Sore itu, saya dan beberapa teman
sedang makan mie ayam di pinggir jalan, tepatnya di seberang halte TransJakarta (TJ) Monas. Kebetulan saya duduknya menghadap ke jalan raya. Jadi, sambil menunggu
pesanan mie ayam bakso saya datang, mata saya memperhatikan aktivitas di depan
saya. Pedagang yang berjualan, mobil yang lalulalang dan pejalan kaki yang
menyebrang jalan.
Ini yang lucu tapi miris.
Di jalan raya yang mengapit halte TJ Monas itu, terdapat Traffic Light
yang dapat digunakan untuk para pejalan kaki yang akan menyeberang. Dengan cara,
menekan tombol yang terdapat di tiang Traffic
Light tersebut, kemudian menunggu beberapa saat hingga lampu yang
berlambang orang berjalan itu menyala berwarna hijau. Yang artinya kendaraan
bermotor harus berhenti dan pejalan kaki bisa menyeberang jalan dengan segera.
taken from here |
taken from here |
Tapi yang saya lihat, mayoritas
dari para pejalan kaki tersebut menyebrang seenaknya, tanpa terlebih dahulu
memencet tombol yang terdapat di Traffic Light
dan menunggu lampu bergambar manusia itu berwarna hijau. Untungnya kendaraan
yang lalu lalang sore itu tidak terlalu banyak dan tidak terlalu ngebut. Tidak
hanya itu, tertangkap pula oleh mata saya ada pengendara motor yang menyeberang
di zebra cross untuk pejalan kaki tersebut. Dan lagi, ternyata tombol Traffic Light nya tidak berfungsi
dengan baik di beberapa Traffic Light. Hanya di sisi sebrang (yang
sejajar dengan halte Busway, dan yang sejajar dengan Museum Nasional) yang
tombolnya berfungsi. Jadi, kalau mau menyebrang dari sisi satunya, harus
berteriak atau memberi kode kepada pejalan kaki ataupun pedagang yang ada di
seberang jalan. Itu pun kalau mereka sadar.
Karena pemandangan yang saya
lihat tersebut, terjadi perbincangan antara saya dan teman saya tentang Gerakan Disiplin Nasional (GDN). Pernah
dengar tentang GDN ini? Yap, gerakan yang pernah dicanangkan oleh Bapak
Soeharto, Presiden RI jaman Orde Baru. Apa kabar gerakan itu di jaman
Reformasi? Masih adakah GDN yang berlaku di kalangan masyarakat Indonesia?
Pertanyaan retoris, kah itu?
Entah.
Yang ada dipikiran saya saat ini
hanyalah… Miris.. Miris melihat masyarakat yang kurang disiplin, terutama dalam
berlalulintas. Jujur saja, ini juga termasuk saya dan mungkin keluarga juga
teman-teman saya.
Kalau kita lihat pemerintahan
sekarang, khususnya wilayah DKI Jakarta, sudah mulai membenahi diri dalam segala
bidang. Terutama bidang transportasi. Mulai dari angkutan umum hingga sarana
dan prasarana lainnya. Ya, meskipun masih banyak yang complain juga…
Misalnya saja, beberapa armada
angkutan umum sudah mulai diperbaiki, diuji kelaikan jalannya. Bahkan sudah ada
Kopaja AC dan bus APTB yang terintegrasi dengan TransJakarta, sehingga bisa
melalui dan terhubung dengan jalur TransJakarta (Busway), yang diharapkan dapat memberikan kenyamanan juga
kemudahan para pengguna transportasi umum. Ada juga CommuterLine (CL),
transportasi massal yang paling banyak peminatnya karena lebih murah dan
efisien, ini juga sudah mulai membenahi diri. Meskipun masih banyak juga yang
complain tentang jumlah gerbong, karena masih harus berdesakan dengan penumpang
lainnya –terutama di jam-jam berangkat dan pulang kerja, waktu kedatangan yang
masih suka telat dan sering mengalami ganguan sinyal, juga di beberapa gerbong
CL yang pendingin udara atau kipasnya tidak berfungsi sehingga udara dalam
gerbongnya yang penuh dengan manusia yang berdesak-desakan itu jadi pengap dan
panas. (Yang ini saya hapal banget, karena saya pengguna CL). Itu beberapa
contohnya.
Kembali ke sarana dan prasarana, Traffic Light untuk pejalan kaki, sarana
ini sudah lama diadakan di beberapa ruas jalan, terutama jalan protokol dan
yang tidak ada jembatan penyebrangan. Ya, salah satunya yang ada di depan
Monumen Nasional itu. Namun, ternyata masyarakat pun kurang mengetahui kegunaan
Traffic Light tersebut. Atau tahu,
tapi pura-pura tidak tahu? ….
Entah..
Mungkin, memang harus ada
sosialisasi untuk penggunaan sarana dan prasarana umum tersebut. Selain
peningkatan kesadaran dalam diri manusia itu sendiri tentunya. Gerakan Disiplin Nasional. Disiplin
dalam berlalu lintas, Disiplin dalam berkendara. Biar terciptanya aman, nyaman
dan selamat bagi semua pengguna jalan…
taken from here |
Itu aja
@rulachubby
miris ya bacanya. Kayak orang Indonesia banget ya, sarana dan prasarana udah ada malah dirusak dan nggak digunain dengan semestinya :/
BalasHapus