitha menatap wajah lelaki yang beberapa bulan ini menjadi kekasih hatinya.
“Habisnya kalian kayak orang pacaran gitu” Deny masih dengan nada cemburu.
“Joe itu sahabat aku. Pacar aku ya kamu.” Mitha tersenyum dan bergelayut manja di pelukan Deny.

***



(Words: 2580)