Senin, 26 Mei 2014

Dear, Lelaki Misterius (Last Part)

Dear, Lelaki Misterius.

Hai, Kamu… How are you?

Hmm.. I just wanna say, I think it will be my last posting about you, Lelaki Misteriusku.
I don’t know why, but I think, aku mau give up aja.
Yes, sampai saat ini aku memang masih belum bisa memecahkan misteri tentang kamu, Lelaki Misterius.
Dan aku menyerah. Aku lambaikan bendera putih setinggi-tingginya. Agar kamu bisa melihat bendera putih itu berkibar dihembus sang Angin.

Kurang lebih sudah satu bulan ini kamu menyabotase dunia khayalku. Membajak pikiranku. Dan hampir merusak emosi labilku.

Ah, bukan sepenuhnya salah kamu, Lelaki Misterius. It’s my fault.

Mungkin karena aku terlalu bodoh, hingga  tak bisa memecahkan misteri yang kau berikan padaku itu.
Mungkin aku terlalu lemah, sehingga dengan mudahnya menyerah, mundur, sebelum dinding es itu mencair.
Mungkin juga karena aku terlalu rapuh.

Aku takut. 
Aku takut untuk keluar dari dunia khayalku dan tidak menemukanmu dalam kehidupan nyataku.
Iya, aku terlalu takut terbangun dari mimpi-mimpi indah yang kau ciptakan, ah tidak, mimpi indah yang aku ciptakan bersamamu di dalam dunia yang hanya ada Kamu dan Aku. Kita.
Dunia yang tidak akan pernah berubah jadi kongkrit.

Dan aku menyerah saat ini.
Sebelum semuanya terlalu jauh.
Sebelum semuanya menjadi begitu dalam.
Sebelum bahagia semu itu berubah menjadi sakit macam ditusuk sembilu.
Sebelum aku menjadi gila.
Hhhh….

Dear Lelaki Misterius,

Maaf untuk sikapku yang lancang.
Maaf karena aku yang tanpa izin membawamu masuk dalam dunia khayalku. Dan sepertinya aku malah menyalahkanmu selama ini.
Maafkan aku yang pernah mengganggu hari-harimu dengan ceracauku.
Maaf.

Aku janji. Setelah ini, aku tidak akan mengganggumu lagi.
Aku janji. Setelah ini, aku tidak akan menyeretmu masuk ke dunia khayalku lagi.
Dan Aku berjanji. Aku akan melupakan kamu untuk seterusnya.
Meskipun aku tahu, agak susah melepasmu dari duniaku. Tapi aku harus.
Iya, aku harus membiarkan mu pergi dari dunia khayalku. Jika tidak, aku akan semakin gila.

Terima kasih sudah pernah mewarnai duniaku, meski hanya dunia khayalku, bukan dunia nyataku.
Terima kasih sudah membiarkan aku membawamu masuk ke dalam dunia khayalku.
Terima kasih.

Tertanda, Aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar