Sabtu, 31 Januari 2015

Phuket, I'm Coming!

Ketika ditanya “Ada rencana traveling tahun ini?” tanpa pikir panjang lagi gue mengganggukkan kepala. Spontan. Phuket – Krabi – Bangkok. Kota tujuan traveling gue nanti di akhir bulan Juli, setelah libur Lebaran. Rencana ini sebenernya udah terplanning sejak tahun 2014 lalu. Bahkan sudah beli tiket keberangkatannya sejak November 2014 lalu. Iya, baru tiket keberangkatannya. Tiket pulangnya menyusul. Hehehe.

Jadi, ceritanya itu gue belum pernah berpergian keluar negeri, kalau ke luar kota pernah beberapa kali, biasanya karena ada urusan seperti seminar atau memang ada acara keluarga atau acara dari tempat gue kerja. Itupun bisa dihitung pakai jari dalam kurun waktu 5 tahun kebelakang. Di hari libur, gue lebih sering hanya menghabiskan waktu di rumah, membaca, streaming film, tidur, ataupun merapikan kamar yang terkadang mirip kapal pecah. Kalau sudah bosan di rumah, paling pergi nonton atau ke toko buku (teteupp yaa buku jugaa pilihannya. Hehehe).

Dan rencana traveling ke Phuket ini akan jadi pengalaman pertama gue pergi ke negeri orang tanpa keluarga. Traveling ke Phuket – Krabi – Bangkok ini sebenernya berawal dari chat seorang teman yang menawarkan tiket promo ke Phuket, Thailand seharga enam ratus ribu rupiah, entah kenapa tiba-tiba gue tertarik untuk ambil kesempatan ini. Terhitung nekat, sih. Habis libur lebaran, mau ambil cuti seminggu. Di tempat kerja gue yang sekarang, mau ambil cuti sehari aja susahnya minta ampun, terus ini gue nekat mau ambil cuti enam hari berturut-turut. Kalo bukan nekat, apa coba? Tapi kesempatan belum tentu datang lagi, pikir gue waktu itu. Dan, voila! Tiket berangkat sudah dibeli, tinggal susun itinerary dan bikin paspor. (Sstt.. Sampai saat gue nulis ini, gue masih belum bikin paspor juga, loh. Padahal udah diingetin terus sama temen gue. Tapi belum ada kesempatan untuk cuti lagi. L )

Yang pasti, saat ini gue dan temen gue itu sudah mulai menyusun itinerary Phuket – Krabi – Bangkok, sambil searching tempat-tempat wisata yang wajib dikunjungi, juga hotel-hotel yang sesuai budget.  Dan saat gue intip webnya pergidulu.com, gue jadi tertarik mengunjungi Kebun Binatang Chiang Mai biar bisa ketemu Panda. Oh I love Panda *emot lope lope*  (kemudian ngutak ngatik itinerary lagi) Gak cuma itu, gue pun mulai cari-cari tiket dari Krabi – Bangkok dan Bangkok – Jakarta. Oh iya, yang paling penting mulai Januari ini gue harus nabung dan agak mengencangkan ikat pinggang demi keberlangsungan hidup gue selama traveling nanti.

Dear Phuket – Krabi – Bangkok, I will coming at July! Insyaallah.

J

Are You Ok, D?

Hai, D...

Apa kamu sudah baca surat aku kemarin? Aku harap sudah. Hari ini aku akan menuliskan surat lagi untukmu. Karena sejak kemarin kamu tidak ada kabarnya lagi. Mungkin (lagi-lagi) sinyal provider tidak bersahabat untuk kita. :(

Ya, aku mencoba berprasangka baik saja. Karena sejauh ini memang hanya sinyal provider yang menghalangi komunikasi beda pulau kita. Kamu ingat, kan? Saat kita sedang asik bersenda gurau kemudian pembicaraan terputus atau respon dari masing-masing kita lama karena ternyata delayed? Iya, bahkan suara pun bisa terlambat sampai ke telinga si pendengar. Kemudian keluar lah kata-kata ajaib dari mulut kamu. 

Yang paling aku ingat adalah "Kutil Medusa".  Kata yang paling sering kamu ucapkan saat sinyal provider menguji kesabaran kita lagi.Tapi justru hal itu membuat aku tertawa karena membayangkan Medusa memiliki kutil di setiap ular yang menghiasi kepalanya itu. Seperti yang kamu deskripsikan padaku.

Ah, aku jadi rindu bercanda denganmu lagi, D. Karena kamu selalu tahu bagaimana membuatku tertawa, meskipun saat itu aku sedang stres karena kerjaan atau pikiran lain. Kamu selalu berhasil menghiburku. Memunculkan lagi senyum di wajah lelah ini. Selalu ada bahan candaan, guyonan yang keluar dari mulutmu itu. Seakan tak ada beban yang menghinggapi dirimu, D. Meskipun aku tahu, kamu sedang berjuang agar mendapatkan izin untuk pindah ke Jakarta.  

By the way, waktu Jakarta sudah hampir siang. Sudah waktunya aku pamit. Besok aku lanjutkan lagi ya, D. 

Salam untuk Ibu. Semoga kamu dan Ibu sehat selalu di sana. Ingat, jaga pola makan kamu. Jangan ngegym dulu. Dokter belum izinin kamu untuk latihan lagi, kan? :D


Aku yang (masih) merindumu.

Rula

Jumat, 30 Januari 2015

How Are you, D?

Hai D, how are you?

Meskipun semalam kita masih bercanda melalui telepon hingga masing-masing dari kita tertidur dengan sendirinya, tapi aku tetap menanyakan kabarmu melalui surat ini. 

Kau tahu? Sejujurnya aku masih tak percaya bisa berbincang denganmu lagi. Aku seperti berada dalam mimpi. Kamu, yang selama sepuluh tahun kebelakang menghilang tanpa jejak, tanpa kabar berita, tiba-tiba muncul seperti hantu. Meskipun tidak di hadapanku secara fisik, tapi virtual.

Iya, aku sungguh tak menyangka kamu yang menghubungi aku dini hari itu. Aku masih ingat, saat itu aku sedang bersiap untuk sahur ketika ponsel pintarku menerima pesan singkat dari nomor tak dikenal. Sejujurnya aku paling malas membalas pesan dari nomor asing, itu kenapa saat itu aku agak malas merespon pesan dari nomor asing tersebut yang ternyata kamu. Maaf, ya.

Saat itu aku tak tahu harus merasa senang, sedih atau takut begitu tahu pemilik nomor asing itu kamu. Orang yang selama ini aku cari, namun tak kunjung kutemukan. Aku bahkan sempat berpikir kamu sudah lebih dulu meninggalkan aku sendiri di dunia ini. Atau mungkin juga kamu sudah melupakan aku, dan tidak ingin bertemu aku lagi. Semua karena masa lalu yang sangat tidak mengenakkan itu.

Tapi di satu sisi aku senang karena akhirnya kamu yang menemukan aku. Meskipun setelah sepuluh tahun berlalu, kamu masih mengingat aku dalam benakmu. Iya, aku tahu. Sangat sulit bagimu mengumpulkan fragmen dari masa lalu yang memang tidak seharusnya diingat lagi. Terlalu menyakitkan. But you did it! Dan aku berterima kasih karena itu. Akhirnya doa-doaku dikabulkan. Aku bisa bertemu dengan kamu lagi, meski hanya suaramu saja.

Kamu, yang saat ini berada puluhan ribu mil jauhnya dari tempatku tinggal. Terpisah lautan, juga zona waktu kita yang berbeda. Meskipun hanya berbeda dua jam, kamu lebih awal, tapi tetap membuat salah satu dari kita harus mengalah. Entah aku yang harus bangun lebih awal, atau kamu yang tidur lebih telat agar kita bisa bertukar kisah di telepon. Selain itu, sinyal provider juga tak henti-hentinya menguji kesabaran kita. Kamu selalu bilang “Ya, maklum aja namanya juga di pedalaman.” Dan aku mencoba maklum.  

Banyak kisah terucap, banyak rindu tersirat dalam setiap candaan yang kamu lontarkan saat kita bertemu suara. Tapi aku tetap merindukan hadirmu di sini, di hadapanku. Iya, meskipun sudah melihat rupamu dalam foto yang kau kirimkan padaku, tapi aku tetap berharap bisa bertemu muka denganmu.

Aku sudahi dulu ya, surat ini. Bisa habis berlembar-lembar jika aku biarkan tangan ini menuliskan apa yang aku rasakan, apa yang aku inginkan saat ini. Tapi yang pasti, aku tunggu kedatanganmu di Jakarta, D. As soon as possible.

Jaga kesehatanmu, ya! Jangan sampai sakit lagi.


Aku yang merindumu,

Rula

Selasa, 20 Januari 2015

Weekend bersama Manusia-Manusia Hebat

Hai….

Selamat Tahun Baruuuuuu....

Di awal Tahun ini gue mau posting tulisan yang sebenernya udah gue tulis sejak Desember 2014 kemarin, tapi baru sempat gue selesain sekarang. Heheh.. pisss.. 

Di postingan ini gue mau cerita pengalaman gue jadi volunteer di acara "Wisata Anak Bersama Sahabat Yayasan Sayap Ibu Bintaro" (YSI Bintaro) di Kebun Raya Bogor, Sabtu, 29 November 2014. It’s been a few weeks ago, memang. Tapi keriaan itu masih terbayang di benak gue sampai sekarang.



Bermula dari…

Dari posting-an di salah satu grup whatsapp, broadcast tentang acara "Wisata Anak Bersama Sahabat Yayasan Sayap Ibu Bintaro" yang diadakan dalam rangka menyambut Hari Disabilitas Internasional dan juga dalam rangka mengampanyekan #MasyarakatInklusif.

Karena gue, yang udah lama banget gak terjun jadi volunteer karena kesibukan ini itu, yang kangen jadi volunteer lagi, kangen ketemu malaikat-malaikat lucu ini lagi, akhirnya memantapkan diri untuk daftar jadi volunteer di acara Wisata Anak ini. Meskipun harus nekat ngajuin cuti dari jauh-jauh hari. (FYI itu acara kan di hari Sabtu, ya, dan gue selalu shift siang kalo Sabtu). Makanya harus cuti dari jauh-jauh hari biar gue bisa mengobati rindu gue berinteraksi dengan malaikat-malaikat yang selalu jadi mood booster gue ini. Bismillah… Pasti bisa.

Setelah mengisi formulir online itu, gue dihubungi via e-mail oleh kak Dhika, Koordinator Lapangan Acara Wisata Anak, untuk hadir dalam rapat sekalian perkenalan dengan volunteer yang lainnya. Sayangnya pada rapat pertama ini gue berhalangan hadir karena ada acara (lupa acara apa, hehe). Dari hasil rapat pertama itu diputuskan kalau rapatnya akan diadakan setiap hari minggu di YSI Bintaro, jam 9 pagi.
Rapat, 2 November 2014

Hari Minggu, 2 November 2014, akhirnya gue bisa hadir di rapat kedua persiapan Wisata Anak di YSI Bintaro.  Hmm.. di mana itu YSI Bintaro? Yaaa, di Bintaro lah, Rul… Kalo naik kendaraan umum, angkotnya itu A.K.A.P deh.. Alias antar kota antar propinsi. (Perjalanan jauh, kapten! Gak nyampe-nyampe ini). Heheh. Tapi itu karena gue naik angkot yang dari lebak bulus. Jalur yang gue tau cuma itu, itu pun setelah nanya-nanya ke temen gue yang tinggal sekitar Bintaro. Tapi untuk rapat-rapat berikutnya akhirnya gue naik KRL, itu pun setelah nanya-nanya lagi sama panitia yang lain. Better lah yaa naik KRL dibanding naik angkot. Heheh. Tapi ada hikmahnya sih gue ngangkot, jadi semacam napak tilas wilayah ciputat-rempoa-binplaz, lah.. Mengenang zaman masih suka berkeliaran di sana. *oke stop intermezzonya*

Sampai di YSI Bintaro, langsung ketemu kak Dhika dan beberapa volunteer –yang kebanyakan masih kuliah- di aula lantai 2. Sepertinya cerita tentang rapatnya gue skip, ya. Off the record! *piss lagi*.

Berfoto setelah rapat, 2 November 2014



Di Acara Wisata Anak bersama YSI Bintaro ini, gue mengajukan diri untuk menjadi Liaison Officer, atau disingkat LO. Kerjaannya? Yang handle pengisi acara. Kenapa gue pilih jadi LO? Karena gue penasaran sama kerja LO seperti apa. Mungkin juga akibat berkali-kali baca bukunya kak Melanie Subono yang judulnya Liaison Officer Forever dan Ouch!, kisah kak Mel selama jadi LO. Dan gue curious, kakak.. Makanya, ada kesempatan jadi LO, ngajuin diri deh.. heheh..

Tim Liaison Officer with Mbak Rini dan Randy

Tim LO ini masuk ke Area 5, dengan koordinator Iqbal, Anggotanya cewek semua *termasuk gue* dan semuanya mahasiswi *kecuali gue*, ada Nadya, Rahmalia, Dinda, dan Utari. Nah karena ada beberapa kategori pengisi acara, jadinya dibagi-bagi lah tugasnya. Dan gue kedapetan untuk handle yang ngisi acara Musik dan Tari.

Itu sekilas tentang persiapan acara Wisata Anak Bersama Sahabat YSI Bintaro. Sebelum lanjut, gue mau cerita saat Car Free Day, satu minggu sebelum hari H.    

Jadi, satu minggu sebelum hari H ini panitia dari YSI Bintaro mengajak volunteer dan beberapa anak-anak yang ada di YSI Bintaro untuk jalan-jalan pagi di sekitar Senayan – Sudirman saat car free day. Janji ketemuan di Parkir Timur Senayan (yang ternyata rame banget karena ada event Colour Run dan Wisuda).
Ubay dan kak Dwi
kak Herta dan kak Dhika with Ubay

with kakak-kakak yang abis Colour Run
Setelah sempet ngetem beberapa saat di sekitaran FX Sudirman, akhirnya Bu Reno, Ketua panitia Wisata Anak, mengajak anak-anak dan volunteer naik TransJakarta (TJ) Busway. Mencoba transportasi umum yang (katanya) ramah disabilitas.

menaiki JPO menuju halte GBK
menaiki JPO menuju halte GBK
Mulai dari halte busway Gelora Bung Karno, yang memang ramah disabilitas, jadi anak-anak yang menggunakan kursi roda bisa masuk. Saat masuk ke haltenya pun dipermudah, dan ternyata anak-anak disabilitas ini free loh, yang bayar hanya pengantarnya aja. Keren, lah, ini. Cuma sayangnya halte busway GBK ini agak sempit dan hanya satu pintu untuk naik-turun penumpang. Jadinya petugas di halte buswaynya harus koordinasi terlebih dahulu dengan pramudi TJnya. Akhirnya kami semua masuk TJ melalui pintu paling depan. Untungnya TJ saat itu belum terlampau penuh. Jadi bisa masuk semua. Dan lagi, petugas onboardnya ikut membantu menaikkan anak-anak dengan kursi roda. Makasih, pak! 

Berfoto sebelum masuk halte GBK
Kursi roda masuk jalur khusus
Kursi roda masuk jalur khusus

menunggu Transjakarta Busway di halte GBK
petugas onboard membantu mengangkat anak disabilitas masuk bus

Anak-anak yang memang belum pernah naik TJ ini terlihat sangat senang dan bersemangat. Ubay, Nurul, Jelita, Bella senyum dan tertawa dengan riang. Tapi ada satu anak yang agak ketakutan. Namanya Ayu, tidak menggunakan kursi roda dan saat itu kursi penumpang penuh, jadinya berdiri dan berpegangan erat ke gue. Asli, pegangannya kenceng banget dan tangannya sampe keringetan. Saking takut jatuh. Ditambah lagi, sang pramudi buswaynya beberapa kali ngebut dan ngerem agak mendadak gitu. Tapi akhirnya, setelah beberapa halte lewat, ada penumpang yang berdiri da mempersilahkan Ayu untuk duduk. 


Ubay tertawa senang saat di dalam TJ
Ayu yang pegangan erat ke gue



Bella dan Jelita yang terlihat antusias saat di dalam bus
Tujuan awal mau ke Bunderan Hotel Indonesia. Tapi berhubung halte Bunderan HI sudah tidak ada dan halte Tosari (saat itu) terlampau sempit dan tidak ramah disabilitas, jadinya kami turun di halte Sarinah (yang memang lebih besar). Sampai di halte Sarinah, terpaksa kami balik lagi ke arah Sudirman. Karena Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) di sana tidak ramah disabilitas. Alias berbentuk tangga. Jadinya anak-anak yang menggunakan kursi roda tidak bisa turun. Karena lift yang disediakan pun tidak berfungsi.

penampakan tangga penyebrangan dari halte Sarinah

di halte Sarinah









Nah, saat naik TJ arah balik ke Sudirman, kami dapat bus yang sepi penumpang. Jadi agak leluasa masuk. Dan Ayu, juga beberapa pendamping anak bisa duduk dengan nyaman. Tapi kami agak bingung saat hendak turun di halte GBK. Karena kami naik dari pintu paling depan, sedangkan saat di halte GBK, penurunan penumpang dari pintu tengah. Jadilah kami urung turun di halte itu. Pindah ke halte Bunderan Senayan, yang (saat itu) sudah lebih luas. Tapi ternyata halte Bunderan Senayan ini masih belum ramah disabilitas. Karena saat di pintu keluarnya, anak-anak dengan kursi roda tidak bisa lewat. Karena rata-rata kursi rodanya agak lebar dan besar. Hanya kursi roda yang kecil yang bisa lewat. Jadinya, anak-anak yang menggunakan kursi roda agak besar terpaksa harus digendong saat melalui pintu keluar.


hanya Jelita yang bisa lewat.
Bella harus diangkat melewati pintu keluarnya
Ubay juga harus digendong untuk bisa keluar halte
   



Nurul dan kursi rodanya juga harus diangkat keluar halte
Beruntungnya masih banyak manusia baik yang membantu mengangkat anak-anak berserta kursi rodanya untuk melewati pintu keluar di halte Bunderan Senayan ini. Jadi selain pendamping dari YSI Bintaro, Kak Dhika dan petugas di halte Bunderan Senayan-nya, ada kakak berkemeja biru itu yang membantu mengangkat Bella dan Nurul. Makasih ya, kakak-yang-tidak-diketahui-namanya. (Kalo ada yang kenal dengan kakak ini, boleh loh dimensyen di kolom komen blog ini. Maacih)

Saat melewati jembatan di halte Bunderan Senayan

Back to Wisata Anak Bareng YSI Bintaro.

Sejak hari jumat malam, gue dan tim LO juga beberapa orang dari divisi perlengkapan menginap di hotel dekat Kebun Raya Bogor. Persiapan untuk acara esok harinya. 

Dari pagi, setelah sarapan kami bersiap ke TKP. Follow up para pengisi acara sudah sampai mana, check sound, GR, dan persiapan panggung lainnya. Excited, deg-degan, campur aduk, deh. Itu yang gue rasain di pagi hari itu. Mulai dari menghubungi pengisi acara yang gue handle, konfirmasi keberadaan mereka udah di mana, panik karena no respon dari CP yang dikasih ke gue. Banyak, deh.

Sekitar pukul 9-an, satu persatu peserta Wisata Anak Bersama Sahabat Yayasan Sayap Ibu ini mulai berdatangan dan Lapangan Randu di Kebun Raya Bogor ini pun mulai dipenuhi oleh panitia dan peserta yang mayoritas menggunakan kaos berwarna kuning.

Suasana di Lapangan Randu 


Dan mata gue mulai mencari-cari pengisi acara yang gue handle. Ada adik-adik tunanetra dari Sanggar Pelita Monas, yang akan membawakan Tari Saman dan bermain Angklung. Ada Fauzan dengan Autisme, yang jago main Biola, akan membawakan 2 lagu instrumen dengan Biola. Dan juga ada adik-adik Down Syndrome yang lucu-lucu dari Sanggar Tari Insan Anugerah yang membawakan Tarian Robotic.

Disaat gue sedang mencari-cari mereka di antara peserta lainnya yang hampir semuanya mengenakan kaos kuning cerah itu, gue melihat sosok yang gue kenal banget. Temen-temen dari Wisma Tuna Ganda Palsi Gunung. Ada kak Yunas dan kak Lena, ada Icha juga (oke, memang hanya itu yang gue kenal dari Palsi Gunung). Langsung gue deketin mereka. Udah lama gue gak berkunjung ke Palsi Gunung, jadinya seneng banget bisa ketemu mereka di acara ini. Kangen mereka!. Mumpung belum terlalu sibuk, gue sempatkan diri menyapa rombongan dari Palsi Gunung ini. Kangen-kangenan, terutama sama Icha yang agak gemuk. Dan tak lupa gue juga mengabadikan pagi bersama mereka dengan berfoto. (Karena belom tentu nanti bisa foto lagi).

bersama rombongan dari Palsi Gunung
Gak cuma ketemu anak-anak dari Palsi Gunung. Gue pun ketemu dengan anak-anak dari YSI Barito. Mardi, Hosean, Mira, Irma, Tegar, dan banyaaak lagi. Bener-bener ajang temu kangen gue dengan malaikat-malaikat kecil yang udah lama gak gue temuin. Seketika hati gue berbunga-bunga. Setiap bercengkrama dengan mereka, selalu memberi suntikan semangat buat gue. Meskipun semalam kurang tidur, dan agak sedikit panik, tapi hilang seketika.

bersama anak-anak YSI Barito dan Inung.

Selesai bercengkrama dan berfoto-foto dengan anak-anak dari YSI Barito ini, gue kembali ke tugas gue sebenernya saat itu. Mencari keberadaan pengisi acara dan melihat persiapannya. Terutama dengan adik-adik tunanetra dari Sanggar Pelita Monas yang akan membawakan Tari Saman di awal acara. Setelah bertemu dengan Ibu Yani dari Sanggar Pelita Monas, memberitahu tentang rundown dan mempersilahkan adik-adik bersiap dan melakukan check sound untuk penampilan keduanya nanti. Selain Tari Saman, adik-adik dari Sanggar Pelita Monas ini juga akan tampil menampilkan permainan angklung mereka. Dan mereka semua berbakat.

adik-adik dari Sanggar Pelita Monas

Sempat berbincang-bincang dengan beberapa anak, yang hampir semuanya masih sekolah tingkat menengah ini, tentang bagaimana mereka berlatih tarian Saman dan alat musik Angklung ini. Seru. Seperti kata Nurul, "awalnya emang susah, kak. Tapi setelah terbiasa, malah jadi gampang banget."

Nurul, dari Sanggar Pelita Monas
Gue pernah belajar Tari Saman. Pernah tampil membawakan Tarian Saman saat masih SMA dulu. Dan gue tau gak gampang berlatih untuk bisa menguasai Tarian Saman ini. Makanya gue kagum sama mereka. Semangat belajarnya tinggi. Mereka hebat, karena juga menguasai alat musik Angklung. Gue aja gak bisa. :')

Gak cuma adik-adik dari Sanggar Pelita Monas ini aja yang membuat gue kagum karena bakatnya. Ada Fauzan, meskipun terbatas dengan Autismenya, tapi Fauzan sangat ciamik saat memainkan Biola di atas panggung. Lagu yang dibawakan Fauzan saat dipanggung (yang gue inget) adalah lagunya Bruno Mars - Count On Me. Ini lagu kedua. Yang pertama gue agak lupa, karena tiba-tiba aja Shinta dari I'm Star ikut naik ke atas panggung mengiringi Fauzan dengan keyboardnya.

Fauzan ditemani Shinta dari I'm Star (foto dokumentasi YSI Bintaro)

Satu lagi pengisi acara yang gue handle adalah adik-adik dari Sanggar Tari Insan Anugrah. Adik-adik dengan Down Syndrome ini membawakan Tarian Robotic. Lucu-lucu gerakannya. Bahkan ketika belum giliran mereka naik panggung, mereka tetap naik panggung. Ceritanya lagi check sound, yang diputerin lagu yang agak ngebeat, langsung mereka menyerbu panggung dan berjoget di atas panggung. Menghibur pengunjung lainnya. Dan mereka lucu-lucu.

adik-adik dari Sanggar Tari Insan Anugrah

adik-adik dari Sanggar Tari Insan Anugrah

Selain 3 pengisi acara yang gue sebutin di atas, acara Wisata Anak Bersama Sahabat YSI Bintaro ini juga dihibur oleh Shena (X-Factor), Pasha (AFI) yang mengajak serta Rifky (AFI), dan I'm Star, sebuah band yang personelnya merupakan anak-anak berbakat dengan Autisme.

kak Shena, kak Rifky dan kak Pasha (foto dokumentasi YSI Bintaro)
I'm Star (foto dokumentasi YSI Bintaro)

Selain dihibur oleh musik dan tari, di Wisata Anak ini ada juga acara Lelang. Lelang lukisan hasil karya Pak Faisal Rusdi, yang melukis hanya dengan mulutnya karena keterbatasannya. Lukisannya terjual dengan harga yang cukup fantastis loh, gaes.

pak Faisal Rusdi sedang melukis (foto dokumentasi YSI Bintaro)


lelang lukisan pak Faisal Rusdi (foto dokumentasi YSI Bintaro)


Gak cuma lelang lukisan. Ada juga lelang Origami hasil karya Thomas Andika. Remaja pria dengan Autisme yang jago melipat-lipat kertas sehingga menghasilkan bentuk robot atau binatang.

Thomas (jaket abu-abu) sedang membuat origami (foto dokumen YSI Bintaro)
salah satu karya Thomas (foto dokumentasi YSI Bintaro)

Lagi-lagi Allah seakan menyentil kepala gue melalui acara ini. Mereka, yang memiliki keterbatasan, namun masih bisa berkarya dengan baik. Nah gue? Lebih banyak males-malesannya daripada berkarya. :(

Oh iya, ada yang kelupaan. Acara Wisata Anak ini diawali dengan pelepasan balon warna-warni ke langit, loh, gaes. Jadi, seluruh pengisi dan peserta acara berkumpul di salah satu sisi lapangan Randu, untuk melepas balon warna-warni ini ke langit.

Pelepasan balon warna-warni (foto dokumentasi YSI Bintaro)
balon warna-warni menuju angkasa luas (foto dokumentasi YSI Bintaro)

Nah, sepertinya udah hampir semuanya gue ceritain tentang acara Wisata Anak ini. Selain karena pengisi acara, ada lagi nih yang juga berjasa memeriahkan acara Wisata Anak ini. Tak lain dan tak bukan adalah para MC kondang, mbak Riry Wijaya, mbak Shanty, dan my favourite Announcer sejak SMA dulu.. Mas Imam Wibowo (yang ternyata tetep ganteng aja yaa mukanya, hehe). Mereka berhasil membuat acara Wisata Anak ini tetap "hidup".

trio MC kondang (foto dokumentasi YSI Bintaro)


kan.. mas Imam mukanya ga berubah, kan. teteup kasep :)
(foto dokumentasi YSI Bintaro)

Sebelum mengakhiri postingan ini, gue mau ngucapin makasih banget sama YSI Bintaro yang udah kasih gue kesempatan untuk bisa membantu di acara Wisata Anak ini. Banyak pengalaman berharga yang belom tentu gue dapetin lagi di kehidupan mendatang.

Aaaak, jadi kangen anak-anak lagi kan :(((

Ah, sudahlah... Sekian cerita dari gue tentang Weekend bersama Manusia-Manusia Hebat. Untuk dokumentasi lebih lengkapnya monggo mampir di FB YSI Bintaro.

Best Regrads!
Rula


(Start : Desember 2014, Finish: Januari 2015)