Minggu, 03 Juli 2016

Movie Review : Perhentian Terakhir Sang Jilbab Traveler

Berhijab merupakan suatu kewajiban bagi setiap wanita muslim. Tidak hanya sekedar menutup auratnya, namun juga melindungi dirinya dari hal hal yang tidak baik. Hijab pun tidak menghalangi seorang wanita muslim dalam mengejar mimpi juga cintanya.

(pic from here)

Seperti yang diceritakan dalam sebuah film berjudul Jilbab Traveler : Love Sparks in Korea, tentang seorang penulis yang gemar bepergian, Rania Samudra (Bunga Citra Lestari), yang juga dijuluki Jilbab Traveler oleh para pembacanya. Suatu ketika Rania bertemu dengan Hyun Gen (Morgan Oey), fotografer asal Korea yang membawa Rania menghadapi penyesalan. Rania akhirnya dijodohkan dengan Ilhan (Giring Ganesha), hingga sebuah undangan menjadi peserta Writers in Residence di Gangwon, Korea Selatan, memunculkan kembali ingatan Rania akan Hyun Gen.

(pic from here)

Film yang diadaptasi dari novel semi biografi karya Asma Nadia dengan judul yang sama ini mampu mengaduk aduk perasaan para penontonnya. Dan memang ada beberapa scene yang mampu membuat mata ini berkaca-kaca. Sedikit emosional memang. Karena Guntur Soeharjanto selaku sutradara berhasil mengangkat sisi romantis dalam film ini, namun tetap sesuai kaidah Islam. 

Dimulai dengan kegalauan Rania yang harus memilih antara tetap tinggal untuk menemani sang Ayah yang sedang sakit atau memilih mengikuti saran sang Ayah untuk melanjutkan perjalanannya, menjadi mata dan kaki kedua orang tuanya menjelajah dunia seperti Ibnu Bathuthah, penjelajah muslim yang menjadi rujukan dunia. Diselingi oleh tingkah laku Alvin (Ringgo Agus Rahman) yang mampu mengurangi ketegangan penonton dengan gaya humornya. Ringgo memang selalu berhasil membuat penonton tertawa, even hanya diam tanpa dialog. Diakhiri kembali dengan kegalauan Rania yang kali ini harus memilih antara Hyun Gen atau Ilhan.


Ilhan atau Hyun Gen, Rania?
(pic from here)

Pada siapakah hati Rania berlabuh? Jawabannya akan hadir pada 5 Juli 2016 di jaringan bioskop seluruh Indonesia.

Jadi, kalau kalian penasaran dengan kisah cinta Rania, juga penasaran seromantis apa chemistry antara BCL, Morgan Oey, dan Giring Ganesha, kalian wajib nonton film ini di bioskop, ya. Dijamin baper, deh, setelah nonton film ini. Karena banyak pesan moral yang terselip dalam film berdurasi 112 menit ini.

Ohiya, tambahan sedikit. Dalam film yang banyak mengambil syuting di Korea ini memang tidak disebutkan berlatar pada tahun berapa. Namun, penempatan beberapa produk sponsor dalam film ini dirasa kurang pas. Meskipun tidak mengurangi esensi dalam film ini.

Sebelum menonton filmnya di bioskop, jangan lupa tonton trailernya dulu, ya.  Official Trailer Jilbab Traveler : Love Sparks in Korea


“Kamu yang mencuri mimpiku. Tapi aku suka kamu yang mencuri mimpi aku”


Thanks to : Uni Dzalika, MuterFilmID, MPProMedia atas undangan Nobarnya. 


Selasa, 07 Juni 2016

Belajar Mandiri


Beberapa hari lalu gue posting #RandomThought2016 gue di path (yang gue linked ke FB) dan sepertinya menyinggung beberapa pihak.

“Belajar untuk hidup tanpa bergantung pada orang lain bukanlah perkara yang mudah. Terutama bagi mereka yang sejak awal terbiasa dimanja, terbiasa disokong, terbiasa “ada”.
Beda perkara jika ia terbiasa mandiri, terbiasa melakukan semuanya sendiri, dengan hasil keringatnya sendiri. Beda perkara. Dan gue ga akan bahas itu.
Anggaplah, seorang anak terbiasa mendapat sokongan dari orang tuanya. Sebut saja dana dan bantuan lain yang membuat anak terbiasa merasakan kemudahan tanpa harus bersusah dahulu. Ya, memang sih, orang tua mana yang ingin melihat anaknya kesusahan? Jawaban mayoritasnya pasti, tidak ada.
Tapi apa yang salah dengan sokongan (terutama dana) dari orang tua tersebut bagi sang anak? Yang salah adalah “terbiasa”. Sang anak terbiasa hidup mudah tanpa bersusah dahulu. Sang anak terbiasa “diberi” tanpa berusaha. Sang anak tidak terbiasa tanpa sokongan.
Dan bagaimana jika someday, sang pemberi sokongan sudah tidak mampu lagi memberi? Atau yang terburuknya, yang memberi sokongan sudah tiada?
Mungkin sebagian besar akan shock,  kaget, dan seakan kehilangan arah. Apa yang harus dilakukan? Bagaimana kelak hidup ini?
Bersyukurlah bagi kalian yang sudah terbiasa berusaha. Bersusah dalam kemandirian. Terbiasa tanpa sokongan.
Karena roda kehidupan terus berputar. Kadang berada di atas, kadang di bawah.
Karena setiap yang benyawa pasti mati, meninggalkan dunia yang fana ini. Meninggalkan keluarga yang dicintai. Meninggalkan harta yang dimiliki.
Dan, karena hanya kehendak Sang Pencipta jualah, segala yang kita miliki saat ini masih bisa kita nikmati. Tapi tak tahu esok, lusa, dan masa depan...
#RandomThought2016”
 

Rangkaian kata di atas seketika muncul dan menyentil gue bertubi tubi. Mengingatkan gue akan beberapa tahun silam. Saat gue masih “hobi” menadahkan tangan pada orang tua, dan tante gue yang saat itu “ada” dan berkecukupan.

Iya, sejak kecil gue memang terbiasa dimanja. Apa yang gue mau pasti diberi. Segala hal terasa mudah bagi gue. Hidup dengan bergantung pada orang lain, pernah gue alami. Bahkan, mungkin, sampai sekarang.

Tamparan keras buat gue saat kalimat “Dan bagaimana jika someday, sang pemberi sokongan sudah tidak mampu lagi memberi? Atau yang terburuknya, yang memberi sokongan sudah tiada?” 

Been there. Dan gue beneran kehilangan arah. Bingung mau ngapain. Kalang kabut. Dan akhirnya pasrah jalanin hidup seadanya. Mulai belajar dari nol lagi. Belajar tanpa sokongan. Belajar tanpa kemudahan. Dan memang tidak mudah. Sampai saat ini pun gue belum bisa dibilang mandiri. Dan ketika gue sudah mulai memasuki dunia kerja, gue mulai merasakan yang namanya “nyari duit itu gak mudah”. Dari situ gue mulai belajar bersyukur untuk nikmat yang pernah gue punya.

Awal masuk dunia kerja, udah punya penghasilan sendiri, bukannya memberi ke ortu sebagian dari penghasilan kita, gue malah masih ganggu kenyamanan ortu gue di hari tuanya. Karena beberapa kali memang besak pasak dari pada tiang. Sampai akhirnya mulai mendapatkan pekerjaan yang lebih mapan. Sehingga mampu memberi sebagian hasil keringat gue ke ortu. Meskipun ortu gak minta, tapi ada kesenangan sendiri saat gue bisa lihat senyum ortu saat menerimanya. Miss that moment.

Now, semenjak menikah dan gue memutuskan resign dari kerjaan, dan membuat gue bergantung pada suami gue, membuat gue kembali berpikir.  Gue harus cari uang tambahan lagi. Setidaknya agar gue bisa berbagi ke ortu gue kayak dulu lagi. Roda berputar, Rul!


Random thought gue kali ini bener bener nampar gue bolak balik. Sekian. Dan selamat belajar mandiri!

Minggu, 05 Juni 2016

Belajar Membuat Tote Bag Sendiri itu Seru!


Sabtu, 4 Juni lalu gue dapet kesempatan untuk ikutan Workshop Textile&Leather 101 yang diadakan oleh @Indoestri dan @Sjoraindonesia. Workshop yang diadakan di Indoestri Makerspace, di bilangan Jakarta Barat ini diikuti oleh 17 peserta dengan 3 pengajar.

Dalam Workshop pembuatan Tote Bag Self Made ini para peserta dikenalkan dengan jenis bahan yang akan digunakan. Untuk badan tasnya menggunakan bahan kanvas, dan untuk talinya menggunakan kulit asli. Masing masing peserta diberikan bahan kanvas dan leather strapnya, hardcopy tutorialnya.

bahan kanvas serta leather strap

Setelah mengenal bahan yang digunakan, para peserta juga diperkenalkan dengan mesin jahit portable dan konveksi serta mesin obras dan cara penggunaannya.

Nah, setelah tahu alat dan bahannya, masing masing peserta diminta untuk membuat pola tas seperti yang ada dalam tutorialnya. Tapi bisa juga custom, alias ukurannya suka suka si pesertanya. Dan gue memilih bikin totebagnya yg kecil dan imut. Hehe.

mini totebag

Membuat pola sudah, waktunya menjahit dan mengobras. Gue memilih menggunakan mesin jahit yang portable dibanding yang konveksi. So far lebih mudah dalam penggunaannya. Sebenernya dalam penggunaan mesin jahit ini bukan hal yang asing buat gue. Sejak kecil gue terbiasa melihat tante gue yang penjahit saat menggunakan mesin jahit ini. Tapi gue selalu takut untuk mencobanya. Takut tangannya kejahit, lah, takut kena jarum jahit di mesinnya, lah, takut miring, lah, dan banyak alasan lainnya. Tapi di workshop ini, hampir gada rasa takut itu. Yang ada gue malah penasaran tingkat tinggi. Alhamdulillah lancar lancar aja selama menjahit. Ya, paling benangnya lepas aja sih, jadi harus jahit ulang. Karena memang belum kejahit.

mesin jahit portable
Nah, mesin jahit portable ini bisa digunakan secara manual ataupun matic. Iya, macam kendaraan bermotor aja. Matic, jika kita menginjak pedal yang tersedia di bawah meja. Ini pun harus pelan pelan, seperti saat kita menginjak pedal gas saat mengendarai mobil. Kalau terlalu dalam menekan pedal gasnya, ya kencang juga laju jahitnya. 

Manual, dengan cara memutar lingkaran yang terdapat di bagian kiri atas mesin. Lingkaran ini fungsinya semacam katrol untuk menaik turunkan jarum dan benang. Dan mitosnya, memutar lingkaran tersebut harus ke arah kita, atau ke arah dalam. Karena jika kita memutarnya ke arah luar, atau menjauhi kita, niscaya mesin jahitnya akan cepat rusak. Tapi itu katanya loh, ya.

Selesai menjahit bagian samping kanan kiri tas, waktunya mengobras pinggiran kainnya. Karena di bagian pinggir kain ada benang yang lepas dan menjuntai, itu yang harus kita obras. Sebenarnya tanpa obras juga bisa, dengan tehnik kelim atau dilipat. Tapi gak belajar menggunakan mesin obras dong kalo gitu? Mengobras ini harus lebih hati hati dibanding menjahit dengan mesin jahit potable. Baik saat memegang kain, pun menginjak pedal. Di bawah meja mesin obras ini tersedia dua pedal yang cukup lebar. Pedal yang kanan fungsinya untuk mengangkat sepatu jahit yang ada di mesin, pedal yang kiri untuk ngegas, untuk menjalankan mesin obrasnya. Di mesin obras ini ada pisau tajam yang memang untuk memotong pinggir kain yang tidak rapi.

salah seorang peserta sedang diajarkan mengobras

Selanjutnya menjahit bagian atas tas. Sebelum dijahit, dilipat terlebih dahulu. Lipatan sekitar 3-5cm. Kemudian dijahit sisi atas dan bawahnya. Untuk menjahit bagian atas totebag ini hanya bisa menggunakan mesin jahit portable, karena bagian bawah mesin bisa dilepas dan memudahkan peserta dalam menjahit bagian atas totebag agar tidak terjahit kedua sisinya. Bisa juga menggunakan mesin jahit konveksi, cuma agak ribet memang.
   
salah seroang peserta sedang menajhit bagian atas totebag

Setelah selesai menjahit bagian atas, dilanjutkan menyablon. Menyablonnya menggunakan silk printing (kalo ga salah ya) dengan tulisan Self Made dan menggunakan tinta rubber + super white + pewarna hitam. Terlihat mudah saat menyablon ke atas tas. Tapi gak bisa gegabah juga kalau ingin hasil sablonnya bagus.   
silk printing / alat menyablon
tehnik menyablon

Nah, sambil menunggu tinta sablonnya kering, para peserta break lunch dan shalat dzuhur. Dan enaknya, setiap peserta mendapatkan voucher 50k untuk lunch di kantin  di bagian belakang gedung.
Sesi berikutnya tinggal, membuat volume tas dan pemasangan leather strapnya. Untuk membuat totebag bervolume ini sebenernya agak tricky. Dengan menjahit bagian bawah kanan kiri tas, yang sebelumnya kita ukur mau se-bantet apa totebag kita nantinya. Kemudian dibentuk segitiga dan dijahit. Karena totebag gue ukuran kecil, volumenya juga gak banyak. Gue ambil sekitar 4-5cm.

menunggu sablon kering
Last but not least, menjahit leather strapnya. Bisa dengan mesin jahit konveksi, yang memang sudah disetting untuk menjahit leather, jadi secara speednya pun lambat. Bisa juga dengan mesin jahit portable secara manual. Pegel memang, tapi saat menjahit leather strap ini memang areanya kecil dan butuh ketelitian agar hasil jahitannya tidak keluar pola yang sudah dibuat.
mesin jahit konveksi

Dan, voila! Totebag Self Made by Me sudah jadi.



Terima kasih Indoestri dan Sjora atas giveaway #EscapeTheBoredinary nya. Ilmu yang berharga. Pengalaman yang seru. Dan teman teman baru juga. Love this!

Jumat, 01 Januari 2016

Detik Detik Tahun Berganti

2015 tinggal beberapa jam lagi. Dan gue (seperti biasa) mendekap dalam kamar, sambil berusaha nutup kuping, menghindar dari bunyi bunyian yang memekakkan telinga dan memompa jantung. Petasan. Hal yang selalu gue hindari disetiap ada perayaan.

Ritual gue setiap pergantian tahun Masehi memang lebih sering terdiam di dalam kamar, dan bersiap tidur sambil nutupin kuping pake bantal. Hampir gak pernah merayakan dengan bakar-bakaran atau pesta. Bukan makhluk nocturnal juga, jadi jam sepuluh malam juga sudah dipanggil-panggil sama kasur beserta teman-temannya.Ditambah lagi, kali ini udah ada teman tidurnya. Hihihiy. Salah satu pencapaian terbesar gue di 2015.

Oke, satu persatu akan gue bahas sesuai daya ingat gue. *trying to remember*

Januari 2015 seperti biasa diawali dengan #TahunBaruBagiBagi bareng kak Yeyen dan teman teman. Dilanjutkan dengan jadi volunteer di acaranya YSI Bintaro, sampai taping siaran untuk Program #PlaylistGue #WednesdaySlowMachine bareng Koh Vinz dan diselingi oleh drama CLBK. Hihih. Sang mantan pacar ngajak balikan. Tapi sayangnya gue udah capek balikan sama mantan. Capek pacaran terus. Mendingan nikah. Eh, si mantan mengiyakan. DHUAR!
Februari 2015, masa-masa pendekatan dengan keluarga sang mantan-yang-mau-diajak-nikah, dan keluarga gue. Sekaligus persiapan keberangkatan umroh sang mantan dan keluarganya.



Maret 2015, masih dengan ajang PDKT kedua belah pihak. Dan persiapan LDR dua minggu. Ditinggal sama yang mau ibadah ke tanah suci.
April 2015, setelah sang mantan pulang umroh, baru deh mulai pembahasan yang lebih serius.
Mei 2015, penentuan tanggal lamaran.
Juni 2015, tanggal 2, pas hari raya Waisak, rumah ibu ramai dengan beberapa saudara dan tetangga dekat. Tenda biru sudah dipasang. Kursi-kursi berbaris rapi di halaman depan dan jalanan depan rumah. Gue pun dag-dig-dug menanti sang mantan dan keluarganya yang akan datang ke rumah dalam rangka LAMARAN.


Juli 2015, preparing the wedding. Mulai dari fitting baju, fixing gedung, food test, dan sebagainya. Oh, iya, tak lupa juga spa treatment buat gue. Keluar masuk salon. Dipijet biar gak tambah stres. Stres karena harus merelakan tiket perjalan ke Phuket hangus begitu saja. Huhu. 
Agustus 2015. Tanggal 2, hari yang dinanti tiba. Akad nikah. Ijab kabul. Sah. Sudah jadi istri dari lelaki bernama Muhammad Reza Pahlevi. Ngabur ke Bandung sesaat setelah acara selesai. Dengan alasan honeymoon. Hihi. One step a head. Tapi belom selesai di situ aja. Tanggal 30 nya ada resepsi lagi di gedung, ngunduh mantu, ceunah. Dan gue sekaligus perpisahan dengan rumah sakit yang udah mau nampung gue sejak 2012 lalu. Jujur emang berat rasanya ninggalin habit-berangkat-pagi-pulang-malem karena sistem kerja shifting. Tapi gak sehat buat gue sejak ikut pindah ke Depok. Huhuh.



September 2015. Full time house wife. Meskipun gak melulu di rumah, karena masih ada beberapa undangan premiere. Justru setelah resign, malah makin sibuk aja wara-wiri keluar-masuk studio bioskop. Demi memenuhi undangan premiere atau press conference dan mewakili @Nonton JKT 
Dan karena September adalah bulan spesial buat gue, harus diisi dengan yang spesial juga dong. Selain ada suaami yang nemenin, dipergantian usia gue ke 29 ini, gue juga merayakannya dengan ikut Kelas Inspirasi. Berbagi inspirasi bersama anak-anak SDN Manggarai 19. Gue emang lebih sukaa gak ada yang tahu kalau hari itu gue ganti usia. Entah kenapa. Lebih khusyuk aja ngejalaninnya. Meskipun akhirnya ada yang tau juga, dan itu saat udah pisah. Hehe. Love this month so much!



Oktober 2015, masih dengaan kesibukan yang gak jauh berbeda. Ditambah dengan program lanjutan KI di SDN Manggarai 19. Merasa beruntung bisa ketemu dengan orang-orang hebat di kelompok 17 KIJ4 ini. Semangat berbaginya seakan tak pernah habis.
November 2015. Mulai mengurangi kesibukan di luar, karena mulai ada complain dari suami. Selain beberapa premiere, yang lebih seringnya dialihkan ke orang lain. Bulan November ini gue masih berurusan dengan program lanjutan KI bersama wanita-wanita hebat. Banyak pengalaman baru, cerita baru, dan semangat baru setiap bertemu malaikat-malaikat cantik ini.



Desember 2015, gue lebih banyak di rumah belakangan ini. Karena akhirnya gue memutuskan untuk meninggalkan komunitas yang sudah mempertemukan gue dengan suami. Alasan kesehatan jadi hal utama gue. Meskipun begitu, gue masih keluar sesekali untuk mengurus program lanjutan KI di SDN Manggarai.

Kira kira begitulah cerita gue selama 2015 yang mampu teringat lagi. Heheh.

At least, I would say HAPPY NEW YEAR 2016, FELLAS!!


(pic from here)

Semoga di tahun yang baru ini bisa lebih baik dari sebelumnya dan semakin banyak cerita-cerita seru tertulis dalam buku kehidupan gue. Aamiin. 


Rula, pamit!

Jumat, 04 Desember 2015

Mari Kita Berbisnis!

Setelah sebelumnya kita bahas tentang Model Bisnis Kanvas, gimana kalo sekarang kita bahas tentang jenis bisnisnya? Tapi gak semua jenis bisnis yang akan gue bahas. Dan lagi-lagi ini sumbernya dari obrolan gue dan teman-teman di grup Whatsapp

Kita ambil contoh Bisnis Kuliner. 
Hingga saat ini, bisnis kuliner memang masih termasuk bisnis yang paling mudah dan menguntungkan. Bisnis kuliner juga sangat bergantung dengan lokasi dan keadaan sekitar. Misalnya, warung roti bakar kaki lima, meskipun hanya menjual roti bakar dan mie instan (goreng atau rebus) bisa beromset puluhan juta sebulan. Padahal, yang dijual tersebut bisa kita buat sendiri di rumah.

Contoh warung roti bakar (pic from here)


Faktor apa yang bisa membuat warung roti bakar kaki lima beromset puluhan juta?
Lokasi dan sasarannya pekerja kantor sekitar. 
Lokasi dan pesaing sekitarnya. Apalagi kalau tidak ada warung lain yang berjualan roti bakar.

Jadi, kalau ada yang mau bisnis makanan / kuliner bisa dilihat lagi ke diri sendiri dahulu. Apa yang sudah kita punya? Misalnya, kita sudah punya lokasi yang bagus, strategis. Setelah itu baru kita cari jenis makanannya apa? harganya berapa?

Atau, kalau misalnya punya resep makanan enak, atau punya kenalan yang jago masak makanan tertentu, baru deh,  kita cari lokasi yang pas di mana untuk buka usahanya biar laku.

Makanan enak, dibungkus dengan brand yang mudah diingat. 
Yang harus kita ingat lagi, brand itu penting!

Kalau mau buka usaha rumahan gimana?
Kalau mau buka usaha rumahan, disarankan menjualnya dengan cara online. Lalu kita lihat lagi hobi kita apa, atau biasanya paling susah atau repot kalau lagi butuh apa. Kalau bisa jangan menjual barang yang sudah banyak dijual. Lebih bagus lagi kalau kita menjual dengan jenis barang yang spesifik dan masih jarang yang jual. 

Apalagi untuk bisnis rumahan, kompetitornya banyak dan berat. Karena rata-rata modal terbatas, jadi bisnisnya cenderung sama dengan harga yang gak jauh beda. Nah, karena itu, coba deh, kita cari perbedaan (differentiation). Terus tentuin segmen pelanggan. Itu penting!

Misalnya kita mau jual baju untuk ibu menyusui dengan target pembelinya ibu-ibu menengah ke atas. Fokus saja di situ. Jangan sekali-kali jual daster murahan. Karena hal itu akan merusak brand image yang sudah kita bangun di awal.

contoh baju ibu menyusui (sumber : IG kafika_ficca)

Baju, meski tampilannya sama, tapi orang pasti senang memilih, terutama harga. Kalau memang konsep di awal segmen menengah ke atas, jual lah baju yang harganya 100rb ke atas. Kita kasih brand yang bagus, kemudian jual ke pekerja kantoran. One day, meski kita beli dari tanah abang sekalipun, gak akan ada yang “ngeh” dan akan tetap beli mahal. Karena, bagi sebagian besar orang, beli brand jauh lebih powerful dibanding beli model atau kualitas. Terutama dalam hal membeli pakaian. :) 

Nah, biar konsumen tetap loyal ke kita bagaimana?
Kalau kita mau naikin harga, kita juga harus naikin value. Kalau semuanya sama tapi mahal, ya impossible. Mungkin sementara bisa kita tahan dengan entertain. Misal, tiap lebaran kita kasih hadiah / bonus ke pembeli yang rutin belanja ke tempat kita. Hal itu bisa menahan pembeli biar gak kabur. Tapi itu hanya bersifat sementara. Dan hanya berlaku kalau beda harganya tipis. Karena, orang belanja dengan ikatan batin dan ikatan harga itu penting.

By the way, pedagang dengan pebisnis itu beda, ya. Pedagang itu biasanya beli grosiran, kemudian dijual lagi. Kalau pebisnis mulai dari titik nol.

Nah, untuk naik level ke pebisnis paling gampang dengan metode ATM (Amati, Tiru, Modifikasi).
Jadi, kalau kalian masih bingung cari ide untuk bisnis baru, cukup lihat sekitar kalian, kira-kira apa yang bisa dijadikan usaha. Kemudian ATM, deh.

Setelah bahas jenis beberapa jenis bisnisnya, sekarang kita bahas komponen harga.

Dalam menentukan harga jual, kita harus memasukkan semua biaya, termasuk biaya pengembalian modal.
Jadi, harga jual = harga beli + biaya produksi + biaya modal + margin. Jadi, margin yang kita dapat benar-benar bersih. Dan dalam margin gak boleh ada komponen lain.

Dalam Islam sendiri, margin tidak dibatasi. Asal sama-sama setuju harganya antara penjual dan pembeli. Kalau mau lebih mudah, margin itu harus lebih besar dari tingkat inflasi dan suku bunga deposito. Contoh kasarnya, kita punya uang 100jt. Ketika kita buat bisnis, berarti marginnya harus di atas deposito. Kalau masih sama atau lebih kecil, mendingan kita deposito-in aja uangnya, kan, daripada untuk bisnis?

Deposito saat ini masih sekitar 6-7,5% per tahun. Bisnis harusnya bisa lebih besar, ya. 

Bisa juga dengan perhitungan Harga jual = modal + biaya tambahan + untung yang diinginkan. Lalu bikin target minimal BEP (Break Even Point), akan tercapai di bulan ke berapa. BEP atau Break Even Point ini adalah titik impas / titik balik modal. Di mana kita gak rugi, tapi juga belum untung. 

Tahu untung atau ruginya? Ya, lihat lagi saat balik modal. 

Tapi, sebaiknya pemilik bisnis jangan sibuk berhitung, dll. Pemilik bisnis cukup fokus dengan bisnis ke depannya. Jangan terjebak dengan operasional. Untuk urusan hitung-menghitung bisa kita serahkan kepada tenaga ahlinya. Atau cari partner. Karena memang gak ada bisnis yang berhasil sendirian, pasti ada co-founder. Tapi harus tetap hati-hati dalam memilih partner bisnis. Karena semakin banyak kepala, makin banyak kepentingan juga, semuanya harus jelas di awal. sehingga ke depannya bisa lancar tanpa kendala. 

Oke, sekian dulu ya bahas tentang bisnisnya. Sekali lagi ini hanya sekedar sharing pembahasan yang ada di grup Whatsapp (dengan seizin anggota grup Whatsappnya juga tentu). 

Sebagai penutup bahasan bisnis ini, ada satu quote yang gue suka dari salah satu anggota grup Whatsapp. He said, 
"Kalau mau naik BMW atau Mercy di usia muda dan kebetulan lo juga bukan anak orang kaya, segeralah berbisnis."

Lihat juga postingan sebelumnya : Berbisnis dengan Model Bisnis Kanvas