Sabtu, 14 September 2013

Telepon Nyasar

September, 2009

Mitha, salah satu karyawati di perusahaan swasta yang bergerak dibidang “Jasa Perbankan” ini baru saja menyelesaikan pekerjaannya dan bermaksud untuk istirahat makan siang ketika ia mendapatkan ada 4 missed called di ponsel berwarna hitamnya itu. Nomor asing. Mitha sama sekali tidak mengenali nomor telepon yang tertera di layar ponselnya kini.

“Ini siapa sih yang telepon gue sampai empat kali?” gerutunya sendiri.

“Kenapa, Tha?” tanya Mas Hendra, rekan kerja yang kubikelnya bersebelahan dengannya itu.
“Ini mas, ada yang telepon sampai empat kali, tapi gue nggak kenal nomor siapa” ujar Mitha agak bingung menjelaskan.
“Hahaha fans lo kali, Tha” ledek Mas Hendra.
Mitha hanya mencibir mendengar ledekan Mas Hendra, kemudian beranjak keluar ruangan untuk mengisi perutnya yang sudah mulai gaduh.

Sambil menunggu pesanan pecel ayamnya, Mitha masih saja memikirkan nomor asing yang meneleponnya hingga 4 kali itu. Mungkinkah ada hal yang penting, sehingga si penelepon sampai harus menelepon berkali-kali? Ujar Mitha dalam hati.
Dengan rasa penasaran yang tak kunjung padam, Mitha akhirnya memutuskan untuk mengirimkan SMS ke nomor asing tersebut.

To: 02196423xxx
Maaf, ini siapa ya? Tadi tlp saya smp 4x
Mitha

Message sent…

Kemudian Mitha menaruh kembali ponsel hitamnya ke dalam tas kecil yang dibawanya, dan langsung menyantap hidangan yang sudah tersedia dihadapannya kini.
***

Hingga jam pulang kerja, tidak ada balasan dari pemilik nomor asing tersebut. Rasa penasaran Mitha semakin menjadi, membuatnya gelisah dan berkali-kali mengecek ponselnya hanya untuk memastikan ada balasan dari si pemilik nomor asing tersebut.

“Lo kenapa sih, Tha? Bentar-bentar liatin hape lo terus..” tanya mas Hendra heran dengan tingkahnya itu.
“Nggak apa-apa kok, Mas.” Jawabnya singkat.
“Yakin?” tanya mas Hendra lagi. “Oohh, gue tauu.. Lo pasti lagi nungguin telepon dari nomor yang tadi yaa?” Selidik mas Hendra lagi.
Pertanyaan mas Hendra tadi tak digubris oleh Mitha, karena Bu Risa, kepala divisi di ruangannya sudah menatap tajam ke arahnya dan mas Hendra yang membuat kegaduhan dengan perbincangan mereka itu.

Secarik kertas mendarat di kubikelnya, dari mas Hendra
Mak Lampir lagi galak, kita lanjut nanti ngobrolnya. Hahaha.. Abisin tuh target lo, biar ga kena omel mak lampir. Jangan liatin HP terus.. :p 

Diliriknya lelaki berkulit putih yang berada di sebelah kiri kubikelnya ini sambil mencibirkan bibirnya, kemudian tersenyum dan kembali menatap layar komputernya. Di sana masih terpampang jumlah nasabah yang harus ia telepon agar mencapai target hariannya.

Sehari-hari, Mitha memang selalu berhubungan dengan telepon dan layar komputer yang memuat data nasabah yang harus ia verifikasi ulang untuk mendapatkan data yang benar-benar valid. Tidak semua data yang terdapat di layar komputernya dapat dihubunginya di hari yang sama, ada yang sampai harus ditunda hingga 3 hari karena tidak terhubung. Ada juga yang sudah mendapatkan data dari nasabahnya, tapi tidak mendapatkan data dari perusahaan tempat nasabah bekerja, dan harus ditunda hingga 3 hari juga. Hal tersebut yang terkadang membuat Mitha jarang mencapai target yang seharusnya.
***

Closing berapa tadi, Tha?” Tanya mas Hendra.
“Sesuai target sih, tapi masih banyak yang pending juga” Jawab Mitha.
“Kok bisa?” tanya mas Hendra lagi.
“Ya bisa lah” ujar Mitha. “Tadi gue minta tambahan data lagi sama Bu Risa yang kira-kira bisa di closing hari ini, data yang kemarin. Habisnya, data yang masuk ke gue fresh semua sih. Data pendingannya cuma dikit.” Jelas Mitha lagi.
“Makanya jangan liatin hape terus, kerja yang bener” Ledek mas Hendra. “Eh, udah tahu siapa yang telepon lo itu, Tha?” tanya mas Hendra yang ternyata juga penasaran dengan nomor asing di ponsel Mitha tadi.
“Nggak tahu Mas, belum lihat hape lagi. Dari tadi diliatin terus sama Bu Risa” ujar Mitha, kemudian mengambil ponsel berwarna hitamnya dari dalam tas.
“Jangan-jangan salah satu nasabah yang lo telepon kali, Tha” tebak mas Hendra.
“Ngaco! Nggak pernah ya gue ngasih nomor telepon gue ke nasabah. Yang ada nanti gue di omelin sama Bu Risa lagi.” Ujar Mitha sambil menatap layar ponselnya.

1 new message

Mitha langsung membuka SMS tersebut, dan benar seperti dugaan Mitha, SMS balasan dari si pemilik nomor asing tadi.

From: 02196423xxx
Maaf baru balas, aku Joe. Salam kenal Mitha

Dengan segera Mitha membalas SMS si pemilik nomor asing itu yang mengaku bernama Joe.

To: 02196423xxx
Btw, tahu no. tlp aku dari mana ya?

Message sent..

“Woyy, serius banget sih liatin hapenya, sampe-sampe gue dicuekin.” Mas Hendra menepuk pundak Mitha yang sedang menunggu balasan SMS dari Joe.
“Eh, masih ada mas Hendra toh. Kirain udah pergi dari tadi. Heheh.. maaf, Mas” ujar Mitha kemudian tersenyum.
“Hahah, dasar Mitha aneh. Udah ah, gue balik yaa.” Pamit mas Hendra yang kemudian pergi menuju tempat motornya di parkir. 

Mitha melambaikan tangan pada sosok lelaki yang sudah ia anggap seperti kakaknya sendiri itu dan melangkahkan kakinya menuju halte busway yang tak terlalu jauh dari kantornya itu.

Tak ada balasan dari Joe. Hal tersebut membuat Mitha semakin penasaran. Siapa Joe? Dari mana Joe mendapatkan nomor teleponnya? Dan berbagai pertanyaan lainnya melintas di benak Mitha sepanjang perjalanan menuju halte busway.

Drrrtt.. drrrtt…

Ponsel hitam yang sejak tadi di genggam Mitha bergetar.

Incoming call Joe..

Dengan rasa penasaran, Mitha mengangkat telepon dari pria yang tidak dikenalnya itu. Dan dimulailah percakapan antara Mitha dan Joe malam itu. Sepanjang perjalanan Mitha menuju rumah. Ditemani Joe di telepon.

Dari awal percakapan mereka, Mitha sudah merasakan nyaman berbincang dengan Joe. Mitha merasa sudah lama mengenal Joe. Di awal percakapan, Joe menjelaskan bahwa ia mendapatkan nomor Mitha secara acak.

Saat itu Joe sedang iseng mengutak-atik nomor telepon kemudian menghubungi setiap nomor telepon yang sudah dia acak itu. Dari sekian banyak nomor telepon asal itu, hanya beberapa yang tersambung, tapi tidak ada yang diangkat. Dan hanya nomor milik Mitha lah yang merespon dengan mengirimkan SMS ke nomor Joe.

Antara percaya dan tidak, Mitha tetap mendengarkan cerita Joe tentang telepon acaknya itu. Setelah Joe selesai menjelaskan, mereka pun saling memperkenalkan diri. Saling bercerita mengenai hoby dan pekerjaan masing-masing. Dan hal tersebut terus berlanjut hingga esoknya.
***

Hampir setiap hari, pagi, siang, sore, malam, Joe selalu mengirimkan SMS ke Mitha. Mulai dari sekedar bertanya “Lagi apa?” atau “Sudah makan belum?” sampai kata-kata mutiara untuk menyemangatinya setiap pagi. Tak hanya SMS, terkadang Joe menelepon jika Mitha tidak membalas SMSnya.

“Ini kenapa gue berasa kayak punya pacar, ya?” ujar Mitha sambil tersenyum ketika membaca sms dari Joe.

From : Joe
Km lg apa beb? Udah mkn blm? Jgn lupa istirahat ya.

Dan ini bukan pertama kalinya Joe memanggilnya dengan sebutan “beb”.
Saat di telepon, Mitha bertanya pada Joe mengenai panggilan “beb”nya itu.

“Kenapa, beb? Kamu nggak suka ya? Atau kamu udah punya pacar, ya?”
“Bukan, suka-suka aja sih. Lagian aku belom punya pacar kok. Tapi, emangnya pacar kamu nggak marah ya?” tanya Mitha lagi. Kemudian terdengar suara tawa dari seberang.
“Kok malah ketawa sih, Joe?” tanya Mitha heran.
“Kamu tuh lucu, beb.” Jawab lelaki di seberang.
“Lucunya?” Mitha semakin heran dengan perkataan Joe.
“Lucu aja. Hahahaha..”
“…..”
“Kok diem, beb?”
“Ya, habisnya kamu ketawa terus”
“Maaf… maaf.. iya deh aku nggak ketawa lagi” Joe berusaha menenangkan suaranya.
“Beb, aku tuh sebenernya suka sama kamu.” Ujar Joe tiba-tiba yang membuat pipi Mitha menghangat dan menimbulkan semburat merah.
“Jangan bercanda deh.” Ujar Mitha mencoba tenang.
“Aku serius lagi, beb”
“Hahah.. Lucu kamu, Joe. Belum pernah ketemu aja udah bisa bilang suka sama aku.” Mitha masih berusaha menenangkan hatinya yang mulai kacau.

Selain karena baru kali ini ada seorang pria yang berani menyatakan perasaan sukanya pada Mitha dengan santai, Mitha juga belum tahu bentuk fisik dari seorang Joe ini seperti apa. Padahal sudah lebih dari 4 bulan mereka berteman, berkomunikasi melalui telepon atau SMS.

Bukan hanya sekali, dua kali Mitha mengajak Joe bertemu muka, sudah berkali-kali, dan selalu gagal. Berbagai macam alasan diucapkan oleh Joe. Dan lebih seringnya, Joe yang meminta Mitha untuk bertemu di dekat tempat tinggalnya. Sebagai wanita yang selalu menjaga imagenya, Mitha pastinya menolak permintaan Joe tersebut. Ia lebih memilih untuk bertemu di titik tengah dari wilayah tempat tinggal mereka berdua. Joe yang bertempat tinggal di wilayah Jakarta Timur, sedangkan Mitha yang berdomisili di Jakarta Selatan. Biasanya Mitha mengajak bertemu di sekitaran Blok M. Sebenarnya hanya untuk berjaga-jaga, kalau misalnya seorang Joe ini tidak seperti yang ia harapkan.  

Setiap ada kesempatan, Mitha selalu bertanya mengenai “kopi darat” ataupun sekedar meminta fotonya. Terkadang Mitha juga menanyakan apakah Joe memiliki akun sosial media, sehingga Mitha bisa berteman juga dengan Joe di dunia maya. Karena, hampir 6 bulan pertemanan mereka, Mitha belum mengetahui wujud asli lelaki bernama Joe ini.
***

Sudah beberapa bulan ini Mitha jarang menghubungi Joe, begitupun sebaliknya. Terkadang Mitha mulai merindukan candaan Joe ketika di telepon, SMS penyemangat dari Joe, dan hal lainnya yang berhubungan dengan Joe. Sampai akhirnya..

1 new message

From: Joe
Kangen beb…

Senyum mengembang dari bibir Mitha sore itu.

To: Joe
Aaaah, kemana aja sih kamuu? Aku jg kangen tauuu

Dan mereka pun saling berSMS–ria lagi.

To: Joe
Btw, I have one question for you. May I know your religion Joe?

Message sent..

1 new message

From: Joe
I’m Christian, and you?

To: Joe
I’m a moslem.
Haha lucu ya Joe, sekian lama kita temenan, smsan, telp2an, baru sekarang aku nanyain hal ini. :D

Message sent..

1 new Message

From: Joe
Emang penting ya beb?

To: Joe
For me, yes. Setidaknya aku bisa membatasi obrolan yang berbau sara lah. Kamu tahu sendiri aku kalo udah ngobrol suka nyakitin. :P

Message sent..

From: Joe
Itu yg aku suka dari km beb. Km itu blak2an orangnya. Heheh. Nah terus, skrng udah tau semuanya tentang aku, kamu mau kan jadi pcr aku?

Mitha terdiam, membaca ulang kata-kata yang ada di layar ponselnya kini. Kemudian mengetik dengan senyum dipaksakan.

To: Joe
Joe, did you know we’re different? Byk perbedaan antara km dan aku. Ya walaupun ga sedikit persamaannya. Tp, aku udah terlanjur nyaman jadi sahabat km. Meskipun aku blm pernah ketemu km, ataupun melihat foto km kya gmn. So, kita temenan aja yah?

Message sent…

Ada aliran hangat yang mengalir dari pelupuk mata Mitha. Keputusan yang agak berat yang harus dibuatnya. Disaat ia merasa nyaman dengan orang tersebut dan mulai tumbuh rasa suka di relung hatinya, lagi-lagi Mitha harus membatasi itu semua.

Incoming Call Joe

“Ya, Joe” sahut Mitha berusaha terdengar tenang.
“Kamu lagi kenapa sih, beb? Kok SMSnya begitu?”
“Nggak apa-apa kok. Emang ada yang salah ya sama SMS aku?”
“Nggak ada sih, ya sudahlah. Beneran ya, aku nggak bisa jadi pacar kamu?”
“Haha, iya.. maaf ya. Masalah prinsip soalnya..” Mitha sudah kembali tenang.
“Yah, sedih deh aku” Joe merajuk.
By the way Joe, aku boleh jujur nggak sama kamu?” tanya Mitha tiba-tiba.
“Jujur aja lagi beb. Kamu mau bilang kalo kamu juga suka kan sama aku?” ujar Joe dengan pedenya.
“Hahaha.. pede banget kamu.. Nggak lah.. lagian, mana bisa aku jatuh cinta sama orang yang mukanya kayak gimana aja aku nggak tahu” jelas Mitha sambil ketawa.
“Iyaa.. itu lagi deh yang di bahas. Katanya mau jujur? Tentang apa deh, beb?” Joe mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Oh iya, aku cuma mau bilang, kalo kamu tuh ngingetin aku sama temen aku yang sekarang nggak tahu deh kabarnya gimana.” Jelas Mitha.
“Oh, kirain apaan. Kok bisa?”
“Banyak hal yang sama antara kamu dengan temen aku itu Joe”
“….”
“Namanya Nathan, aku kenalnya dulu, sekitar tahun dua ribu delapan. Aku juga belom ketemu sih sama orangnya, tapi sama seperti kamu, kenal di telepon, SMSan, suka yang berbau-bau Rusia juga, sering ngirimin kata-kata penyemangat, banyak deh yang mirip, Joe.” Ujar Mitha panjang lebar.
Terdengar gelak tawa di seberang sana.
“Kok ketawa Joe?” Mitha heran mendengar Joe yang tiba-tiba tertawa. “Ada yang lucu?”
“Heheh.. kenalin.. namaku Jonathan. Terkadang dipanggil Joe, tapi waktu kecil aku dipanggil Nathan.”
What?” ujar Mitha tak percaya dengan pendengarannya.
Dan kemudian mengalirlah cerita dari seorang Joe, kenapa dia harus mengaku sebagai Joe, bukan Nathan, dan kemana saja dia selama ini. Cerita yang membuat Mitha berucap “Kamu Jahat!”

Tapi, semenjak kejadian itu, Mitha dan Joe semakin akrab, lebih akrab lagi. Joe mulai mau memberitahukan tentang akun sosial medianya. Foto-fotonya yang menunjukkan otot-ototnya yang sudah mulai terbentuk. Iya, Joe adalah seorang Personal Trainer yang terobsesi memiliki tubuh seperti binaragawan, Ade Rai.


Juli, 2010

3 missed called
From: 08568571xxx

“Nomor telepon siapa lagi nih?” ujar Mitha heran saat melihat layar ponselnya terdapat panggilan tak terjawab dari nomor asing.

Dengan rasa penasaran, Mitha mengirimkan SMS ke nomor asing tersebut,

To: 08568571xxx
Maaf ini siapa ya?

Message sent..

1 new message

From: 08568571xxx
Sorry, aku dapet nmr ini dr  02196423xxx, km kenal dia?

“Loh itu kan nomornya Joe?” ujar Mitha pada dirinya sendiri. “Ada yang nggak beres nih kayaknya” lanjutnya lagi.

To: Joe
Beb, kamu kenal nmr ini 08568571xxx ga?

Message sent…

“Kamu kenapa deh, Ay?” lelaki yang sejak tadi berada di samping Mitha heran melihat kekasihnya itu bicara sendiri.
“Loh, kamu kapan datengnya deh?” Mitha kaget melihat sosok kekasihnya itu.
“Cukup lama aku berdiri di sini. Kamunya aja yang serius banget sama hape kamu itu” ujar lelaki berkulit sawo matang itu sambil menunjuk ponsel hitam milik Mitha yang sedari tadi dipegangnya itu. 
Mitha hanya meringis kecil, karena kemudian ia di kagetkan dengan getaran di tangannya.

Drrtt.. drrttt…

Incoming call 08568571xxx

“Hah?” Mitha kaget melihat nomor yang tertera di layar ponselnya.
“Kenapa, Ay?” tanya Deny pada kekasihnya yang terlihat kaget itu.
Mitha hanya menggeleng pelan, kemudian mendekatkan ponselnya ke telinga kanannya.

“Halo” jawab Mitha, memberanikan diri mengangkat telepon dari nomor tak dikenal tersebut.
“Selamat malam, mbak” ujar suara di seberang yang ternyata seorang wanita.
“Iya, malam. Maaf ini siapa ya?” Mitha berusaha sopan.
“Mbak pacarnya Erick, ya?” wanita itu tak menggubris pertanyaan Mitha.
“Erick? Erick siapa ya?” Mitha tidak mengerti arah pembicaraan wanita itu.
“Erick, yang nomornya tadi aku SMS ke mbak” jelas wanita itu.
“Oohh, Jonathan maksudnya..” ada senyum kecil mengembang di bibir Mitha.
“Iya,” jawab wanita di seberang singkat. “Mbak pacarnya, ya?” ulang wanita yang masih belum mau menyebutkan namanya itu lagi.
“Hah? Maksudnya?” Mitha masih bingung, tapi dengan segera Mitha mengerti maksud pertanyaan wanita itu, kemudian tertawa kecil. Deny yang sejak tadi memperhatikan Mitha semakin heran dengan ulah kekasihnya itu.
“Maaf,” ujar Mitha setelah berhasil menahan tawanya. “Jonathan, atau yang kamu bilang namanya Erick itu bukan pacar saya. Ini pacar saya ada di sebelah saya sekarang. Namanya Deny. Kalau Joe itu sahabat saya sejak dua tahun lalu.  Dan lagi, saya belum pernah tuh ketemu sama Joe.” Mitha menjelaskan sejelas-sejelasnya sambil memandang wajah Deny yang masih terlihat bingung itu.
“Oh, gitu ya, mbak. Maaf ya, sudah ganggu malam-malam.” Ujar wanita itu.
“Iya, nggak apa-apa kok.” Jawab Mitha kemudian menyudahi obrolannya dengan wanita asing itu.

1 new message

From : Joe
Kenal bgt Tha, itu nmr pacar aku. Kita lagi berantem. Kyaknya dia buka2 inbox aku deh. Maaf ya Tha kalo dia gangguin km.

To: Joe
Haha telat banget kamuu.. td dia tlp aku. Tp udah aku jelasin kok semuanya. Udah sih, jgn berantem melulu. :)

Message Sent…

From: Joe
Iya Tha, makasih yaa. Pacarku itu jelesan orangnya. Hehe.. sekali lagi makasih ya Tha. Love you.. :*

To: Joe
Haha dasar, ga kapok ya? Awas pacarnya liat lagi, aku ga mau yah di terror sama pacar orang. Dikira rebut pacarnya gitu. Hahaha.. Btw, kok td tuh cewek manggil km Erick sih?

Message sent…

From: Joe
Haha.. Maaf Tha.. Iya, Erick itu nama depan aku. Jonathan nama tengah aku :D

“Erick Jonathan.. hahaha..” Mitha tertawa sendiri, menyadari kebodohannya selama ini.
Deny, hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Mitha.

“Pasti bebeb kamu lagi, deh” ujar Deny dengan nada cemburu.
“Hahaha.. Kamu masih aja sih jeles sama Joe.” Mitha menatap wajah lelaki yang beberapa bulan ini menjadi kekasih hatinya.
“Habisnya kalian kayak orang pacaran gitu” Deny masih dengan nada cemburu.
“Joe itu sahabat aku. Pacar aku ya kamu.” Mitha tersenyum dan bergelayut manja di pelukan Deny.

***



(Words: 2580)

Senin, 09 September 2013

My 27…



Biasanya, gue selalu posting tulisan berjudul “Ritual Menjelang Yareh” di hari ulang tahun gue. Tapi, kali ini gue mau ganti judul, ganti bahasan juga. Karena, yang namanya ritual itu pasti akan terus berulang. Terjadi lagi.. lagi.. dan lagi.. Yap, setiap menjelang 9 September gue pasti sakit. Ada aja sakitnya. Entah cuma mencret sama demam aja. Atau batuk pilek plus sinus kumat. Renta banget yaa imun gue.. Hihih…

But now, gue gak mau bahas itu. Gue mau bahas Angka yang akan menjadi umur gue setahun ke depan. Angka yang menandakan sudah berapa lama gue dikasih kesempatan hidup sama Arsiteknya manusia.

This is it…  

Angka dua (2) dan angka tujuh (7) yang jika dijumlahkan (2+7) menjadi Sembilan (9). My Fave number. Tanggal lahir gue, bulan lahir gue.

Tanggal Sembilan (9), bulan September (9) tahun 2013. Kalau dijumlah (9+9+2013 = 2031|2+0+3+1 = 24| 2+4 = 6), hasil akhirnya Enam (6). Jika dibalik jadi angka Sembilan (6 -> 9).
Hal ini juga terjadi kalau menggunakan tahun kelahiran gue. 1986. (9+9+1986 = 2004 | 2+0+0+4 = 6). Hasil akhirnya Enam (6). Jika dibalik jadi angka Sembilan (6 -> 9).

Hasil iseng-isengnya gue, yang memang hobinya nyama-nyamain atau membuat nyambung. Dengan sedikit pemaksaan, memang. Dan itu bukan sebuah kebetulan. Pasti ada maksud. *senyum cemerlang*


Untuk beberapa orang, terutama wanita, mungkin dua angka ini bisa merupakan angka panik. For me? Gak bisa dibilang angka panik juga sih, tapi lebih ke warning kali, yaa.. hahaha…

Usia 27 tahun. Kakak sepupu gue, yang sejak dulu jadi alesan gue belum mau nikah karena nggak mau melangkahi dirinya yang saat-itu-belum-menikah, akhirnya menikah di usianya yang ke-27 tahun. Itu tahun kemarin, 2012. Saat ini usia pernikahannya sudah 1 tahun. First SKAK MAT!

Usia 27 tahun. Nyokap gue, melahirkan ade gue yang nomer dua di tahun 1988. Yap, nyokap yang kelahiran 1961 udah punya anak 2 saat usia 27 tahun. Ini pernah dibahas. Pernah. Second SKAK MAT!

Usia 27 tahun. Kemarin, sepulangnya dari halal bihalal keluarga besar, nyokap say something yang bikin gue agak gak nyaman, “Selvy, nikah bulan Desember.” Oh.. Oke.. Selvy, sepupu gue, yang lahirnya cuma beda beberapa hari sama gue (16 September kalo gak salah), Akan nikah di bulan Desember. Tjakeup! Third SKAK MAT!

But now… Monday, September 9th 2013 on my 27 birthday.

Me, Single Available,

Yang masih selalu, dan selalu dikira baru lulus SMA atau pun ditanya “Kuliah di mana, kak?” sama orang yang iseng nyapa di jalan. Atau pun mereka yang terkadang masih suka menebak usia gue masih 21 tahun.. :)))) ..

Yang masih suka sama The Moffatts, film kartun, High School Musical, tapi sekarang sih lagi sering streaming K-Drama.

Yang masih selalu tersepona ketika melihat bayi yang baru lahir atau pun anak kecil yang lucu-imut-gemesin. Yeah, I’m still loves babies and kiddos!

Yang masih lebih suka mengenakan T-Shirt plus cardigan atau jacket hoodie hitamnya dengan celana panjang dan sepatu karet-anti-hujannya. Dan yang gak pernah ketinggalan, Shawl. Selalu bawa shawl kemana-mana. Simple casual.

Yang juga suka beli shawl kemudian dipaketin ke rumah. Hingga nyokap bilang “Beli shawl terus..”

Yang masih punya hobi beli novel, baik itu di toko buku ataupun beli secara online, tapi kemudian cuma disampulin pake quick film dan meletakkan novel yang sudah tersampul rapi itu di tumpukan buku Yang-Harus-Dibaca yang semakin meninggi.

Yang masih punya mimpi untuk nerbitin novel solo-nya, tapi membiarkan draftnya berdebu, bahkan mungkin ada sarang laba-labanya juga di salah satu file yang tersimpan rapi di FD. Yah, karena jarang disentuh lagi. K

Yang beberapa tulisan pendeknya sudah dibukukan secara indie.. Dear Mama buku 1, Primer Amore buku 2, Menunggu buku 1, Andaikan, Lots Of Love (LOL!), Long Friendship, Dear Love buku 1 dan 2, Kejutan Sebelum Ramadhan buku 8, Mantan Itu Pengalaman. Semuanya dibantu cetak oleh @nulisbuku (www.nulisbuku.com). (kalo diitung, ternyata udah 9, loh.. *senyum manis*)

Yang masih punya hobi berkhayal. Meskipun sudah tidak se-rajin dulu ngayalnya. :D

Yang udah jarang banget mampir ke blog ini.

Yang masih lebih suka berteman dengan kaum Adam. Karena memang lebih mudah dekat dengan makhluk yang lebih sering menggunakan 90% logika dan 10% perasaan ini. (dan karena ini sering jadi Korban-Jelesan-Pacar-Sahabat)

Yang masih dengan setia menjadi pendengar yang baik – tong sampah curhatan – teman-temannya.

Yang masih suka gak tegaan kalau liat kondisi pasien pediatric-nya belum ada perubahan. Bahkan membuat psikologis orang tua pasien menurun, jadi pesimis.

Yang masih ingin, sangat ingin melanjutkan Study Fisioterapi-nya. Entah kapan.

Yang masih berharap ada yang mau kasih hadiah iPhone 5s ataupun Galaxy Note 2-nya Samsung. Hehehe..

Yang juga terkadang masih berharap akan Kamu, Mr. D.

Yang selalu ditanyain sama keluarga besar dan beberapa teman “Kapan nikah?” atau “Mana calonnya?”.

Yang terkadang masih suka sibuk dengan kesendiriannya. Masih suka marathon movie bareng sahabat kecilnya, Anggia, kadang juga pernah sih sendirian – hal yang buat gue biasa aja, tapi dibilang aneh sama temen-temen gue yang lain, sampai ada yang komen “Nggak bete apa nonton sendirian?”, atau “Aneh, lu. Nonton sih sendirian. Ketauan banget sih jomblonya” #lahhh –

Yang saat ini selalu mencoba tersenyum menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang calon-pasangan- dan lain-lain.

Yang… Yang… dan Yang lainnya…

*atur napas dulu*

And I want to make a wish… (kali ini cukup gue dan Allah aja yang tau..)

Dan juga mengamini semua doa yang diucapkan…

Dan…
Terima kasih… Telah memberikan hamba hidup, napas, nikmat, cinta, sakit, luka, bahagia, kenangan, sehat, pengalaman, ilmu, dan semua yang telah hamba alami selama 27 tahun ke belakang, ya Allah..
Terima kasih untuk skenario terindah dalam hidup hamba.
Terima kasih untuk segala kejutan dalam skenario yang Engkau tuliskan untuk hamba.

Terima Kasih, ya Allah…

taken from here

@rulachubby