Senin, 07 Juli 2014

Ini yang Ku Pilih

Ini yang Ku Pilih
By Nurul Aria
“Ma, Akbar mau pergi dulu, ya..” pamit Akbar pada mamanya.
“Mau kemana kamu?” Tanya Bu Tari, mamanya, heran melihat Akbar berpakaian rapi, kemeja biru berpadu celana jins berwarna gelap lengkap dengan sepatu kets kesayangannya.
“Akbar mau…” Akbar menggantung jawabannya, ia tahu mamanya tak akan mengizinkannya pergi jika ia berkata yang sebenarnya “Akbar mau jalan-jalan ke Mall, Ma sama teman-teman.” Ujar Akbar berbohong.
“Ya sudah, pulangnya jangan malam-malam, ya”
‘Maafin Akbar, Ma’ ujar Akbar dalam hati saat mencium tangan mamanya, kemudian pamit pergi.
Hari ini, Akbar akan mengikuti casting untuk menjadi seorang pemain sinetron. Sejak kecil, Akbar selalu bermimpi bisa menjadi seorang bintang film atau sinetron ternama seperti aktor idolanya Mathias Muchus dan Didi Petet. Ya, Akbar memang menyukai seni peran. Makanya sejak SMP hingga sekarang, Akbar tergabung dalam kelompok teater yang membuatnya semakin mencintai seni peran dan bermimpi bisa menjadi artis.
Tapi ternyata, semua tak berjalan dengan mudah. Kecintaan Akbar terhadap seni peran tak mendapat restu dari sang Mama. Entah karena alasan apa sang Mama tidak menyukai Akbar menjadi seorang artis sesuai impiannya. Bahkan pernah ibu dan anak ini bertengkar hanya karena Akbar bergabung dalam kelompok teater. Hal tersebut yang membuat Akbar terpaksa berbohong pada mamanya selama ini. Akbar secara diam-diam tanpa sepengetahuan sang Mama tetap bergelut dalam dunia seni peran. Berbagai macam alasan ia buat agar tetap bisa menikmati kecintaannya terhadap seni peran ini. Seperti hari ini, Akbar berbohong untuk kesekian kalinya pada wanita yang paling dihormatinya itu untuk bisa keluar rumah dan mengikuti casting.
***
“Abang kemana, Ma?” tanya Rinta, adik Akbar, ketika melihat Mamanya sedang duduk sendiri di ruang tengah.
“Jalan-jalan ke Mall sama teman-temannya.” Jawab bu Tari. “Kamu baru bangun?” tanya Bu Tari yang melihat anak gadisnya masih menggunakan piyama tidurnya.
“Jam segini ke mall??” tanya Rinta heran, karena jam dinding di rumahnya masih menunjukkan pukul sembilan pagi. ‘Pasti Abang bohong lagi sama Mama’ ujar Rinta dalam hati.
Selama ini Rinta memang tahu, kalau satu-satunya kakak lelaki yang ia miliki itu sering berbohong pada mamanya. Akbar memang sering curhat pada Rinta tentang kecintaannya pada seni peran dan juga ketidaksukaan mama mereka akan seni peran. Rinta selalu menjadi pendengar yang baik untuk abang yang sangat disayanginya itu, juga selalu menyimpan rahasia abangnya. Hal tersebut dilakukannya karena tak ingin melukai perasaan mama juga abangnya yang sama-sama ia sayangi. Tapi, semakin lama ia menyimpan rapat rahasia abangnya ini, Rinta semakin merasa bersalah pada mamanya. Satu-satunya orang tua yang Rinta dan abangnya miliki, setelah kepergian papa saat mereka masih sangat kecil.
“Kok bengong saja, Rin?” tanya Bu Tari yang melihat anaknya berdiri mematung di dekatnya itu. “Mandi dulu sana, habis itu bantuin Mama masak, ya” lanjut Bu Tari. Rinta hanya tersenyum sambil mengangguk, kemudian berbalik menuju kamarnya.
Sesampainya di kamar, Rinta langsung mengambil ponselnya dan mengirimkan sms untuk abangnya. Kemudian Rinta meletakkan poselnya di atas tempat tidurnya dan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya tersebut untuk mandi seperti yang diperintahkan mamanya tadi.
***
Drrttt.. drtt..

Ponsel Akbar bergetar dua kali, menandakan ada sms yang masuk dalam ponselnya. Dari Rinta, adik semata wayang yang sangat disayanginya.
From: Rintul [08993245xxxx]
Bohong lg sm Mama, bang? Mau smp kpn bohong terus? Abang ga kasihan sm Mama??
“Hmm…” Akbar hanya bisa menarik napas dalam saat membaca sms dari adiknya tersebut, kemudian teringat akan kejadian tadi pagi ketika ia pamit pergi pada mamanya. Langsung saja ia membalas sms tersebut
To: Rintul [08993245xxxx]
Abang terpaksa Rin, hari ini abang casting utk sinetron doakan smga abang lolos ya.
Hanya itu balasan Akbar untuk adiknya. Saat ini hatinya sedang berkecamuk antara grogi karena casting dan merasa bersalah karena telah berbohong pada mamanya, wanita yang paling disayanginya selain adiknya.
“Hey ganteng, yey ikutan casting juga, ya?” sapa seorang lelaki dengan gaya kemayu yang sudah duduk di sampingnya.
“I-iya, mas juga ikut casting” jawab Akbar tergagap karena kaget disapa oleh lelaki tersebut.
Yey jangan panggil eike mas, dong. Nggak lihat apa eike cantik gini, panggil eike ses Merry.” Ujar lelaki kemayu ini sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman.
Mencoba tetap bersikap sopan, Akbar pun menjabat tangan halus lelaki tersebut sambil mengucapkan namanya “Akbar”
“Iih, cucok deeh sama body, yey” ujar Merry genit, matanya terus memperhatikan Akbar dari ujung rambut hingga ujung kaki. “Muka ganteng, body keren. cucok deh, yaa.. hahah” lanjut Merry masih dengan gayanya yang kemayu dan genit, membuat Akbar sedikit bergidik ngeri pada awalnya.
Selama menunggu giliran casting, Merry selalu mengajak ngobrol Akbar tentang dunia entertainment yang akan dimasuki Akbar jika lolos casting nanti. Banyak informasi tentang dunia keartisan yang ia dapat dari obrolannya bersama Merry yang ternyata berprofesi sebagai make up artist itu. Bahkan Merry sempat menawarinya jalan pintas jika memang Akbar sangat ingin menjadi seorang artis. Kebetulan Merry banyak kenal dengan produser dan sutradara yang sering memakainya jasanya sebagai make up artist untuk film dan sinetron mereka.
***
1 bulan kemudian.
Darling, yey lolos casting, loh. Bisa datang ke kantor PH kan, buat tandatangan kontrak?” ujar suara genit di seberang ketika Akbar menerima telepon di ponselnya.
“Serius, beb? Aku diterima??” Tanya Akbar tak percaya pada pendengarannya.
“Yes darling, yey di-te-ri-ma. Sekarang langsung capcus ke kantor PH, ya. Yey ditunggu sama bos, tandatangan kontrak.” Jawab suara genit di sebrang.
“Oke.. Oke.. Wait me!!” Ujar Akbar riang.
Setelah menutup telepon, tanpa berpamitan dengan orang rumah, Akbar bergegas berangkat menuju kantor PH di wilayah Selatan Jakarta. Hatinya sangat gembira, akhirnya mimpinya untuk menjadi seorang artis sudah di depan mata.
Merry benar-benar memenuhi janjinya itu. Sejak bertemu Merry di tempat casting dan bertukar nomor telepon, Akbar memang semakin dekat dengan Merry. Merry membantu Akbar dalam banyak hal, terutama yang berhubungan dengan dunia keartisan. Dan Akbar tidak menyia-nyiakan bantuan yang diberikan Merry, karena Akbar ingin secepatnya meraih impiannya menjadi seorang artis. Tidak mudah memang, karena ternyata Merry tidak memberikan semua itu dengan cuma-cuma.
Akika naksir yey, mas ganteng” ujar Merry genit saat itu, hal yang mampu membuat Akbar terkejut.
Bagaimana tidak, seorang laki-laki kemayu menyatakan perasaan sukanya pada Akbar. Entah apa yang ada di benak Akbar saat itu, hingga membuatnya menerima semua kebaikan Merry, termasuk menjadi ‘teman dekat’ nya Merry.
Selama masa produksi sinetron, hubungan Akbar dengan Merry semakin intim, karena Merry dipercaya sebagai make up artist hingga akhir produksi. Tidak ada yang curiga dengan keakraban Merry dan Akbar selama di lokasi syuting, karena mereka berdua melakukannya secara profesional. Mereka bersikap seperti biasa di lokasi syuting, namun intim di luar lokasi syuting. Dan karena sikap Merry yang memang supel dan genit terhadap semua crew juga pemain, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan.
Akbar semakin menikmati hubungan ‘rahasia’nya dengan Merry. Segala yang Akbar inginkan selalu di penuhi oleh Merry, walaupun Akbar juga harus memenuhi apa yang diinginkan oleh Merry, kasih sayang dan perhatian seorang kekasih.
Semakin lama, Akbar semakin merasa nyaman setiap bersama Merry, laki-laki kemayu yang selalu memanjakannya. Rasa nyaman yang sudah lama tidak ia rasakan semenjak Papa dan Mamanya bercerai.
Akbar kecil memang sangat dekat dengan papanya. Dan kedekatannya dengan Merry, membuat Akbar rindu sosok seorang Ayah. Sehingga Akbar melampiaskan rasa rindunya itu pada Merry, yang sudah di anggapnya sebagai seorang Ayah, Ibu, sahabat juga kekasih.  

***
“Rin, sebenarnya kakakmu itu kerja apa, sih? Kok Mama lihat lebih sering pulang pagi, bahkan pernah beberapa hari tak pulang. Tapi setiap Mama tanya, Abangmu hanya diam” Tanya Bu Tari pada Rinta anak bungsunya saat sarapan.
“Ehh, Rinta kurang tahu, Ma. Bang Akbar nggak pernah cerita.” Jawab Rinta berbohong. Sebenarnya ia tahu kalau abangnya sedang sibuk syuting sinteron.
“Benar kamu nggak tahu?” selidik Bu Tari lagi. Yang hanya dijawab anggukan oleh Rinta.
“Hmm.. Ma, Rinta boleh tanya sesuatu nggak?” tanya Rinta ragu.
“Tanya apa, sayang?” tanya Bu Tari lembut.
“Rinta boleh tahu nggak, kenapa Mama nggak suka kalau bang Akbar jadi artis?”
Bu Tari hanya terdiam. Angannya kembali ke masa lalu, ketika ia memutuskan bercerai dengan suaminya,  Ayah dari kedua anaknya, dan menjadi single parent bagi kedua anaknya.
“Apa ini ada hubungannya sama Papa, Ma?” tanya Rinta lagi karena melihat reaksi mamanya yang hanya terdiam mematung. “Maa..” kali ini Rinta menyentuh tangan mamanya.
“Hehh.. Sepertinya sudah saatnya kamu tahu alasan Mama bercerai dengan Papamu dulu.” Ujar Bu Tari sambil mengatur gemuruh di dadanya.
Rinta hanya memperhatikan mamanya dalam diam. Dan Bu Tari melanjutkan perkataannya.
“Mama dan Papa bercerai karena…” Bu Tari terdiam sejenak, mengumpulkan kekuatan untuk menceritakan masa lalunya yang pahit itu. “Karena Papa kamu selingkuh.” Dan Rinta masih terdiam membisu.
“Papa kamu selingkuh bukan dengan wanita, tapi dengan... pria” Bu Tari mencoba tetap tegar dalam mengucapkan kata ‘Pria’ tersebut.
“Maksud Mama, Papa gay?” Rinta seakan tak percaya dengan pendengarannya.
“Iya, Papa kamu penyuka sesama jenis. Sebenarnya Mama sudah curiga sejak lama. Dan akhirnya Mama mengetahui kebenarannya, karena Mama tidak sengaja melihat Papamu dan teman laki-lakinya di Hotel tempat kantor Mama mengadakan acara. Awalnya Mama berpikir mereka hanya relasi kerja, tapi melihat gerak-gerik mereka yang menunjukkan kemesraan layaknya sepasang kekasih, membuat Mama curiga. Mama ikuti mereka, dan ternyata mereka menuju salah satu kamar di Hotel tersebut.” Bu Tari menghentikan ceritanya, kemudian menghapus air mata yang mengalir membasahi kedua pipinya. Rinta masih terdiam, masih belum percaya dengan apa yang didengarnya saat ini.
“Karena curiga dan penasaran, akhirnya Mama memberanikan diri masuk tanpa permisi ke dalam kamar tersebut yang ternyata tidak dikunci. Dan, kecurigaan Mama terbukti juga. Mama melihat adegan yang lebih mesra dari sebelumnya antara Papa kamu dan lelaki itu.” Bu Tari semakin tak kuasa menahan air matanya. Rinta memeluk mamanya yang kali ini terlihat sangat rapuh itu.
“Tapi Ma, hubungannya dengan keinginan Bang Akbar jadi artis apa?” tanya Rinta sedikit bingung.
“Karena... Teman laki-laki Papamu itu… Seorang artis sinetron yang saat itu sedang naik daun. Dan setelah itu Mama jadi tahu, bahwa lelaki itu juga yang memberikan Papamu banyak hadiah dan uang untuk Kamu dan Abang kamu.” Bu Tari terdiam sejenak.
“Mama kecewa dengan Papa kamu. Itu sebabnya, Mama lebih memilih bercerai dari Papa kamu dan membesarkan kalian sendiri, tanpa seorang suami. Dan Mama tidak akan menikah lagi, karena Mama trauma dengan kejadian itu. Karena itu juga Mama tidak suka Abang kamu memilih profesi sebagai Artis. Dunia entertain tidak semudah dan seenak yang kalian pikirkan” Lanjut Bu Tari. Rinta semakin erat memeluk mamanya.
“Maafin Rinta, Ma.. Kalau Rinta tahu ceritanya seperti ini, Rinta nggak akan menanyakan hal ini.” Ujar Rinta merasa bersalah, karena mamanya harus membuka lagi luka lama yang sudah ditutup rapat.
Akbar terdiam mematung dalam kamarnya, ia mendengar semua percakapan antara  adiknya, Rinta dan Mamanya dari balik pintu kamarnya. Akbar semakin shock, ketika menyadari bahwa ia tak jauh beda dengan papanya yang telah menyakiti mamanya demi lelaki lain. Akbar teringat hubungan 'rahasia'nya dengan Merry, yang Ia lakukan demi mencapai impiannya menjadi seorang artis terkenal, hal yang tidak di sukai mamanya.
“Maafin Akbar, Ma.. Akbar janji, Akbar nggak akan ngecewain Mama lagi..” Ucapnya dalam hati.

***


******************************************************************************
Ini tulisan gue dari tahun 2013 yang ga pernah dipublish. lupa nyimpen di mana sebenernya. pas lagi ngutakngatik gdrive, ketemu tulisan ini yang seharusnya udah di edit bareng mbak Irene. tapi malah gada yang editan dari mbak Irenenya. hiihi...
Dan ini tulisan pertama gue yang temanya LGBT.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar