28 September 2012
Selamat pagi dunia.. Jam di
ruangan gue menunjukkan pukul 8:46 WIB, belum ada pasien, jadi gue
sempet-sempetin nulis blog deh ya.. Secara
sudah ada beberapa manusia yang menagih cerita gue selama di Bali. *terutama yg
menyebabkan bebe gue matik*
Here we go!
Semua bermula dari telepon satu minggu sebelum keberangkatan rombongan karyawan RSIA YPK Mandiri kloter 2 yang
memberitahukan kalau ternyata gue di ikutsertakan dalam rombongan kloter 2
ini. Mendadak memang, tapi nggak mau nolak rezeki lah ya.
Bali, I’m Coming!
Ini kedua kalinya gue ke Bali. Sekitar 10 tahun yang lalu, tepatnya saat
gue kelas 2 SMA. Gue ke Bali dalam
rangka Study Tour. Yang gue inget
sih, begitu gue sampai di Jakarta (dalam perjalanan pulang mampir ke
Malioboro), ada tragedi Bom Bali 1. Waktu itu, gue dan rombongan naek Bus
Travel gitu deh ya. Perjalanan 2 minggu (pergi-pulang).
And the stories begin….
23 September 2012
Part 1 : Menteng - Bandara SoeTTa - Uluwatu - Dream Land
Rombongan Kloter 2 berangkat dari
YPK jam 3.50 WIB menggunakan bus menuju Bandara Soekarno-Hatta terminal 3
domestik. Pagi bener jalannya yah? Ya
iyalah, soalnya flightnya aja jam 6.20 WIB. Dan sebagian besar peserta kloter 2
ini sudah menginap di RS sejak sabtu malam, (including me yang juga menginap di
RS sehabis shift sore di hari Sabtunya).
berfoto di lobby depan sebelum berangkat ke bandara
Sedikit cerita, gue dan beberapa
peserta lainnya yang menginap di RS, tepatnya di ruangan gue, mulai kebangun
dari tidur (yang nggak bisa dibilang nyenyak) pukul 03.00 WIB. Kesiangan? Iya lah.. Karena jam 3.30 WIB
itu sudah harus berkumpul di Lobby depan. I called it “kehebohan di dini hari”.
Pada heboh nyari kamar mandi yang kosong, mandi kilat. Honestly, gue nggak
mandi loh, cuma sikat gigi dan cuci muka saja. Heheheh.
Lanjut yah,
04.29 WIB, tiba di Bandara
SoeTTa, terminal 3 Keberangkatan Domestik. Tiket dan lain-lain sudah diurus oleh ketua rombongan yang kemudian dibagikan ke peserta oleh koordinator kelompok. Peserta yang lainnya mah sibuk
foto-foto. Hihi..
05.25 WIB, sehabis chek-in, gue
dan rombongan menunggu waktu keberangkatan di Lounge Zona 1, terminal
keberangkatan domestik
Bandara SoeTTa.
05.44 WIB, panggilan untuk penumpang Lion Air dengan nomor
penerbangan JT 0030 dengan tujuan
Denpasar untuk memasuki pesawat.
Honestly, ini pertama kalinya gue
naik pesawat terbang. Rada nervous, iya. Excited, iya banget. Ya, segala macam perasaan campur aduk deh
ya.
6.20 WIB pesawat lepas landas.
Saat pesawat naik, itu rasanya seperti naik wahana Halilintar di Dufan dengan posisi yang sama, saat halilintarnya menanjak naik. Cuma bedanya, kalo Halilintar itu kan langsung menukik turun, kalo pesawat kan naik ke atas awan dengan ketinggian 35.000 kaki (kalo gue nggak salah denger ya).
Gue duduk di bagian tengah, dekat sayap pesawat (apalah itu namanya), dekat jendela. Yeayyy.. Soalnya gue bisa melihat-lihat pemandangan dari atas pesawat. Awalnya, gue masih bisa lihat-lihat pemandangan di bawah, jalanan, rumah-rumah yang semakin lama semakin kecil. Seperti melihat google map yang versi Satelite deh ya. Hehhe, norak. Iya lah, my First Flight, and I loved it! Apalagi setelah pesawat berada di atas awan. Pemandangan yang gue lihat itu putih semua. Seperti berada di lautan kapas, atau lautan salju beku layaknya di Alaska atau Kutub Utara sana deh. Sebenarnya gue sempet foto-foto pemandangan di atas awan itu, tapi…. *langsung lemes*. Sudah lah jangan bahas ini dulu.
(pinjem fotonya mbak ami :))
Setelah 1 jam 30 menit di atas awan (informasi di awal penerbangan dari Pramugarinya, penerbangan menempuh waktu 1 jam 30 menit) akhirnya sampai juga di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. 8.41 WITA. (Ingat, ada perbedaan waktu 1 jam lebih cepat di Bali).
di Bandara Ngurah Rai, Denpasar
10.00 WITA. Perjalanan ke Uluwatu.
Mendaki gunung lewati lembah.
Naik-naik ke puncak gunung.
Sepertinya itu lagu yang cocok di nyanyikan saat perjalanan ke Uluwatu. Yes, jalur menuju Uluwatu memang mendaki dan berkelok-kelok seperti jalur ke Puncak, tapi lebih mirip dengan jalur di Kelok 44, Padang, SumBar. Mendaki, tikungan tajam dan bisa di bilang terjal. Mirip deh pokoknya.
Di Uluwatu ini terdapat beberapa monyet-monyet yang berkeliaran bebas. Guide di rombongan ini, Bli Kresna, sudah memperingatkan kami untuk tidak mengenakan segala macam asesoris, termasuk kacamata, topi atau apapun yang bisa dirampas oleh si Monyet. Oh iya, sebelum memasuki gerbang utama, para pengunjung diberikan kain yang bisa di gunakan sebagai sarung dan juga yang bisa diikatkan di pinggang. umm, sayangnya gue lupa ini pertanda apa :)
foto-foto di Uluwatu
foto-foto di Uluwatu
Yang dilihat di Uluwatu? Banyak pemandangan indah, terutama laut,
pantai, ombak dan bebatuan. Pohon-pohon
meranggas, dan juga si Monyet itu sendiri. Monyetnya
jinak-jinak kok. Tapi memang, suka
mengambil asesoris yang digunakan turis. Contohnya
saja, topi salah satu karyawan YPK diambil begitu saja oleh si Monyet. Padahal
beliau sedang duduk manis. Untungnya topi yang dirampas si Monyet bisa kembali
dengan cara menukarnya dengan makanan kecil untuk si Monyet (dengan bantuan pawangnya tentu saja).
pemandangan dari Uluwatu
pemandangan dari Uluwatu
Ada 1 monyet yang Gendut, hobinya hanya duduk diam dan sepertinya malas bergerak (mungkin karena badannya yang gendut itu yah). Kalau nggak salah namanya si Bencong (ini gue tahu setelah bertanya pada pawang Monyet disitu). Kenapa dinamakan si Bencong? Katanya sih karena dia tidak suka bergaul dengan monyet jantan lainnya. Heheh. Aneh-aneh aja yah..
Si Bencong (Monyet yang pas banget di depan gue, yang paling gendut)
Dream Beach, Dream Land
Oh iya, di Dream Beach ini gue sempet foto bareng bule dari Senegal (atau mana lah itu gue lupa) namanya Victor. Baik banget dan ramah pula orangnya. Gue dan beberapa orang temen gue ganti-gantian foto bareng si Bule ganteng ini. (iss noraknya saya).
Foto bareng ibu-ibu YPK
Dan…..
Saat turun mau melewati bagian depan batu karang itu, ada ombak kecil baru datang yang mengalir kembali ke tengah laut. Menunggu airnya surut dan siap-siap menyebrang, gue melihat ke tengah laut, memperhatikan ombak yang akan datang dan siap-siap menyebrang. Sepenglihatan gue, ombaknya itu kecil. So, gue memberanikan diri melangkah untuk menyebrang.
Masih menatap keindahan ombak tersebut, entah apa yang membuat gue tetap melangkahkan kaki melewati batu karang itu dan whussssss…. Dengan segera ombak menerjang gue, membuat gue jatuh dan tertarik ke tengah laut. Saat itu, gue merasa seperti di peluk sama ombak, di ajak ke tengah laut sama ombak. Perasaan sesaat, karena setelah itu gue dihempaskan lagi ke arah karang. Tangan gue masih berusaha memegang tas, topi dan sepatu yang memang sejak awal gue pegang itu. Diseret ketengah laut, dihempas ke karang lagi. Saat itu gue beneran pasrah dibawa sang ombak. Karena sejago apapun kita berenang, kalau tiba-tiba dihempas ombak dan kita panik, kebawa arus juga lah kita.
Tapi untungnya, ada seseorang yang berusaha menyelamatkan gue. Entah siapa orang itu, sepertinya turis domestik. Lelaki itu menarik tangan gue, dan melepaskan barang-barang yang sejak tadi masih gue genggam. Dia, dan satu orang lagi (yang sekilas gue lihat adalah salah satu karyawan YPK) berusaha menarik gue ke tepi pantai yang nggak kena ombak. Sempet gue berusaha berdiri, dibantu kedua lelaki itu. Tapi, baru posisi satu kaki berlutut, hendak berdiri, gue terjatuh lagi. Lemes pisan badan gue. Mungkin bagi orang yang melihat gue saat itu, gue dibilang pingsan. Karena akhirnya gue diseret sama dua lelaki tadi ke pinggir yang lebih tinggi. Honestly, gue nggak pingsan. Tapi sangking lemesnya, sampai nggak bisa bergerak gue.
SHOCK. Mungkin itu kata yang tepat.
Sudah mulai bisa berdiri, dan akhirnya sadar kalau tas, sepatu dan topi gue nggak ada, akhirnya gue teriak minta tolong ambilin tas gue yang udah keseret ombak. Untungnya belum terlalu jauh, jadi tas gue masih bisa di selamatkan. Pun dengan topi yang baru gue beli dan sepatu gue. Hanya kacamata hitam gue yang nggak selamat. Tapi, barang-barang yang ada di dalam tas itu yang nggak selamat. Kamera (yang gue pinjem sama teman gue), bedak tabur gue (yang jadi menggumpal karena basah), dompet gue yang jadi rusak, Novelnya Pramoedya Ananta Toer yang berjudul “Calon Arang” yang baru gue baca sebagian basah dan rusak, notes gue, catatan perjalanan gue senasib sama novel gue itu. Yang lebih parah sih ya bebe gue, yang saat itu gue taruh di saku celana, basah dan nggak bisa hidup.
Worst day? Not really, I think.
Karena gue masih
HIDUP, gue selamat dari kecelakaan itu. Bisa saja dengan mudahnya gue terbawa
arus ke tengah laut. Yes, karena gue merasa ada yang meluk gue, ombak itu meluk
gue dan membawa gue ke tengah laut. Itu yang gue rasain.
I know it’s my fault. Salah gue juga yang nekat lewat bawah karang. Teguran untuk gue. Pelajaran berharga buat gue. And you know? Sepanjang perjalanan dari Dream Land ke GWK (next destination), di dalam bus, gue nggak berhenti mengucap syukur dan memohon ampun. Gue bersyukur karena gue masih dikasih kesempatan untuk selamat dari ombak yang ingin membawa gue ke tengah laut. Gue bersyukur karena hanya gadget dan beberapa benda yang hancur (dan itu semua masih bisa di perbaiki). Gue bersyukur karena tubuh gue masih utuh, walaupun ada beberapa baret luka dan lebam di tubuh gue. Gue masih bersyukur, karena gue masih bisa tertawa dan berfoto setelah kejadian itu. Dan masih banyak hal yang patut gue syukuri dari kejadian itu.
Memohon ampun. Karena (dan memang) pasti ada hal (kesalahan) yang gue perbuat sebelum gue berangkat ke Bali. Mungkin ada keluarga atau beberapa orang yang kurang suka dengan sikap gue saat itu. Mungkin juga Ibu yang nggak merestui keberangkatan gue ke Bali. Dan banyak hal (kesalahan) yang gue perbuat, sehingga Allah negur gue dengan cara “di peluk Ombak” itu. We’ll never know.
But, I always trying to smile. Smiling. Happy, I’m still alive.. yeayyy..
Oh iya, BIGGEST THANKS for lelaki yang sudah menyelamatkan gue, sudah menarik gue dari "pelukan Ombak" TERIMA KASIH.. God Bless you always pak!
Yap, sekian cerita #BaliTrip Day 1, Part 1. Insyaallah, Secepatnya akan di posting part 2 dan hari-hari berikutnya..
nb: untuk foto-fotonya, yang di posting berarti yang selamat. Yang ada di memory digicam nggak ada yang kebaca soalnya. Nanti gue usahakan dulu, siapa tahu ada yang punya foto gue di kameranya.. hihih..
*makasihh yg udah nyumbang foto :))
finishing, 12.18 WIB, 29 September 2012
Rula, Pamit!