September,
2009
Mitha, salah satu karyawati di
perusahaan swasta yang bergerak dibidang “Jasa Perbankan” ini baru saja
menyelesaikan pekerjaannya dan bermaksud untuk istirahat makan siang ketika ia
mendapatkan ada 4 missed called di
ponsel berwarna hitamnya itu. Nomor asing. Mitha sama sekali tidak mengenali
nomor telepon yang tertera di layar ponselnya kini.
“Ini siapa sih yang telepon gue sampai
empat kali?” gerutunya sendiri.
“Kenapa, Tha?” tanya Mas Hendra, rekan
kerja yang kubikelnya bersebelahan dengannya itu.
“Ini mas, ada yang telepon sampai empat
kali, tapi gue nggak kenal nomor siapa” ujar Mitha agak bingung menjelaskan.
“Hahaha fans lo kali, Tha” ledek Mas Hendra.
Mitha hanya mencibir mendengar ledekan
Mas Hendra, kemudian beranjak keluar ruangan untuk mengisi perutnya yang sudah
mulai gaduh.
Sambil menunggu pesanan pecel ayamnya,
Mitha masih saja memikirkan nomor asing yang meneleponnya hingga 4 kali itu. Mungkinkah ada hal yang penting, sehingga si
penelepon sampai harus menelepon berkali-kali? Ujar Mitha dalam hati.
Dengan rasa penasaran yang tak kunjung
padam, Mitha akhirnya memutuskan untuk mengirimkan SMS ke nomor asing tersebut.
To: 02196423xxx
Maaf, ini siapa ya? Tadi tlp saya smp 4x
Mitha
Message
sent…
Kemudian Mitha menaruh kembali ponsel
hitamnya ke dalam tas kecil yang dibawanya, dan langsung menyantap hidangan
yang sudah tersedia dihadapannya kini.
***
Hingga jam pulang kerja, tidak ada
balasan dari pemilik nomor asing tersebut. Rasa penasaran Mitha semakin
menjadi, membuatnya gelisah dan berkali-kali mengecek ponselnya hanya untuk
memastikan ada balasan dari si pemilik nomor asing tersebut.
“Lo kenapa sih, Tha? Bentar-bentar
liatin hape lo terus..” tanya mas Hendra heran dengan tingkahnya itu.
“Nggak apa-apa kok, Mas.” Jawabnya
singkat.
“Yakin?” tanya mas Hendra lagi. “Oohh,
gue tauu.. Lo pasti lagi nungguin telepon dari nomor yang tadi yaa?” Selidik mas
Hendra lagi.
Pertanyaan mas Hendra tadi tak digubris
oleh Mitha, karena Bu Risa, kepala divisi di ruangannya sudah menatap tajam ke
arahnya dan mas Hendra yang membuat kegaduhan dengan perbincangan mereka itu.
Secarik kertas mendarat di kubikelnya,
dari mas Hendra
Mak Lampir
lagi galak, kita lanjut nanti ngobrolnya. Hahaha.. Abisin tuh target lo, biar
ga kena omel mak lampir. Jangan liatin HP terus.. :p
Diliriknya lelaki berkulit putih yang
berada di sebelah kiri kubikelnya ini sambil mencibirkan bibirnya, kemudian
tersenyum dan kembali menatap layar komputernya. Di sana masih terpampang
jumlah nasabah yang harus ia telepon agar mencapai target hariannya.
Sehari-hari, Mitha memang selalu
berhubungan dengan telepon dan layar komputer yang memuat data nasabah yang
harus ia verifikasi ulang untuk mendapatkan data yang benar-benar valid. Tidak
semua data yang terdapat di layar komputernya dapat dihubunginya di hari yang
sama, ada yang sampai harus ditunda hingga 3 hari karena tidak terhubung. Ada
juga yang sudah mendapatkan data dari nasabahnya, tapi tidak mendapatkan data
dari perusahaan tempat nasabah bekerja, dan harus ditunda hingga 3 hari juga.
Hal tersebut yang terkadang membuat Mitha jarang mencapai target yang
seharusnya.
***
“Closing
berapa tadi, Tha?” Tanya mas Hendra.
“Sesuai target sih, tapi masih banyak yang
pending juga” Jawab Mitha.
“Kok bisa?” tanya mas Hendra lagi.
“Ya bisa lah” ujar Mitha. “Tadi gue
minta tambahan data lagi sama Bu Risa yang kira-kira bisa di closing hari ini, data yang kemarin.
Habisnya, data yang masuk ke gue fresh
semua sih. Data pendingannya cuma
dikit.” Jelas Mitha lagi.
“Makanya jangan liatin hape terus, kerja
yang bener” Ledek mas Hendra. “Eh, udah tahu siapa yang telepon lo itu, Tha?”
tanya mas Hendra yang ternyata juga penasaran dengan nomor asing di ponsel
Mitha tadi.
“Nggak tahu Mas, belum lihat hape lagi.
Dari tadi diliatin terus sama Bu Risa” ujar Mitha, kemudian mengambil ponsel
berwarna hitamnya dari dalam tas.
“Jangan-jangan salah satu nasabah yang
lo telepon kali, Tha” tebak mas Hendra.
“Ngaco! Nggak pernah ya gue ngasih nomor
telepon gue ke nasabah. Yang ada nanti gue di omelin sama Bu Risa lagi.” Ujar
Mitha sambil menatap layar ponselnya.
1
new message
Mitha langsung membuka SMS tersebut, dan
benar seperti dugaan Mitha, SMS balasan dari si pemilik nomor asing tadi.
From: 02196423xxx
Maaf baru balas, aku Joe. Salam kenal Mitha
Dengan segera Mitha membalas SMS si
pemilik nomor asing itu yang mengaku bernama Joe.
To: 02196423xxx
Btw, tahu no. tlp aku dari mana ya?
Message
sent..
“Woyy, serius banget sih liatin hapenya,
sampe-sampe gue dicuekin.” Mas Hendra menepuk pundak Mitha yang sedang menunggu
balasan SMS dari Joe.
“Eh, masih ada mas Hendra toh. Kirain
udah pergi dari tadi. Heheh.. maaf, Mas” ujar Mitha kemudian tersenyum.
“Hahah, dasar Mitha aneh. Udah ah, gue
balik yaa.” Pamit mas Hendra yang kemudian pergi menuju tempat motornya di
parkir.
Mitha melambaikan tangan pada sosok
lelaki yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri itu dan melangkahkan
kakinya menuju halte busway yang tak
terlalu jauh dari kantornya itu.
Tak ada balasan dari Joe. Hal tersebut
membuat Mitha semakin penasaran. Siapa Joe? Dari mana Joe mendapatkan nomor
teleponnya? Dan berbagai pertanyaan lainnya melintas di benak Mitha sepanjang
perjalanan menuju halte busway.
Drrrtt..
drrrtt…
Ponsel hitam yang sejak tadi di genggam
Mitha bergetar.
Incoming
call
Joe..
Dengan rasa penasaran, Mitha mengangkat
telepon dari pria yang tidak dikenalnya itu. Dan dimulailah percakapan antara
Mitha dan Joe malam itu. Sepanjang perjalanan Mitha menuju rumah. Ditemani Joe
di telepon.
Dari awal percakapan mereka, Mitha sudah
merasakan nyaman berbincang dengan Joe. Mitha merasa sudah lama mengenal Joe.
Di awal percakapan, Joe menjelaskan bahwa ia mendapatkan nomor Mitha secara
acak.
Saat itu Joe sedang iseng mengutak-atik
nomor telepon kemudian menghubungi setiap nomor telepon yang sudah dia acak
itu. Dari sekian banyak nomor telepon asal itu, hanya beberapa yang tersambung,
tapi tidak ada yang diangkat. Dan hanya nomor milik Mitha lah yang merespon
dengan mengirimkan SMS ke nomor Joe.
Antara percaya dan tidak, Mitha tetap
mendengarkan cerita Joe tentang telepon acaknya itu. Setelah Joe selesai
menjelaskan, mereka pun saling memperkenalkan diri. Saling bercerita mengenai
hoby dan pekerjaan masing-masing. Dan hal tersebut terus berlanjut hingga
esoknya.
***
Hampir setiap hari, pagi, siang, sore,
malam, Joe selalu mengirimkan SMS ke Mitha. Mulai dari sekedar bertanya “Lagi
apa?” atau “Sudah makan belum?” sampai kata-kata mutiara untuk menyemangatinya
setiap pagi. Tak hanya SMS, terkadang Joe menelepon jika Mitha tidak membalas
SMSnya.
“Ini kenapa gue berasa kayak punya pacar,
ya?” ujar Mitha sambil tersenyum ketika membaca sms dari Joe.
From : Joe
Km lg apa beb? Udah mkn blm? Jgn lupa istirahat ya.
Dan ini bukan pertama kalinya Joe
memanggilnya dengan sebutan “beb”.
Saat di telepon, Mitha bertanya pada Joe
mengenai panggilan “beb”nya itu.
“Kenapa, beb? Kamu nggak suka ya? Atau
kamu udah punya pacar, ya?”
“Bukan, suka-suka aja sih. Lagian aku
belom punya pacar kok. Tapi, emangnya pacar kamu nggak marah ya?” tanya Mitha
lagi. Kemudian terdengar suara tawa dari seberang.
“Kok malah ketawa sih, Joe?” tanya Mitha
heran.
“Kamu tuh lucu, beb.” Jawab lelaki di
seberang.
“Lucunya?” Mitha semakin heran dengan
perkataan Joe.
“Lucu aja. Hahahaha..”
“…..”
“Kok diem, beb?”
“Ya, habisnya kamu ketawa terus”
“Maaf… maaf.. iya deh aku nggak ketawa
lagi” Joe berusaha menenangkan suaranya.
“Beb, aku tuh sebenernya suka sama
kamu.” Ujar Joe tiba-tiba yang membuat pipi Mitha menghangat dan menimbulkan
semburat merah.
“Jangan bercanda deh.” Ujar Mitha
mencoba tenang.
“Aku serius lagi, beb”
“Hahah.. Lucu kamu, Joe. Belum pernah
ketemu aja udah bisa bilang suka sama aku.” Mitha masih berusaha menenangkan
hatinya yang mulai kacau.
Selain karena baru kali ini ada seorang
pria yang berani menyatakan perasaan sukanya pada Mitha dengan santai, Mitha
juga belum tahu bentuk fisik dari seorang Joe ini seperti apa. Padahal sudah
lebih dari 4 bulan mereka berteman, berkomunikasi melalui telepon atau SMS.
Bukan hanya sekali, dua kali Mitha
mengajak Joe bertemu muka, sudah berkali-kali, dan selalu gagal. Berbagai macam
alasan diucapkan oleh Joe. Dan lebih seringnya, Joe yang meminta Mitha untuk
bertemu di dekat tempat tinggalnya. Sebagai wanita yang selalu menjaga imagenya, Mitha pastinya menolak
permintaan Joe tersebut. Ia lebih memilih untuk bertemu di titik tengah dari
wilayah tempat tinggal mereka berdua. Joe yang bertempat tinggal di wilayah
Jakarta Timur, sedangkan Mitha yang berdomisili di Jakarta Selatan. Biasanya
Mitha mengajak bertemu di sekitaran Blok M. Sebenarnya hanya untuk
berjaga-jaga, kalau misalnya seorang Joe ini tidak seperti yang ia harapkan.
Setiap ada kesempatan, Mitha selalu
bertanya mengenai “kopi darat” ataupun sekedar meminta fotonya. Terkadang Mitha
juga menanyakan apakah Joe memiliki akun sosial media, sehingga Mitha bisa
berteman juga dengan Joe di dunia maya. Karena, hampir 6 bulan pertemanan
mereka, Mitha belum mengetahui wujud asli lelaki bernama Joe ini.
***
Sudah beberapa bulan ini Mitha jarang
menghubungi Joe, begitupun sebaliknya. Terkadang Mitha mulai merindukan candaan
Joe ketika di telepon, SMS penyemangat dari Joe, dan hal lainnya yang
berhubungan dengan Joe. Sampai akhirnya..
1
new message
From: Joe
Kangen beb…
Senyum mengembang dari bibir Mitha sore
itu.
To: Joe
Aaaah, kemana aja sih kamuu? Aku jg kangen tauuu
Dan mereka pun saling berSMS–ria lagi.
To: Joe
Btw, I have one question for you. May I know your religion
Joe?
Message
sent..
1
new message
From: Joe
I’m Christian, and you?
To: Joe
I’m a moslem.
Haha lucu ya Joe, sekian lama kita temenan, smsan, telp2an,
baru sekarang aku nanyain hal ini. :D
Message
sent..
1
new Message
From: Joe
Emang penting ya beb?
To: Joe
For me, yes. Setidaknya aku bisa membatasi obrolan yang
berbau sara lah. Kamu tahu sendiri aku kalo udah ngobrol suka nyakitin. :P
Message
sent..
From: Joe
Itu yg aku suka dari km beb. Km itu blak2an orangnya. Heheh.
Nah terus, skrng udah tau semuanya tentang aku, kamu mau kan jadi pcr aku?
Mitha terdiam, membaca ulang kata-kata
yang ada di layar ponselnya kini. Kemudian mengetik dengan senyum dipaksakan.
To: Joe
Joe, did you know we’re different? Byk perbedaan antara km dan
aku. Ya walaupun ga sedikit persamaannya. Tp, aku udah terlanjur nyaman jadi
sahabat km. Meskipun aku blm pernah ketemu km, ataupun melihat foto km kya gmn.
So, kita temenan aja yah?
Message
sent…
Ada aliran hangat yang mengalir dari
pelupuk mata Mitha. Keputusan yang agak berat yang harus dibuatnya. Disaat ia
merasa nyaman dengan orang tersebut dan mulai tumbuh rasa suka di relung
hatinya, lagi-lagi Mitha harus membatasi itu semua.
Incoming
Call
Joe
“Ya, Joe” sahut Mitha berusaha terdengar
tenang.
“Kamu lagi kenapa sih, beb? Kok SMSnya
begitu?”
“Nggak apa-apa kok. Emang ada yang salah
ya sama SMS aku?”
“Nggak ada sih, ya sudahlah. Beneran ya,
aku nggak bisa jadi pacar kamu?”
“Haha, iya.. maaf ya. Masalah prinsip
soalnya..” Mitha sudah kembali tenang.
“Yah, sedih deh aku” Joe merajuk.
“By
the way Joe, aku boleh jujur nggak sama kamu?” tanya Mitha tiba-tiba.
“Jujur aja lagi beb. Kamu mau bilang
kalo kamu juga suka kan sama aku?” ujar Joe dengan pedenya.
“Hahaha.. pede banget kamu.. Nggak lah..
lagian, mana bisa aku jatuh cinta sama orang yang mukanya kayak gimana aja aku
nggak tahu” jelas Mitha sambil ketawa.
“Iyaa.. itu lagi deh yang di bahas.
Katanya mau jujur? Tentang apa deh, beb?” Joe mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Oh iya, aku cuma mau bilang, kalo kamu
tuh ngingetin aku sama temen aku yang sekarang nggak tahu deh kabarnya gimana.”
Jelas Mitha.
“Oh, kirain apaan. Kok bisa?”
“Banyak hal yang sama antara kamu dengan
temen aku itu Joe”
“….”
“Namanya Nathan, aku kenalnya dulu,
sekitar tahun dua ribu delapan. Aku juga belom ketemu sih sama orangnya, tapi sama seperti kamu,
kenal di telepon, SMSan, suka yang berbau-bau Rusia juga, sering ngirimin
kata-kata penyemangat, banyak deh yang mirip, Joe.” Ujar Mitha panjang lebar.
Terdengar gelak tawa di seberang sana.
“Kok ketawa Joe?” Mitha heran mendengar
Joe yang tiba-tiba tertawa. “Ada yang lucu?”
“Heheh.. kenalin.. namaku Jonathan.
Terkadang dipanggil Joe, tapi waktu kecil aku dipanggil Nathan.”
“What?”
ujar Mitha tak percaya dengan pendengarannya.
Dan kemudian mengalirlah cerita dari
seorang Joe, kenapa dia harus mengaku sebagai Joe, bukan Nathan, dan kemana
saja dia selama ini. Cerita yang membuat Mitha berucap “Kamu Jahat!”
Tapi, semenjak kejadian itu, Mitha dan
Joe semakin akrab, lebih akrab lagi. Joe mulai mau memberitahukan tentang akun
sosial medianya. Foto-fotonya yang menunjukkan otot-ototnya yang sudah mulai
terbentuk. Iya, Joe adalah seorang Personal Trainer yang terobsesi memiliki
tubuh seperti binaragawan, Ade Rai.
Juli,
2010
3
missed called
From: 08568571xxx
“Nomor telepon siapa lagi nih?” ujar
Mitha heran saat melihat layar ponselnya terdapat panggilan tak terjawab dari
nomor asing.
Dengan rasa penasaran, Mitha mengirimkan
SMS ke nomor asing tersebut,
To: 08568571xxx
Maaf ini siapa ya?
Message
sent..
1
new message
From: 08568571xxx
Sorry, aku dapet nmr ini dr
02196423xxx, km kenal dia?
“Loh itu kan nomornya Joe?” ujar Mitha pada
dirinya sendiri. “Ada yang nggak beres nih kayaknya” lanjutnya lagi.
To: Joe
Beb, kamu kenal nmr ini 08568571xxx ga?
Message
sent…
“Kamu kenapa deh, Ay?” lelaki yang sejak
tadi berada di samping Mitha heran melihat kekasihnya itu bicara sendiri.
“Loh, kamu kapan datengnya deh?” Mitha
kaget melihat sosok kekasihnya itu.
“Cukup lama aku berdiri di sini. Kamunya
aja yang serius banget sama hape kamu itu” ujar lelaki berkulit sawo matang itu
sambil menunjuk ponsel hitam milik Mitha yang sedari tadi dipegangnya itu.
Mitha hanya meringis kecil, karena
kemudian ia di kagetkan dengan getaran di tangannya.
Drrtt..
drrttt…
Incoming
call 08568571xxx
“Hah?” Mitha kaget melihat nomor yang
tertera di layar ponselnya.
“Kenapa, Ay?” tanya Deny pada kekasihnya
yang terlihat kaget itu.
Mitha hanya menggeleng pelan, kemudian
mendekatkan ponselnya ke telinga kanannya.
“Halo” jawab Mitha, memberanikan diri
mengangkat telepon dari nomor tak dikenal tersebut.
“Selamat malam, mbak” ujar suara di seberang
yang ternyata seorang wanita.
“Iya, malam. Maaf ini siapa ya?” Mitha
berusaha sopan.
“Mbak pacarnya Erick, ya?” wanita itu tak
menggubris pertanyaan Mitha.
“Erick? Erick siapa ya?” Mitha tidak
mengerti arah pembicaraan wanita itu.
“Erick, yang nomornya tadi aku SMS ke
mbak” jelas wanita itu.
“Oohh, Jonathan maksudnya..” ada senyum
kecil mengembang di bibir Mitha.
“Iya,” jawab wanita di seberang singkat.
“Mbak pacarnya, ya?” ulang wanita yang masih belum mau menyebutkan namanya itu
lagi.
“Hah? Maksudnya?” Mitha masih bingung,
tapi dengan segera Mitha mengerti maksud pertanyaan wanita itu, kemudian
tertawa kecil. Deny yang sejak tadi memperhatikan Mitha semakin heran dengan
ulah kekasihnya itu.
“Maaf,” ujar Mitha setelah berhasil
menahan tawanya. “Jonathan, atau yang kamu bilang namanya
Erick itu bukan pacar saya. Ini pacar saya ada di sebelah saya sekarang.
Namanya Deny. Kalau Joe itu sahabat saya sejak dua tahun lalu. Dan lagi, saya belum pernah tuh ketemu sama
Joe.” Mitha menjelaskan sejelas-sejelasnya sambil memandang wajah Deny yang
masih terlihat bingung itu.
“Oh, gitu ya, mbak. Maaf ya, sudah ganggu
malam-malam.” Ujar wanita itu.
“Iya, nggak apa-apa kok.” Jawab Mitha
kemudian menyudahi obrolannya dengan wanita asing itu.
1
new message
From : Joe
Kenal bgt Tha, itu nmr pacar aku. Kita lagi berantem.
Kyaknya dia buka2 inbox aku deh. Maaf ya Tha kalo dia gangguin km.
To: Joe
Haha telat banget kamuu.. td dia tlp aku. Tp udah aku
jelasin kok semuanya. Udah sih, jgn berantem melulu. :)
Message
Sent…
From: Joe
Iya Tha, makasih yaa. Pacarku itu jelesan orangnya. Hehe..
sekali lagi makasih ya Tha. Love you.. :*
To: Joe
Haha dasar, ga kapok ya? Awas pacarnya liat lagi, aku ga mau
yah di terror sama pacar orang. Dikira rebut pacarnya gitu. Hahaha.. Btw, kok
td tuh cewek manggil km Erick sih?
Message
sent…
From: Joe
Haha.. Maaf Tha.. Iya, Erick itu nama depan aku. Jonathan
nama tengah aku :D
“Erick Jonathan.. hahaha..” Mitha
tertawa sendiri, menyadari kebodohannya selama ini.
Deny, hanya geleng-geleng kepala melihat
tingkah Mitha.
“Pasti bebeb kamu lagi, deh” ujar Deny
dengan nada cemburu.
“Hahaha.. Kamu masih aja sih jeles sama
Joe.” Mitha menatap wajah lelaki yang beberapa bulan ini menjadi kekasih
hatinya.
“Habisnya kalian kayak orang pacaran
gitu” Deny masih dengan nada cemburu.
“Joe itu sahabat aku. Pacar aku ya
kamu.” Mitha tersenyum dan bergelayut manja di pelukan Deny.
***
(Words: 2580)
Edan.. Keren.. Gak bisa berenti ampe abis.. Gimana caranya sih?
BalasHapusmakasih, kakak...
Hapuscaranya? tulis aja.. biarkan cerita itu mengalir dengan sendirinya.. :D
Ceritanya keren banget,,,
HapusGak nyangka ya?? Gue bisa terimajinasi sama cerita ini
Joe sama mita seharusnya bersatu... pasti deh bahagia.
Sumpah, saya kesel banget dengan toko Mitha itu. Pertama, rasa penasarannya terhadap missed call itu aneh. Kalau saya jadi dia, paling cuma mikir "ah paling juga sales kartu kredit". Terus, setelah si penelepon misterius itu ngajak kenalan dengan modus nomor acak, dia mau aja ngeladenin. Reaksi cewek-cewek lain mungkin cuma "ih, kampungan banget nih cowok. Masih jaman ya pedekate pake pura-pura ngacak nomor. Pasti cowok kesepian nggak laku, nih.".
BalasHapusUdah gitu, semudah itu Mitha jatuh cinta dengan si pria misterius yang ga jelas itu? Dia itu kan orang dewasa, karyawati kantoran, bukan anak SMP yang baru puber kemarin sore. Kesannya gampang amat mesra-mesraan sama orang yang nggak jelas asal-usulnya (sebelum dia tahu identitasnya Joe/Nathan). Udah gitu ternyata Mitha punya pacar, dan pacarnya tahu. Arrgh!
Btw maaf, entah kenapa saya gemes dengan si Mitha ini. Kalau maksud cerita ini mau membuat tokoh yang menyebalkan, berarti cerita ini sukses. >:(
Seorang Mitha yang terlalu naif, lebih tepatnya.
HapusSebenernya, Mitha ga jatuh cinta sama Joe/Nathan/Erick. dan Dia baru punya pacar di tahun 2010, tepatnya 1 tahun setelah Mitha kenal Joe/Nathan/ Erick itu, kak vai.. hihihi
Annoying banget, ya?
btw, makasih udah mampir dan kasih komen, kak vai.. :D
Hapus