Kamis, 14 Juni 2012

Jingga di Ujung Senja




“Sari, ajaklah Ayu kau ini jalan-jalan.” Ujar Babo Yus pada Sari cucu kesayangannya.
(Ayu: kakak perempuan, bahasa Palembang. Babo: Kakek, bahasa Minang)

“Mumpung masih di Palembang Nis. Pabilo baliak ka Bukittingi?” tanya Babo Yus. (Kapan balik ke Bukittinggi)

“Bisuak Bo.” Jawab Nisrina. (Besok Bo)

“Maaf yo Nis, Babo indak bisa ikut kau kini. Beko lah Babo usahakan bisa hadir di pernikahanmu.” Ucap Babo Yus dengan nada menyesal. (Beko : nanti)

“Ndak ba’a Bo. Jan di paksa. Nisrina lah cukup sanang dapek restu dari Babo” ujar Nisrina. (Nggak apa-apa Bo. Jangan di paksakan. Nisrina sudah cukup senang mendapat restu dari Babo)

Ya, kedatangan Nisrina ke Palembang kali ini untuk menemui dan meminta restu Adik lelaki Alm. Kakek Nisrina yang juga merupakan Datuk di keluarganya. Semenjak Anantha melamarnya di Jam Gadang 2 minggu lalu, yang kemudian di lanjutkan dengan pertemuan kedua keluarga untuk membahas tanggal pernikahan mereka, Amaknya selalu mengingatkan Nisrina untuk menemui Babo Yus di Palembang. Bahkan Amak juga memintanya mengajak Babo Yus serta ke Bukittinggi. Tapi, Babo Yus belum bisa meninggalkan usahanya di Palembang.

***

“Ayolah Yu Nis, alun pernah ka Musi kan?” ajak Sari, adik sepupuku, dengan logat Palembangnya yang kental. Nisrina hanya menjawab dengan gelengan kepala.

“Pernah dengar tentang ‘Venice Of The East’ ndak Yu Nis?” tanya Sari, yang lagi-lagi kujawab dengan gelengan kepala. Sari tersenyum sambil menggelengkan kepalanya “Ckckck, berarti Ayu Nis memang harus ikut Sari ke Musi patang ini” ujarnya sungguh-sungguh. (patang: sore)

Setelah berpamitan dengan Babo dan Nenek, Nisrina dan Sari berangkat menuju sungai yang membelah Provinsi Sumatera Selatan itu. Sepanjang perjalanan, Sari bercerita tentang sungai yang memiliki lebar kurang lebih 300 m dan panjang 750 km itu. Karena lebarnya yang menyerupai lautan luas dan airnya yang tidak pernah kering, mayoritas orang Palembang menyebutnya Laut.

Sari mengajak Nisrina ke sebuah dermaga di Ampera untuk menaiki perahu tradisional yang biasa di sebut Ketek.

“Ini Jembatan Ampera yang terkenal itu ya Sar?” tanya Nisrina, tangannya menunjuk ke Jembatan Megah berwarna merah bata itu.

“Iyo Yu Nis. Jembatan ini di bangun pada tahun 1962 Yu. Panjangnyo kurang lebih 1,177 meter, dan lebarnyo sekitar 22 meter Yu. Jembatan Ampera ini merupakan ikon kota Palembang dan juga yang menghubungkan daerah Seberang Ulu dan Seberang Ilir.” Jelas Sari panjang lebar yang di ikuti decak kagum Nisrina.

Sekitar 5 km dari Ampera, di tepian sungai Musi, terdapat objek wisata bernama Pulau Kemaro, yang di dalamnya terdapat bangunan berbentuk seperti Pagoda yang ada di China. Tak hanya pulau Kemaro, di tepian sungai Musi juga terdapat pelabuhan Boom Batu dan Museum Sultan Mahmud Badaruddin II.

Layaknya seorang tour guide, Sari juga menjelaskan objek wisata lainnya yang terdapat di tepian sungai Musi. Mulai dari Benteng Koto Besak, Monpera, Masjid Agung, River Side, hingga Wisata Kuliner Tepian Sungai Musi, dan Pasar 16 Ilir yang merupakan Tanah Abangnya Palembang.

“Toko Babo ada di lantai dasarnya Pasar 16 Ilir Yu Nis.” Ujar Sari lagi. Babo Yus memang mempunyai toko kasur lipat Palembang di Pasar 16 ilir. “Belakangan ini memang lagi banyak pesanan ni, makanya Babo belum bisa ikut Ayu Nis ke Padang” ujar Sari lagi.

“Siapin kameranya ya Yu Nis” ujar sari mengingatkan Nisrina.

“Siap-siap untuk apa Sar?” tanya Nisrina heran dengan kata-kata Sari. Karena sejak tadi pun Nisrina tak melewatkan kesempatan dalam mengabadikan keindahan sungai Musi di hadapannya.

Sama halnya dengan Anantha, Nisrina juga menyukai fotografi, karena kesamaan hobi inilah yang mendekatkan mereka. “Ahh. A kabanyo uda di sinan?” lirih Nisrina dalam hati.

“Lihat itu Yu Nis” Sari menunjuk ke arah Jembatan Ampera.

Satu persatu lampu hias yang terdapat di badan jembatan bersinar terang, gemerlap cahayanya memancarkan keindahan, berpadu dengan langit senja yang memunculkan semburat jingganya. Sungguh cantik.

“Ini kah yang kamu bilang ‘Venice Of The East’ tadi Sar?” tanya Nisrina tanpa mengalihkan pandangannya dari keindahan senja.

“Venesia dari Timur.” Ucap Sari. “Diatas perahu, menyusuri sungai Musi, melintas di bawah jembatan Ampera, di hiasi lampu-lampu yang berkilauan. Romantis kan Yu Nis?" Sari menoleh pada kakak sepupunya yang sibuk mengabadikan keindahan tersebut.

"Nggak perlu jauh-jauh ke luar negeri Yu Nis. Di Palembang juga ada tempat romantis seperti di Venesia” lanjut Sari bangga.

Nisrina masih saja berkutat dengan kamera DSLRnya. Seakan takut melewatkan momen indah di hadapannya.

Remember yesterday, walking hand in hand..
Love letters in the sand.. I remember you..

I Remember You - Skid Row terdengar di ponselnya. Tertulis nama UdaNantha di layar sentuh ponselnya itu.

"Assalamualaikum Nis" sahut suara di seberang.

"Wa'alaikum salam da" Jawab Nisrina.

"Sedang apa kamu Nis? Uda ganggu kah?" tanya Anantha

"Indak... Indak ganggu da. Nisrina sedang jalan-jalan ka sungai Musi jo Sari" jawab Nisrina. "Kapan-kapan Uda harus ka siko. Aah, menyesal Uda indak ikut Nis kemarin" ujar Nisrina antusias.

"A nan Uda sesalkan Nis?" tanya Anantha

"Langit jingga di ujung senja... Gemerlap Jembatan Ampera, Venice of The East, banyak Da.." jawab Nisrina antusias.

"Kamu bilang langit jingga Nis?" tanya Anantha lagi.

"Iyo Da, langit di ateh sungai Musi kini berwarna Jingga.." jawab Nisrina lagi.

"Kamu tahu Nis, kini Uda juga sedang melihat ke langit yang berwarna jingga" ujar Anantha senang.

Dua insan yang terpisahkan jarak, memandang kagum pada karya agung ciptaan Tuhan. Langit yang memancarkan semburat jingga di ujung senja hari ini.




#15HariNgeblogFF2 day 3


*aaah... * *no comment*



Tidak ada komentar:

Posting Komentar