Kamis, 27 Agustus 2015

Book Review : A Verry Yuppy Wedding

A Very Yuppy WeddingA Very Yuppy Wedding by Ika Natassa
My rating: 4 of 5 stars

A Very Yuppy Wedding ini merupakan buku Ika Natassa pertama yang gue baca. Oh, oke. Gue emang ketinggalan banget baru baca karyanya kak Ika ini. *piss*

Kisah tentang Andrea, bankir muda yang sedang meniti karirnya di salah satu bank terbesar di Indonesia, yang harus memilih antara promosi jabatan (yang memang sangat ia inginkan) atau menikah dengan Adjie, the most eligible bachelor yang memang sudah hampir 2 tahun dekat dengannya ini. 

Menghadapi hiruk pikuk pekerjaan yang juga ditambah dengan tetek bengek persiapan pernikahan yang ribet dengan ada Jawa. Juga Adjie, yang semakin dekat dengan Ajeng, membuat Andrea labil. 


Okey. Di mana-mana juga setiap orang yang sedang mempersiapkan pernikahan, menuju hari bahagia, itu pasti ada aja masalahnya. Ada aja yang diperdebatkan, memicu selisih paham. (gue ngalamin sendiri, soalnya). Dan ketika membaca kisah Andrea Siregar ini gue berasa flashback. Emosi Andrea mempengaruhi emosi gue. Ditambah dengan cara kak Ika bertutur, seakan mendengarkan sahabat sendiri  bercerita tentang kisah hidupnya. 

Cuma agak sedikit bingung saat alurnya jumping. Maju - mundur tanpa jeda. itu aja sih.


View all my reviews

Kamis, 20 Agustus 2015

Apa itu Adenomiosis?

Adenomiosis...

Adenomiosis terjadi ketika jaringan endometrium tumbuh di dalam dinding (otot) rahim. Jaringan endometrium adalah lapisan terdalam dinding rahim yang menjadi pembatas rongga pada rahim. Jadi, apabila endometrium tumbuh di dinding rahim, ini merupakan suatu kelainan. Adenomiosis berbeda dengan endometriosis. Endometriosis merupakan kondisi di mana lapisan rahim tumbuh di luar rahim. Biasanya terjadi di akhir-akhir masa usai subur dan pada wanita yang telah melahirkan atau mengalami keguguran.

pic from here

Beda Adenomiosis dengan Endometriosis.


Adenomiosis tidak sama dengan endometriosis. Endometriosis adalah suatu kondisi di mana endometrium tumbuh di luar rahim, biasanya tumbuh di antara vagina dan rektum, kandung kemih (bladder), ovarium dan tuba falopi. Sedangkan Adenomiosis adalah tumbuhnya jaringan endometrium di miometrium atau lapisan tengah rahim.
Dinding rahim wanita terdiri dari 3 lapisan, endometrium (lapisan dalam), miometrium (lapisan tengah), dan perimetrium (lapisan luar). Miometrium adalah dinding rahim yang sebenarnya, yang memberikan bentuk rahim. Sedangkan endometrium adalah bagian dalam rahim yang berfungsi mengatur proses menstruasi. Kedua jaringan tersebut tidak bergabung atau terpisah satu sama lain. Jika kedua jaringan tersebut menyatu atau endometrium menginfasi miometrium, maka ini terjadilah adenomiosis.

Namun wanita dengan adenomiosis sering juga ada endometriosis. Penyebab adenomiosis masih belum diketahui pasti, hormon estrogen mempengaruhi pertumbuhannya dan kelainan ini akan hilang setelah menopause. 

Pada sebagian kecil wanita, adenomiosis tidak menimbulkan gejala atau hanya gejala nyeri ringan. Namun perlu diketahui ada beberapa gejala sebagai indikator adenomiosis. Gejalanya berupa :
  • Periode menstruasi lebih lama dari biasanya.
  • Nyeri haid (dismenorrhea) rasanya seperti ditusuk benda tajam.
  • Rahim mengalami kram atau kaku saat menstruasi
  • Terjadi pembekuan darah saat menstruasi
  • Perdarahan di antara 2 periode menstruasi atau di luar periode menstruasi
  • Perdarahan berat atau nyeri berkepanjangan saat menstruasi
  • Keluar gumpalan darah saat menstruasi.
  • Rasa sakit saat melakukan hubungan seksual

Gejala – gejala tersebut biasanya membuat rahim akan membesar, melebihi ukuran normal. Selain itu juga akan membuat perut terasa kembung dan mual.

Penyebab Adenomisosis.


Adenomiosis menimbulkan rasa sakit yang hebat dalam rahim. Rasa nyeri yang timbul biasanya datang pada saat akan memasuki periode mesntruasi dan puncaknya dirasakan saat mengalami menstruasi. Belum ada penelitian tentang penyebab pasti terjadinya adenomiosis. Namun ada beberapa teori yang menyatakan adenomiosis disebabkan hal-hal berikut :

  1. Jaringan endometrium yang menyusup ke dinding rahim (mesometrium). Ini terjadi contohnya saat dilakukan operasi caesar, sel endometrium menyusup ke dinding rahim, lalu tumbuh dan berkembang di sana.
  2. Adenomiosis terjadi karena kelebihan jumlah endometrium saat sebelum melahirkan. Jadi ini sudah terjadi sejak janin mulai tumbuh.
  3. Peradangan rahim akibat proses persalinan. Teori ini menyatakan ada hubungan antara adenomiosis dan proses persalinan. Proses deklamasi endometrium pada periode paska persalinan bisa menyebabkan pecahnya / putusnya ikatan sel pada endometrium.


Dari teori di atas, kita bisa menarik kesimpulan bahwa faktor risiko terkena adenomiosis adalah persalinan baik caesar maupun normal.

Walaupun tidak berbahaya, nyeri dan perdarahan berlebihan yang ditimbulkannya bisa mengganggu aktifitas sehari-hari. Bahkan nyeri berulang-ulang dapat menyebabkan gangguan psikologi pada penderita seperti depresi, sensi, gelisah, marah dan rasa tidak berdaya. Dalam hal-hal seperti ini perlu segera cari pertolongan dokter. Perdarahan yang banyak dalam waktu yang lama akan menyebabkan anemia.

Diagnosis adenomiosis didasarkan pada gejala dan tanda yang timbul, pemeriksaan panggul, penggunaan sonogram untuk melihat lapisan rahim dan pemeriksaan penunjang seperti MRI (Magnetic Resonance Imaging). Cara lain yang digunakan adalah dengan biopsi atau mengambil sampel untuk diperiksa dengan mikroskop. Biopsi dianggap cara yang paling tepat untuk mendiagnosis adenomiosis karena pemeriksaan mikroskopik akan menghasilkan data yang lebih valid. Mendiagnosis secara pasti adanya adenomiosis sangatlah penting karena ada beberapa kelainan lain yang mirip dengan adenomiosis seperti mioma rahim, endometriosis dan polyp endometrium. Adanya tumor jinak juga menyebabkan gejala yang sama seperti adeomiosis. Kadang juga dilakukan biopsi (pengambilan sampel) endometrium guna menyingkirkan hal-hal serius sebagai penyebab perdarahan seperti adanya keganasan (terutama jika usia sudah 40 tahun ke atas).

Pengobatan


Adenomiosis biasanya sembuh dengan sendirinya  saat wanita memasuki masa menopause, sehingga pilihan pengobatan tergantung masih lama tidaknya menopause.

Pilihan pengobatan :

1.       Obat-obat anti peradangan (Anti Inflamasi). Jika usia mendekati menopause, maka bisa saja pengobatannya berupa obat-obat anti inflamasi yang disamping menghilangkan nyeri, juga memiliki efek anti-perdarahan seperti asam mefenamat, ibuprofen, dll. Obat dimakan 2-3 hari menjelang haid muncul dan dilanjutkan sampai haid selesai.
2.       Pengobatan hormon. Bisa dengan memakai pil kombinasi estrogen-progestin dapat mengurangi perdarahan dan nyeri yang timbul. Dengan progestin saja seperti suntik 3 bulan atau IUS yang mengandung progestin akan sering menyebabkan tidak datang haid (Amenorhea), sehingga otomatis tidak akan ada nyeri dan darah.
3.       Pengangkatan rahim (histerektomi). Jika nyerinya luar biasa hebat dan perdarahannya banyak, serta usia menopause masih lama, maka pengangkatan rahim adalah cara terakhir untuk mengatasinya. Pengangkatan rahim tentu membuat wanita tidak bisa hamil lagi. 


Sumber: