Kamis, 20 Oktober 2011

Dia Atau Aku

“La, gue sayang sama lu. Gue boleh nggak jadi pacar lu?” ungkapku pada Lola saat pulang sekolah.
“Apa aku nggak salah denger Go?” jawab Lola yang sepertinya kaget dengan pertanyaanku yang tiba-tiba tadi.
“Nggak kok, gue serius La.” Ujarku sambil menatap matanya.
“Hmm.. tapi kan kita baru kenal Go?” jawabnya datar
“Terus?? Ada masalah gitu?” tanyaku lagi.
Dan Lola hanya terdiam agak lama yang membuatku bertanya-tanya.
“Gimana La?” Tanyaku lagi.
“Ya udah, kita jalanin aja dulu” jawabnya pelan hampir tak terdengar olehku.
“Apa La?” tanyaku meyakinkan pendengaranku tadi “Kamu mau jadi pacar aku?” Lanjutku lagi.
Dan Lola hanya mengangguk sambil tersenyum malu-malu.
 ***

Lola adalah murid baru kelas 3 di sekolahku, dia pindahan dari luar kota. Sedangkan aku Daigo hanya seorang anak kelas 2 yang terkenal bandel dan urakan. Namun semenjak pertama kali melihat Lola di kelas 3 IPA entah ada magnet apa yang menarikku untuk selalu melihat ke arahnya, bahkan aku sampai berani masuk ke kelasnya tersebut hanya untuk bisa melihat senyum manisnya. Untungnya aku kenal beberapa orang kakak kelas yang sekelas dengan Lola, sehingga aku bisa berkenalan dengannya dan menjadi semakin dekat hingga akhirnya aku memberanikan diri untuk menyatakan perasaanku padanya. Gayung bersambut, Lola ternyata menerimaku. Dan itu adalah hari terindah bagiku.
Setiap hari, setiap saat sebisa mungkin ku habiskan waktu ku bersama Lola. Di sekolah, saat jam istirahat, pulang sekolah. Bahkan ketika di rumahpun aku selalu terbayang akan Lola. Dan karena Lola pula hidupku berubah 180 derajat. Dari seorang Daigo yang urakan, yang bengal menjadi Daigo yang baik deh. Nggak pernah lagi nyentuh yang namanya rokok, narkoba bahkan ngebut-ngebutan di balapan liar pun sudah tak pernah lagi. Semua kulakukan demi Lola.
Waktu berlalu begitu cepat, hingga tiba waktunya kelulusan siswa kelas 3.
“Kamu nanti mau lanjut kuliah dimana Lola-chan?” tanyaku ketika bertemu dengannya setelah kelulusannya tersebut.
“Entah lah Go, aku belum tau.” Jawabnya ragu.
Dan ternyata, Lola melanjutkan kuliahnya di salah satu universitas swasta di daerah selatan. Semenjak kelulusan Lola, kami jadi semakin jarang bertemu karena Lola masih di sibukkan dengan kegiatan barunya di kampus. Bahkan SMS atau telepon pun sudah jarang, hingga suatu hari aku melihatnya bergandengan dengan seorang pria di salah satu mall. Tak percaya dengan penglihatanku, akhirnya ku ikuti terus kemana mereka pergi. Semakin lama, aku semakin yakin bahwa perempuan itu adalah Lola.
Aku tak tahu harus berbuat apa, tapi akhirnya kuputuskan untuk pulang saja,
“Nanti akan ku tanyakan pada Lola, siapa pria itu” ujarku dalam hati.
***
Esoknya di telepon…
“Hai Lola-chan… gimana kabarnya” sapaku di awal pembicaraan.
“Baik sayangku… kamu sendiri gimana?” ujarnya riang.
“Baik juga.. gimana kuliahnya?? Sibuk banget ya? Sampe-sampe aku di lupain gini” ujarku agak merajuk.
“Maaf ya yank, Ospeknya ribet soalnya.. “ jawabnya.
“Hoo gitu, gimana di sana ada cowok yang ganteng nggak?” Tanya ku dengan nada bercanda.
“huaa,, banyak tau yang ganteng.. hehe.. tapi tenang. Masih gantengan Daigoku kemana-mana kok.. hihih” ujarnya seraya merayuku lagi.
Selama di telepon, Lola bercerita saat ospek kampusnya dia di pilih jadi bu Lurah di fakultasnya untuk mengkoordinir teman-teman seangkatannya, dan dia di pasangkan dengan Bembi sebagai pak Lurahnya. Dan dari ceritanya, Lola dan Bembi memang sering pergi bersama-sama. Dan Lola sangat bersemangat saat bercerita tentang lelaki bernama Bembi itu. Pria yang aku lihat bergandengan dengan Lola di mall kemarin.
“Kamu suka sama Bembi ya yang?” tanyaku tiba-tiba.
“Ihh kamu tuhh ngomong apa sii??” tanyanya balik.
“Udah lah kamu jujur aja sama aku, aku nggak apa-apa kok” ujarku datar.
“Maksud kamu apa Go? Aku nggak ngerti” Tanya Lola bingung.
“Kamu sama Bembi.. ada hubungan apa?” aku balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Lola.
“Aku nggak ada hubungan apa-apa Go sama Bembi. Cuma sekedar temen kampus. Kamu kenapa sih?? Cemburu sama Bembi?” ujarnya lagi.
“Ya siapa sih yang nggak cemburu ngeliat pacarnya gandengan sama cowok lain?” tanyaku dengan nada menyindir.
“Terserah kamu lah Go. Mau percaya sama aku atau nggak. Aku capek, mau istirahat.” Ujarnya tiba-tiba.
“Bukannya aku nggak percaya sama kamu yank, tapi…” ujarku menggantung.
“Ya udah, besok lagi aja bahasnya, udah malem. Kamu istirahat ya.. aku sayang kamu Go” pamitnya di telepon.
“Aku juga sayang kamu Lola-chan” ujarku mengakhiri pembicaraan kami dan beranjak tidur.
Namun, otakku tak mau di ajak kompromi. Merasa ada yang aneh dengan sikap Lola di telepon tadi. Sepertinya ada yang di tutupi dari ku. Dan itu membuatku gelisah..
 ***
Seminggu kemudian..
Entah apa yang merasuki pikiranku, hingga aku berniat mengikuti kegiatan Lola seharian. Mulai dari kampus, hingga ke mall dan aku melihatnya selalu dengan pria itu. Begitu mesra, saling bergandengan tangan, hal yang membuat darahku mendidih karena cemburu. Terlebih lagi saat aku melihat mereka masuk ke dalam bioskop dan bermesraan di dalam bioskop yang sedang memutar film pembunuhan tersebut. Darahku semakin mendidih rasanya, pria tersebut telah merebut Lola-chan yang paling aku sayangi. Karena tak sanggup melihat kemesraan mereka, aku memutuskan untuk pergi, meninggalkan mall tersebut.
Dengan emosi yang masih membuncah di dada, kularikan motor balapku dengan kecepatan tinggi. Bayangan mereka yang sedang bermesraan masih terus terlintas di benakku, rasa cemburu membuatku hilang arah… Motor yang ku kendarai hilang keseimbangan dan… semuanya menjadi gelap…
                                                            ***
Kringg… kringg…
“Halo, bisa bicara dengan Daigo” ujar suara di seberang yang sudah sangat ku kenal.
“Yes, Lola-chan..” jawabku.
“Kamu kemana aja Go? Aku sms kok nggak di bales sih?” cecar Lola tiba-tiba.
“ohh, maaf. HPnya di bawa mamah, jadi aku nggak tahu kalau kamu sms” jawabku asal.
“ohh.. gitu..” ujarnya.
“Kamu baik-baik aja kan Go?” tanyanya “Kata temen-temen kamu, kamu udah seminggu nggak masuk sekolah” lanjutnya lagi.
“Memangnya kamu masih peduli sama aku?” tanyaku dengan nada menyindir.
“Maksud kamu apa sih Go?” Tanya Lola bingung.
“Kamu tahu nggak seminggu ini aku kenapa?” Tanyaku balik.
“Kamu kan belum cerita Go” jawabnya.
“Oke, aku akan cerita. Tapi aku mau kamu jujur sama aku..” ujarku menggantung.
“Jujur tentang apa?” Tanya Lola.
“Hubungan kamu dengan Bembi.” Ujarku.
Hanya helaan nafas panjang yang terdengar dari seberang.
“Maafin Aku Go, Aku.. Aku nggak bermaksud ngecewain kamu.” Ujarnya terbata.. “Aku memang dekat dengan Bembi, layaknya orang pacaran. Tapi, aku nggak pacaran sama Bembi. Karena aku masih sayang sama kamu Go”
“Sudah ku duga..” ujarku.
Kemudian aku cerita semua tentang kemesraan Lola dan Bembi yang pernah aku lihat. Juga kejadian setelahnya, yang membuatku harus di rawat karena tulang rusukku patah akibat kecelakaan tersebut.
Aku mendengar isak tangis di seberang, “Kamu nangis Lola-chan?” tanyaku.
“Maaf ya Go, aku udah jahat banget sama kamu.” Ujarnya di sela isak tangisnya.
“Kamu nggak salah sayang, aku aja yang nggak bisa mengontrol emosi aku. Udah dong jangan nangis, aku udah sehat sekarang” ujarku.
“Maafin aku..” ujar Lola masih tak henti menangis.
“Aku udah maafin kamu. Kita mulai dari awal lagi ya La” ujarku “Aku nggak mau kehilangan kamu Lola-chan..” ujarku lagi.
“Kamu serius Go?” tanyanya tak percaya.
“Iya, aku serius..” jawabku yakin.
“Makasih ya Go, aku sayang banget sama kamu” ujarnya.
Dan setelah telepon itu Lola memang lebih sering menghubungi aku. Tapi, itu ternyata hanya bertahan sebentar. Hingga suatu hari Lola menelponku dan...
“Go, maafin aku ya..” ujarnya tiba-tiba.
“Maaf kenapa Lola-chan” tanyaku heran.
“Maaf Go, kayaknya kita temenan aja deh” ujarnya agak terbata.
“Maksud kamu?” tanyaku semakin heran dengan maksud ucapannya.
“Ya, kita temenan aja.. Sepertinya kita lebih asik jadi temen. Kamu nggak keberatan kan?” ujarnya menjelaskan.
“hoo.. Kamu nggak mau jadi pacar aku lagi?” tanyaku meyakinkan maksud ucapan Lola.
“eeh.. Kita jadi temen aja. Nggak apa-apa kan Go?” jelasnya lagi.
“Kalau itu mau kamu, ya sudahlah. Aku nggak apa-apa kok” ujarku pasrah.
“Makasi ya Go, Maaf mungkin aku bukan yang terbaik untuk kamu. Tapi aku yakin, suatu saat kamu akan menemukan yang lebih baik dari aku.” Ujarnya panjang.
“hmm.. apa ini ada hubungannya dengan Cowok itu?” tanyaku mencari tahu “jujur aja La” lanjutku.
“Maaf Go, Bembi nggak mau lepasin aku dan aku di suruh milih antara dia atau kamu” ujarnya di ikuti helaan nafas berat.
“Aku masih sayang sama kamu, tapi aku juga sayang sama Bembi. Dan aku nggak mau nyakitin kamu lagi Go, aku terlalu lemah dalam hal ini. Aku harap kamu ngerti Go” ujar Lola menjelaskan.
“Jadi, kamu lebih memilih dia” ujarku lirih.
“Sekali lagi, maafin aku Go. Maaf” ujarnya kemudian menutup telepon.
Kubanting telepon yang ada di tanganku. Dan emosiku kembali meledak.
“Aaarrrrrggggggggggghhhhhhhhhh” teriakku
Dan kuhempaskan tubuhku di kasur. Dengan penuh rasa cemburu…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar