Jumat, 16 Maret 2012

The Different Salsabeela

“Abeel.. bangun beel… shalat subuh dulu” suara Bunda teriak dari balik pintu kamarku.
“Whoa… masih ngantuk Bunda” balasku dari balik selimut.
“Habis shalat tidur lagi.. yang penting shalat dulu..” lanjut Bunda sambil menggedor-gedor pintu kamarku.
Dengan mata masih terpejam, akhirnya ku paksakan keluar dari hangatnya balutan selimut dan kemudian bangun dari tempat tidur menuju pintu kamarku yang masih di gedor-gedor oanri tempat tidur dan keluarleh Bunda. Ya, Bunda tidak akan berhenti menggedor-gedor pintu kamarku sampi aku benar-benar bangun dan membuka pintu kamar.
“Abeel masih ngantuk Bunda..” ujarku setelah membuka pintu kamar dan mendapati Bunda masih berdiri disana.
“Memangnya kamu tidur jam berapammendapati Bunda masih berdiri disana semalam?” tanya Bunda
“Heheh.. nggak inget Bund” jawabku sambil tersenyum
“Ya sudah, sana cepet cuci muka terus langsung ambil wudhu. Nanti Subuhnya habis lagi” ujar Bunda sambil mendorongku menuju ke kamar mandi.
Begitulah kegiatan setiap pagi hari di rumahku. Bunda dan Ayah selalu mengingatkan kami anak-anaknya untuk tetap menjalankan shalat 5 waktu. Tak hanya itu, sejak kecil Aku dan kedua adikku sudah dikenalkan dengan pendidikan Agama. Masuk Taman Kanak-kanak hingga Sekolah Dasar yang berbau Islami kemudian belajar mengaji di TPA (Taman Pendidikan Al – Quraniah) dekat rumah. Bahkan Bunda pernah berniat memasukkan kami ke Pondok Pesantren terkenal di Pulau Jawa, tapi kami menolaknya dengan alasan tidak mau jauh-jauh dari Bunda.
“Abeel….” Teriak Bunda menyadarkanku.
“Iya Bund, sebentar” ujarku dari dalam kamar mandi
“Kamu ini anak laki-laki atau perempuan sih?” Tanya Bunda ketika aku sudah berada dihadapannya. “Kamar kok kaya kapal pecah begini” lanjut Bunda lagi sambil geleng-geleng kepala melihat kondisi kamarku yang memang berantakan.
“Heheh..” aku hanya bisa tersenyum sambil menggaruk-garuk kepalaku yang sebenarnya tidak gatal ini.
“Ya sudah kamu shalat dulu, habis shalat beresin kamarnya yah, jangan langsung tidur” ujar Bunda yang kemudian meninggalkanku sendirian di kamarku.
***

“Nah gitu dong Beel. Kalau kamarnya rapih kan enak dilihatnya.” Ujar Bunda sambil melihat-lihat ke sekeliling kamarku. Sehabis shalat subuh tadi aku memang mengikuti saran Bunda untuk merapihkan kamarku.
“Kan tadi Bunda yang nyuruh Abeel ngerapihin kamar.” Ujarku sambil cemberut.
“Eh, anak gadis kok pagi-pagi cemberut gitu sih. Bunda kan nyuruh untuk kebaikan kamu juga Beel” Ujar Bunda kemudian duduk di sampingku.
“Lagian Bunda heran deh sama kamu Beel, kelakuan kamu tuh hampir mirip laki-laki. Sukanya pakai kaos dan celana pendek, Bunda nggak pernah lihat kamu pake rok selain seragam sekolah kamu dulu itu.”
“Pakai rok itu ribet Bund.. enakan pakai celana, apalagi celana pendek adem” ujarku santai
“Bunda sih lebih senang kalau kamu berpakaian yang menutupi aurat” ujar Bunda lirih
“Maksud Bunda seperti uni Kiki??” tanyaku sambil menyebutkan nama kakak sepupuku yang kini berhijab.
“Iya, seperti Uni kamu itu. Seperti Bunda juga”
“Aduh Bunda, melihatnya saja Abeel sudah gerah Bund.” Ujarku sambil menggerakkan tanganku seperti sedang mengipas wajahku.
“Itu karena kamu belum mencoba, awalnya mungkin memang gerah, panas. Tapi, lama-lama malah jadi adem loh Beel.” Ujar Bunda
“Dan lagi, wanita itu akan terlihat lebih cantik setelah menutup auratnya Beel.” Lanjut Bunda kemudian
Sebenarnya ini bukan pertama kalinya kami membahas mengenai “menutup Aurat”. Sudah sering Bunda memintaku untuk menutup auratku ini, tapi aku selalu mengelak dengan berbagai macam alasan. Namun, Bunda juga tak pernah lelah untuk mengingatkan ku akan hal ini.
***

Esoknya..
“Tuh kan anak Bunda Cantik kalau pake hijab” ujar Bunda tiba-tiba mengagetkanku yang sedang mematut diri di cermin.
“Bunda ngagetin saja nih” ujarku pura-pura cemberut.
“Pintu kamar kamu nggak di kunci, ya Bunda masuk saja” ujar Bunda sambil terus memperhatikanku dengan balutan Pashmina di kepalaku.
Sepulang kuliah tadi aku memang langsung masuk kamar, mengeluarkan koleksi pashmina ku dan menggunakannya sebagai hijab untuk menutup rambutku.
“Abeel pantas nggak Bund kalau seperti ini” tanya ku pada Bunda
“Pantas, dan cantik” Bunda tersenyum puas melihatku yang sedang mencoba untuk menutup auratku.
“Tapi kan Abeel nggak punya koleksi baju-baju muslim. Kebanyakan baju lengan pendek, celana juga kebanyakan yang ketat dan pendek” Ujarku kemudian lemas.
“Kamu serius mau berhijab?” tanya Bunda serius.
“Abeel mau belajar menutup aurat Bund” jawabku.
“Kalau kamu serius mau berhijab, sekarang Bunda mau antar kamu mencari baju-baju untuk Muslimah seusia kamu. Dan kamu bisa pilih mana saja yang kamu suka” ujar Bunda menatap serius padaku.
“Beneran Bunda??” tanyaku seakan tak percaya dengan pendengaranku.
“Kamu mau nggak?” Tanya Bunda lagi
“Ya mau lah Bund.” Ujarku sambil memeluk Bunda erat. “haa.. Bunda baik bangettt.. Makasi ya Bund” ujarku kemudian mencium kedua pipi Bunda dan memeluknya lagi.
“Anggap saja ini hadiah dari Bunda karena akhirnya kamu mau belajar menutup aurat kamu itu.”

**end**

  
Tulisan ini dibuat untuk “Salsabeela’s Writing Competition” yang bertemakan #SalsabeelaPrologue. Terinspirasi setelah melihat-lihat koleksi Prologue Salsabeela Shop terutama yang Fantasy Flare Skirt  dan juga Basic Draft In White .  Honestly, I'm not Hijabers but I am a Muslimah. Dan tidak menutup kemungkinan setelah ini pun saya mulai berhijab.  :D Insyaallah 

              
       Before                                     After

Seru kali yaa kalau di makeover sama Salsabeela Shop & Moz5 Salon.. Dari foto yang sebelah kiri (before) berubah jadi foto yang sebelah kanan (after). heheh *khayalan tingkat dewa* 

(^,^)v

@rulachubby

Tidak ada komentar:

Posting Komentar