Rabu, 13 Juni 2012

Pagi Kuning Keemasan



Udara segar menerpa wajah Anantha saat membuka jendela kamarnya pagi ini. Senyum masih merekah di wajahnya, teringat akan kejadian kemarin saat dirinya nekat melamar Nisrina di Jam Gadang.

Angannya pun melayang ke masa 4 tahun yang lalu…

Sudah hampir 1 tahun Anantha menetap di Pulau Belitung, yang belakangan lebih di kenal dengan nama “Negeri Laskar Pelangi” ini. Setelah lulus Koas, Anantha mengikuti PTT (Pegawai Tidak Tetap), yang memang sudah menjadi kewajibannya setelah mendapatkan gelar “dr.” di depan namanya itu untuk mengabdikannya dirinya di pelosok Indonesia.

Anantha di tempatkan di Kabupaten Belitung bersama 4 orang lainnya, Shinta dan Melia adalah dokter gigi sedangkan Anantha, Mitha dan Nisrina merupakan dokter umum. Mereka berlima di tempatkan di puskesmas yang berbeda, kecuali Nisrina dan Shinta yang di tempatkan di puskesmas yang sama.

12 bulan kebersamaan mereka di pulau yang luasnya 11.000km2 membuat mereka sudah seperti sahabat bahkan saudara. Sebelum pulang ke kota asal masing-masing, mereka berlibur bersama ke salah satu pulau yang ada di Provinsi Kep. Bangka-Belitung itu.

“Pulau apa itu namanya Pak?” Tanya Melia pada seorang nelayan yang perahunya kami sewa dari Tanjung Binga tadi.

“Pulau Lengkuas bu dokter” sahut bapak itu sopan.

“Seperti nama bumbu masakan ya pak” celetuk Nisrina yang di ikuti canda tawa dari penumpang yang lainnya.

Perahu yang mereka naiki ini cukup unik bentuknya. Terdapat rangka di kedua sisinya yang membuatnya cukup stabil saat ada ombak besar, dan mampu memuat hingga 30 orang.

Dari kejauhan sudah terlihat jelas sebuah mercusuar berwarna putih yang berdiri dengan gagahnya di salah satu sudut pulau itu, diantara pepohonan dan batu-batuan besar. Di kaki mercusuar itu terhampar pasir putih nan elok, juga air laut yang biru jernih. Melihatnya dari kejauhan saja sudah membuat mereka semua terpana. Anantha tak henti-hentinya mengabadikan karya Tuhan terindah di hadapannya tersebut dengan Nikon DSLRnya.

Setelah menempuh perjalanan laut sekitar 30 menit, akhirnya perahu yang mereka tumpangi menepi di bibir pantai. Rombongan wisatawan lainnya kemudian berpencar ke beberapa penjuru pulau ini. Ada yang naik ke mercusuar, diving, snorkeling atau hanya sekedar mengabadikan gambar dengan kamera.

“Kalian yakin mau menginap di pulau ini?” Tanya Shinta pada Nisrina dan Mitha. Yang di jawab dengan anggukan dari keduanya.

“Tapi di sini kan nggak ada penginapannya?” kali ini Melia yang bertanya.

“Kami sudah izin mau bermalam di rumah itu.” Mitha menunjuk ke arah rumah mungil tak jauh dari mercusuar berdiri.

“Pak Andi, Operator mercusuar itu mengizinkan kami menginap di rumah itu. Tempat tinggal Pak Andi dan operator mercusuar lainnya.” Nisrina menjelaskan.

“Saya temani kalian menginap di sini.” Sahut Anantha tiba-tiba. Yang langsung di pandang heran oleh Mitha dan Nisrina.

“Titip Mitha dan Nisrina ya Bang, jaga baik-baik” pesan Melia dan Shinta pada Anantha.

Selain satu-satunya dokter lelaki yang PTT di Belitung, usia Anantha juga lebih tua 2 tahun dibanding yang lain. Sehingga Shinta, Nisrina, Melia dan Mitha sudah menganggap Anantha seperti Abang mereka sendiri.  

Shinta dan Melia yang tidak ada persiapan untuk menginap, terpaksa harus ikut rombongan pulang ke Pulau Belitung. Hanya Anantha, Nisrina dan Mitha yang tersisa di Pulau yang luasnya kurang dari satu hektar itu.
                                                                         ***

Sebelum fajar, Mitha mengajak Anantha dan Nisrina naik ke atas mercusuar tua yang merupakan mahkota pulau itu.

“Aku ingin melihat matahari terbit dari atas mercusuar” ujar Mitha.

Setelah meminta izin pada Pak Andi, mereka menaiki satu persatu anak tangga yang berjumlah 303 anak tangga yang terdapat di dalam bangunan yang berdiri sejak penjajahan belanda di tahun 1882 dan memiliki tinggi sekitar 80 meter dengan 19 lantai.

Perjuangan yang tidak mudah memang, apalagi untuk orang yang tidak biasa berolahraga. Mitha, yang pada awalnya sangat bersemangat akhirnya menyerah di lantai 12. Tak ingin di temani, Mitha memberi kode pada Nisrina serta Anantha untuk lekas naik ke atas sebelum Matahari terbit. Tanpa pikir panjang, Anatha menarik tangan Nisrina menaiki tangga menuju atap mercusuar.

Dengan napas tersengal-sengal akhirnya mereka sampai juga di atap mercusuar. Fajar menyingsing, bias mentari pagi yang menimbulkan warna kuning keemasan di langit memantul indah di beningnya hamparan air laut.

Nisrina memejamkan kedua matanya, meresapi keindahan pagi ini ke dalam hatinya.

Anantha yang selalu siap dengan kameranya, tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengabadikan pemandangan indah di hadapannya.

Seorang bidadari yang hadir di pagi kuning keemasan.


#15HariNgeblogFF2 day 2...

*i'm fallin in love, i think*


Tidak ada komentar:

Posting Komentar