Rabu, 20 Juni 2012

Biru, Jatuh Hati



Debur ombak yang berkejaran…
Panorama pantai pangandaran…
Menikmati indahnya alam…
Semua kebesaran Tuhan…

Camar pun melayang, saling bersahutan
Terbang melayang di balik awan
Sepoi angin pantai, sejuk nan membuai
Indahnya panorama pantai Pangandaran…


Lagu itu… Nisrina mendengarkan dengan seksama lagu yang ia dengar barusan. Ia tolehkan kepalanya, ke kanan – ke kiri, mencari-cari arah lagu itu berasal di antara keramaian penumpang pesawat yang ia naiki.

“Cari apa Nis?” Ujar Anantha heran melihat wanitanya seperti mencari-cari sesuatu.

“Siapa yang putar lagu ini ya da?” Tanya Nisrina masih mencari-cari sumber lagu itu berasal.

“Lagu apa Nis? Uda nggak dengar ada yang putar lagu” ujar Anantha ikut menoleh ke kanan dan ke kiri.

“Lagu Panorama Pantai Pangandaran, serius Uda indak danga?” Nisrina menatap Anantha serius, yang hanya di jawab anggukan oleh Anantha.

“Aah, mungkin hanya halusinasi Nis saja” Ujar Nisrina pada dirinya sendiri.

“Tidurlah Nis, mungkin kamu terlalu letih sehabis jaga kemudian lanjut jalan-jalan di Braga tadi.” Anantha menepuk pundak kirinya. Nisrina merebahkan kepalanya di pundak Anantha. Kemudian memejamkan kedua matanya.


“Terima kasih bu dokter atas bantuannya selama ini di kampung kami. Kami tidak tahu bagaimana nasib kami jika tidak ada bu dokter dan yang lainnya” ujar seorang warga yang terdapat di tenda pengungsian pada Nisrina dan tim medis lainnya.

Nisrina dan teman-temannya dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Padang, menjadi tim medis sukarelawan di Pangandaran, salah satu tempat terjadinya gempa dan tsunami  dengan kekuatan 6,8 SR yang terjadi di pesisir selatan Jawa pada bulan Juli 2006.

Selain sebagai tim medis, Nisrina dan beberapa temannya juga menghibur anak-anak korban gempa dan tsunami di tenda pengungsian. Mereka bernyanyi, bercerita dan kegiatan lainnya yang bisa membuat anak-anak gembira.

Kehilangan keluarga juga tempat tinggal pastinya dapat menimbulkan trauma mendalam, apalagi untuk anak usia di bawah 10 tahun. Termasuk Biru, anak lelaki yang belum menemukan satu pun keluarganya di antara korban gempa, baik yang selamat ataupun yang sudah menjadi mayat. Hal tersebut membuat Nisrina iba dan ingin menghiburnya.

“Sedang buat apa kamu dik” Tanya Nisrina setelah duduk di samping bocah berbaju biru itu. Bocah itu hanya melihat Nisrina sekilas, kemudian kembali lagi dengan kesibukannya semula, menggambar.
 
Nisrina tidak menyerah begitu saja, ia terus memperhatikan bocah bernama Biru yang memang selalu mengenakan baju biru itu. Sesekali ia mengomentari gambar yang di buat oleh bocah itu. Hingga akhirnya…

“Ini Bapak, Ibu, dan Gladys” ujar Biru sambil menunjuk ke gambar yang ia buat tadi. “Biru kangen, mau ketemu mereka bu dokter” biru menangis di samping Nisrina yang langsung memeluknya iba.

Nisrina telah jatuh hati pada bocah berusia 9 tahun yang ada dalam pelukannya kini. Sebisa mungkin ia berusaha menghibur Biru, dengan berbagai cara. Biru paling senang saat Nisrina menyanyikan lagu mengenai keindahan Pantai pangandaran. Bahkan ia berusaha menghapalkannya dan ikut bernyanyi bersama Nisrina menghibur teman-temannya di tempat pengungsian.

Camar pun melayang, saling bersahutan
Terbang melayang di balik awan
Sepoi angin pantai, sejuk nan membuai
Indahnya panorama pantai Pangandaran…

“Pantai ini memang indah bu dokter, dulu… sebelum tsunami menghancurkan semuanya.” Biru menatap nanar hamparan laut di hadapannya. Pantai masih di penuhi puing-puing bangunan yang hancur di terjang tsunami.

Nisrina hanya terdiam, tak dapat berkata-kata.

“Tapi lautnya tetap indah ya bu dokter. Biru, jatuh hati pada keindahan laut.” Ujar Biru sambil menunjuk ke tengah laut.


“Nis, bangun Nis. Sudah sampai kita” Anantha menyentuh pipinya lembut. Nisrina mengerjap-ngerjapkan matanya. Kemudian menegakkan duduknya.

“Kita dima da?” Tanya Nisrina bingung melihat sekelilingnya.
“Masih di pesawat, baru saja mendarat di Padang” Anantha tersenyum melihat wajah polos Nisrina yang baru bangun dari tidurnya.

“Jadi, tadi Nis hanya mimpi ketemu Biru?” Tanya Nisrina pada dirinya sendiri.

“Biru siapa Nis?” Tanya Anantha heran.

“Birunya pantai Pangandaran da” ujar Nisrina sambil tersenyum. Mengingat-ingat lagi mimpinya bertemu Biru, yang tetap jatuh hati pada laut Pangandaran meski tsunami telah membawa serta keluarganya.

“Bagaimana kabarmu sekarang Biru?” tanya Nisrina lirih.


#15HariNgebloFF2 day 7

*Judul lagu : Panorama Pantai Pangandaran (lagu & syair : Ate Mamat), lagu ini masuk ke dalam 16 lagu terbaik Lomba Cipta Lagu Anak, Februari 1994.

*untuk berita Gempa dan Tsunami Pangandaran bisa di lihat di sini atau yang ini




Tidak ada komentar:

Posting Komentar