Senin, 21 Januari 2013

Cintaku Mentok di Kamu


From: Mas Ferdi [0812828xxx]
Km lg knp dek? Tlp aku ga prnh diangkat, sms ga prnh dibls. Aku samperin ke rmh km ga prnh ada. Klo mmg ada masalah, kita bicarakan baik2 ya. Jgn dibiarkan menggantung sprti ini. Hr pernikahan tinggal bbrp hr lagi. Tlg angkat tlpku, atau plg tdk bls smsku ini. –aku yg merindumu-

Sudah berkali-kali ia baca pesan singkat yang di kirim oleh Ferdi, calon suaminya yang beberapa hari lalu ia lihat sedang bercumbu dengan wanita lain di ruangan kantor Ferdi. Dan sepertinya Ferdi memang tidak mengetahui kedatangan Rani tempo hari ke kantornya itu. Karena semenjak hari itu Rani memang tidak pernah berkomunikasi, lebih tepatnya tidak pernah mengangkat panggilan masuk ataupun membalas pesan singkat dari Ferdi. Hatinya masih perih jika mengingat kejadian tempo hari.

Ya, Rani seakan menghindari bertemu dengan Ferdi dan lebih memilih mengunjungi panti asuhan untuk bertemu Nisrina dan beberapa anak lainnya. Ia lebih meyukai menghabiskan waktu sorenya dengan bermain dan bercanda dengan anak-anak tersebut.
***


Disandarkan kepalanya pada sofa di ruang kerjanya yang ia duduki saat ini. Dipejamkan kedua matanya, tangan kanannya memijat keningnya yang sejak tadi berdenyut. Kepalanya pening sejak tadi.   

“Mau sampe kapan lo begini beb? Pernikahan lo tinggal beberapa hari lagi gitu” Disya, sahabatnya yang sejak tadi memperhatikan Rani menjadi khawatir dengan kondisi sahabatnya itu mulai bicara.

“Nggak tau beb, gue juga bingung”

“Kalo emang lo nggak mau nikah sama Ferdi, mendingan lo bilang ke dia dari sekarang deh beb. Jangan lo diemin kyak gini. Pikirin juga keluarga besar lo dan keluarga besar Ferdi.” Disya menghampiri Rani dan kemudian duduk di sofa disamping sahabatnya itu.

“Tapi, dia selingkuh beb. Gue liat sendiri dia lagi ciuman sama temen kantornya itu” Rani membuka kedua matanya, kemudian memandang Disya dengan sedikit emosi.

“Lo yakin Ferdi selingkuh?” selidik Disya. Rani menggelengkan kepalanya.

“Jujur deh beb. Lo sebenernya nggak mau kehilangan Ferdi, karena lo udah terlalu sayang dan percaya sama dia kan beb?” Disya meletakkan kedua tangannya di bahu Rani.

“….”

“Lo juga berharap Ferdi dan keluarganya mau nerima keberadaan Nisrina kan, beb?” Kali ini Disya menatap kedua mata Rani, dalam. Ada kebimbangan disana. Yang di tatap kemudian menundukkan kepalanya, menatap lantai berkarpet tebal sebagai alasnya.

Please, jujur sama diri lo sendiri beb. Jangan bohongin hati lo lagi.” Disya memeluk sahabatnya dengan erat.
Dirasakannya kedua bahu Rani berguncang hebat, isak tangis pun mulai terdengar.

“Gue terlalu sayang dia beb. Gue nggak mau kehilangan dia. Tapi gue juga nggak mau kehilangan anak gue lagi beb.” Air mata Rani sudah tidak terbendung lagi.

Disya masih memeluk Rani dengan erat. Memberikan kekuatan pada sahabatnya yang saat ini sedang sangat rapuh.

“Gue takut beb. Gue takut mas Ferdi nggak mau terima keberadaan anak gue dan lebih memilih wanita itu dibanding gue. Gue takut beb.” Di ungkapkannya hal yang mengganjal hatinya beberapa waktu ini.

Disya masih berusaha menenangkan sahabatnya ketika pintu ruangan kerja Rani dibuka oleh lelaki bertubuh atletis yang sejak tadi mendengar percakapan mereka dari balik pintu tersebut. Rani menegakkan wajahnya, terkejut melihat sosok yang sekarang berdiri beberapa meter di depannya itu.

“Mas Ferdi!”  


Hari ke- 7 #13HariNgeblogFF

Cerita sebelumnya : Balas Kangenku, Dong!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar